BAB WAKTU KEDELAPAN

3.9K 441 45
                                    

"Saat itu aku berjalan dengan mengabaikan mu,
Mengacuhkan setiap tanda-tanda yang coba kau ungkap.
Kini setelah aku punya waktu untuk bisa memahami..

Giliran kamu yang sudah tak punya waktu
Kini akankah semua menjadi rahasia?"












Waktu kedelapan

Kini ia bisa mendengar dengan lebih baik.

Ia mendengar suara ritmis yang seolah mengiringi denyut nadinya.

Suara yang familiar yang sering ia dengar di film film dengan latar belakang rumah sakit.

Ah yaa...apakah kini dia dirumah sakit?.

Ia senang karena suara dengungan ditelinganya sudah hilang. Kininia bisa mendengar dengan jelas.

Ah, aroma itu muncul lagi.

Ia menduga-duga apakah yang selanjutnya terjadi.

Ia merasakan hangat dan lembut menempel dikeningnya.

Ia merasakan telapak tangannya sedang digenggam. Punggung tangannya seperti dibelai dengan jari. Tak lama ia merasa hembusan hangat ditelinganya.

"Apa kabar hari ini sayang? kamu ngga kangen sama aku? Ngga kasihan liat aku nungguin kamu bangun? Jangan menyerah sayang..
pulang demi aku...kamu harus berjuang...aku kangen..."

Ia mendengar suara berat yang asing ditelinganya. Siapa pria yang tengah berbisik padanya?
.
.
.

********
.
.
.

Taruna membuka pintu bercat putih itu. Wangi aroma khas yang ia kenal langsung menyergap indera penciuman nya.

Sekilas ia mengarahkan pandangan keseluruh ruangan yang membuatnya semakin dibawa ke masa dulu, dimana pemilik rumah ini adalah bagian dari kebahagiaannya.

Lintang datang dari arah dapur membawakannya secangkir teh hangat.

"Saya buatkan teh mas..yang ada hanya teh jahe kesukaan Mba Lima.." Lintang meletakkannya dimeja makan.

"Terimakasih..." Taruna melangkahkan kakinya mendekati meja yang letaknya diantara ruang tamu dan dapur.

Rumah ini ditata dengan sangat rapi, khas Lima. Dan kembali Taruna seolah berada dimasa dulu ketika melihat bunga lily putih dalam vas kristal yang diletakkan ditengah tengah meja makan.

"Rumah ini dibersihkan sama Bi Jumi setiap hari, Mba Lima tidak selalu kesini, biasanya satu bulan dua kali setiap akhir pekan...kadang juga lebih tergantung kesibukan Mba Lima..."

Taruna mengangguk anggukan kepalanya.

"Umm...kalau Mas mau menginap,itu ada kamar tamu.." tangan remaja itu menunjuk dengan jari jempolnya sebuah kamar.

"Kalau yang itu ruang biasa Mba Lima melukis...dan yang itu kamar pribadi Mba Lima, selalu dikunci...dibersihkan kalau Mba Lima sedang disini saja..."

Taruna hanya bisa mengikuti kemana remaja itu menunjukkan ruangan ruangan.

"Mas mau istirahat atau mandi dulu? Nenek sedang memasak makan malam..nanti kalau sudah selesai saya antar kesini..."

Tadi Taruna memutuskan untuk melihat rumah yang diceritakan Lintang. Ia belum ingin bertemu dengan Wira dan Adera. Ia butuh sendiri.

Ia mengikuti sepeda motor Lintang, remaja itu cukup kencang melajukan motornya. Jika Taruna sudah tertinggal jauh, Lintang akan menunggu, lalu mulai jalan ketika ia melihat mobil Taruna.

MEMINJAM WAKTUWhere stories live. Discover now