04. Peduli

169K 14.4K 195
                                    

Kalau ada typo tandain ya.

Silahkan membaca semua!!

Follow ig: pineapple_vii
Tiktok: pineapple_vii

||04. Peduli

Arasya berjalan pelan di koridor yang sudah dipenuhi siswa-siswi yang berlalu lalang sedang memperhatikannya juga ada yang berbisik-bisik membicarakan dirinya. Gadis itu tak menghiraukannya ia lebih memilih menatap setiap plang kelas yang berada di atas pintu bercat putih itu untuk menemukan kelasnya, mengandalkan sedikit memori pemilik tubuh ini akhirnya ia menemukan kelasnya tepat di pinggir tangga.

"MIPA?" tanya Arasya dalam hati, ia memandang remeh pintu kelas yang terbuka setengah itu, bisa didengar kelas tersebut sangatlah sunyi karena memang kelas 11 MIPA A terkenal dengan anak-anaknya yang ambis dan suka mem-bully.

Banyak yang bangga saat masuk di kelas MIPA A, itu karena mereka merasa lebih unggul dari kelas yang lainnya. Lo masuk kelas MIPA A berarti lo bisa jadi penguasa di sekolah ini, itulah kata yang dipegang teguh semua murid disini.

"Bukannya lo bodoh Arasya? Tapi kenapa lo masuk kelas MIPA yang rata-rata anak unggulan?" tanya Arasya dengan berdecak kesal, lalu tanpa banyak kata lagi ia membuka pintu yang terbuka setengah itu.

Kriet..

Dan sesuai tebakannya ia langsung ditatap intens oleh para penghuni kelas ini, sebenarnya Arasya sudah muak karena diperhatikan terus menerus oleh siswa-siswi yang berada disekitarnya. Ia tau dirinya sekarang cantik tapi gak segitunya kali ngelihatnya, pikir gadis itu.

"Cupu! Lo kok bisa berubah cantik? Oplas ya," mendengar itu Arasya langsung mendatarkan wajahnya, ia menatap remeh perempuan dengan cardigan Pink itu.

"Iya nih operasi plastik, bukannya lo juga ya," balas Arasya santai, sepertinya berbicara sedikit panjang untuk hari ini boleh juga.

"Wajah gue udah mulus dari lahir tuh ngapain harus oplas," jawab perempuan yang bernama Hana Adina Putri itu atau kerap di panggil Hana.

"Wajah gue juga udah mulus dari lahir tuh, kemarin-kemarin mungkin wajah gue jelek karena gak gue rawat aja. Tapi sekarang lo lihat sendiri, kecantikan gue bisa ngalahin wajah lo yang selama ini lo bangga-banggain itu. Gue gak butuh oplas kalau skincare yang mahal aja bisa gue beli," ucap Arasya telak membuat si lawan langsung diam tidak berkutik, melihat itu Arasya langsung duduk ke arah bangku paling belakang yang banyak diisi murid laki-laki.

Dulu Arasya duduk sendirian di bangku paling depan, tapi Arasya yang sekarang memilih bangku belakang yang jauh dari keramaian. Ia menghiraukan tatapan memuja anak laki-laki yang selalu menatapnya saat ia berjalan ke arah bangku belakang dan duduk sendirian di sana tanpa teman sebangku.

Setelahnya banyak cibiran yang Arasya terima dari kaum hawa, tapi gadis itu tidak peduli dan memilih untuk menelungkup kan wajahnya ke meja dan mulai memejamkan matanya tapi sebelum mata indahnya tertutup ia sedikit terkejut dengan suara keras serta gebrakan pintu yang dilakukan oleh sesosok laki-laki yang seragamnya sudah basah karena keringat.

Brakk

"Jamkos woy! Guru-guru ada rapat!" teriak laki-laki itu yang membuat Arasya yang tadinya merasa ngantuk langsung fresh kembali karena ia bisa langsung pergi ke kantin membeli batagor yang dia idam-idamkan sedari tadi.

Ia bangkit dari bangku nya lalu berjalan cepat menuju kantin yang letaknya berada di lantai satu yang berarti Arasya harus turun melewati tangga dulu.

Dan saat ia berjalan di koridor, sudah bisa ditebak pasti pasti ada beberapa yang menghinanya atau memuji
nya tapi ia memilih tak menghiraukannya karena di pikirannya hanya ada kata batagor dan batagor.

Setelah Arasya sampai di kantin, ia menatap berbinar stand yang menjual batagor, berarti yang di lihatnya pagi tadi tidak salah, karena saat ia sibuk mencari kelasnya ia tidak sengaja menatap objek yang membuatnya ngiler. Yap itu adalah stand batagor, makanan yang ia sukai dari dulu.

Ia bersyukur karena kantin masih terbilang sepi jadi ia tidak usah repot-repot mengantri, "Bu batagor satu ya! Sama air putihnya juga," ucap Arasya ke arah ibu-ibu pemilik stand.

"Sipp neng, di tunggu ya pesanannya, nanti ibu anterin ke meja neng."

"Iya bu."

Setelah itu Arasya memilih duduk di kursi yang berada di tengah-tengah kantin, ia memainkan ponselnya untuk menemaninya menunggu batagornya.

Saking sibuknya dengan ponselnya ia tidak sadar kalau kantin sudah sangat ramai dan ada segerombolan laki-laki dengan satu perempuan berjalan menghampiri mejanya.

"Minggir!" suara serak nan basah itu mengganggu ketenangan Arasya, ia mendongakkan wajahnya menatap datar gerombolan itu terutama Samuel yang seenaknya menyuruhnya pergi.

"Lo minggir! Ini tempat duduk kita," usir Haidar dengan sedikit menggebrak meja yang di tempati Arasya.

"Punya kalian ya? tapi sayangnya gak ada nama kalian tuh di sini jadi ya terserah gue dong, lo gak berhak suruh gue pergi dari kursi ini," ucap Arasya dengan nada mengejeknya.

"Arasya kalau kamu mau, boleh kok gabung sama kita," sela Lauren dengan nada lembutnya, juga tangan yang setia merangkul lengan sang pacar Samuel.

"Ini neng pesanannya," baru saja Arasya akan membalas perkataan gadis yang sialnya adalah sepupunya, harus ia urungkan karena pesanannya sudah datang dan terlihat sangat menggugah selera orang-orang yang berada di sekitar mejanya apalagi batagor itu nasih hangat-hangatnya dengan sudah dikasih bumbu kacang.

"Makasih bu," ucap Arasya yang dibalas anggukan dari ibu-ibu kantin tadi.

"Yaampun bisa nambah nih gue," gumam Arasya tanpa menghiraukan tatapan tajam seseorang yang menatapnya marah.

Baru saja akan menyuap batagornya, tiba-tiba ada yang menepis sendok yang ia gunakan untuk menyuap kedalam mulutnya. Sampai sendok itu jatuh dan mengeluarkan dentingan yang keras.

Arasya menatap tajam orang yang tak lain adalah Gio, Abang pertamanya, "Anjing!" umpat Arasya tepat di wajah Gio membuat seluruh penghuni kantin menahan nafas mereka karena melihat keberanian gadis itu.

"Maksud lo apaan hah?!" marah Arasya dengan wajahnya yang sudah memerah, ia tidak bisa mentolerir orang yang membuang makanan seenaknya.

"Gue gak suka lihat lo makan itu!" seru Gio dengan datar membuat sosok perempuan di samping Samuel diam-diam tersenyum senang tapi tidak dengan Arasya yang sudah mengepalkan tangannya kuat.

"Lo! Apa hak lo buang makanan gue ha! Tanpa lo suruh sebenarnya gue udah mau pindah tapi gara-gara lo buang batagor gue rasanya gue pengen bunuh lo, bajingan!" umpat Arasya berkali-kali.

"Lo gak boleh makan-makanan itu," setelah mengatakannya Gio berlalu dari kantin meninggalkan Arasya yang masih mengepalkan tangannya kuat.

"Gio anjing!" umpat nya dalam hati.

"Kalau lo lupa, lo punya alergi sama kacang-kacangan," sahut Dio tanpa mau menatap adiknya.

Arasya terdiam sesaat, apakah itu benar?

TBC.

Oke gaess aku revisi ya karena banyak yang kontra soal alergi seblak, jadi aku ganti ke batagor, oke.

Nb: sudah direvisi

TRANSMIGRASI ICE GIRL [END]Where stories live. Discover now