WAKTU KEEMPATBELAS

3.3K 416 42
                                    


Detik demi detik sang waktu
Kini terasa berharga
Tapi juga menyiksa
Ketika kebenaran demi kebenaran
Mengisi jejak langkah didepan

.

.

.

.

Alina Queen Karnadji, begitu nama yang tercantum di KTP nya. Ia amati lekat-lekat foto yang terlihat kaku di kartu itu.
Wajahnya persis sama. Demikian juga dengan foto-foto yang lain, yang telah dengan seksama ia perhatikan. Itu memang foto dirinya.

Atau dirinya habis operasi plastik? hingga ada yang menukar identitas dirinya dengan Alina ini?. Kadang hal itu lebih masuk akal baginya.

Ia mengembalikan Kartu itu kedalam dompetnya, lalu meletakkan benda itu di meja berbentuk bundar yang terletak di sisi kirinya. Alina duduk dikursi teras belakang rumahnya, menikmati sore sambil menunggu kedatangan Jericho.

Hampir setiap hari Jericgo menyempatkan diri untuk datang. Ia akan datang dengan berbagai makanan kesukaannya dari berbagai tempat yang biasa mereka datangi.

Jericho dengan sabar menceritakan apa saja yang mereka lakukan,  memori yang telah mereka cipta dimasa lalu. Semua hal manis dan pahit, Jericho ceritakan.

Dan satu kata yang bisa ia simpulkan,  Alina dan Jericho pasti berjodoh.

Ada rasa bahagia, dan rasa takut datang disaat yang sama.

Ia takut jika dirinya bukanlah Alina yang Jericho maksud. Bagaimana mungkin ia melupakan kekasih sebaik Jericho?.

Kadang ia ingin menangis melihat pandangan penuh cinta dari pria itu. Ia bisa merasakan kasih sayang yang besar dari tunangannya itu. Kasih sayang yang akan menjaganya sampai seumur hidupnya.

Tapi ada saat dimana ia merasa jika dirinya tidak memiliki siapapun di dunia ini. Hampa, seperti itu yang ia rasakan.

Ia mengambil ponsel yang ia letakkan dioangkuannua sejak tadi. Ponsel baru dibelikan Edgar Kanaji Papanya. Ponselnya hancur pada saat kecelakaan terjadi, dan  Jericho sudah mengurus nomor selulernya agar kembali aktif.

Alin melihat-lihat nama di nomor kontaknya. Ia baca nama itu satu persatu, semua terdengar asing. Bahkan tak ada satupun nama yang berhasil diingatnya.

Akhirnya ia hanya menscroll layar ponsel itu tanpa semangat.
Ia menghela nafasnya yang terasa berat.

"Sayang....disini rupanya..."
Ia menoleh dan melihat wajah tampan milik Jericho. Lesung pipinya yang hanya sebelah itu membuat senyum Jericho semakin mempesona.

Ia memberikan senyum terbaiknya, setidaknya Jericho lah jangkarnya kini. Memiliki Jericho membuat dirinya tenang.

Pria itu segera memelukjya, erat seperti biasa. Mengecup keningnya lama-lama. Lalu menatap matanya dalam.

"Kangen kamu, Lin.."Ucapnya.

"Hari ini kamu...lebih bahagia?" Tanyanya lagi  sambil terus.menatap matanya.

Ia mengangguk, Jericho semakin melebarkan senyumnya.

"Mata kamu lebih bercahaya dari kemarin kemarin, itu bagus sayang, kamu harus bahagia terus ya.." Ucap Jericho yang membuat Alina semakin tenang.

"Hari ini aku bawa rawon, kamu tau kan ? Seperti sop tapi kuatnya hitam. Dulu kamu yang ngajarin aku makan ini...ingat nggak?". Kini Jericho yak lagi mengharapkan jawaban apa apa dari Alina, yang penting Alin mendengar semua cerita tentang mereka. Jericho percaya waktunya akan tiba, saat Alina kembali mengingat semuanya.

MEMINJAM WAKTUOnde as histórias ganham vida. Descobre agora