WAKTU KELIMABELAS

3.2K 385 21
                                    

......

Tempatmu dihatiku,
Meski harus mengarungi waktu
Aku tetap bertahan
Meskipun tak ada jaminan
Jika aku yang dihati kamu

.

.
Sesi pertemuan yang dengan psikiaternya dr Hedy Linary membuat dirinya lelah. Saat ini ia merasa berada dititik terendah dari saat ia mulai sadar.

Tidak ada satupun yang bisa ia ingat membuatnya nelangsa. Sejauh ini ia masih belum bisa mengingat siapa dirinya. Putus asa semakin pekat dalam pikirannya.

Dalam hatinya Ia yakin jika ia bukan Alin yang disematkan padanya. Tak ada chemistry dari nama itu yang membuat sesuatu yang menyentuh jiwanya.

Ia merasa seperti potongan puzzle yang tidak matching dengan kumpulan puzzle yang
Ada. Dipaksakan dan membuatnya stress.

Tapi foto fotonya, orang orang yang disebut mereka saudara dan sahabat sahabatnya menguatkan jika dia adalah Alina. Buku tahunan sekolah, akta lahir,KTP seluruhnya merujuk pada dirinya adalah Alina.

"Lin....kita langsung pulang ya...."

Suara lembut dan hangat itu terdengar sayup ditelinganya. Gengaman hangat tangan besar itu pun tak pernah lepas sejak ia keluar dari pintu praktek dokter Hedy. Dan sosok itu begitu setia mendampinginya sampai saat ini.

Alin...
Ya,.. Alina Queen Karnadji. Seorang Sarjana Ekonomi yang baru memutuskan resign dari Perusahaan Property, lalu mengalami kecelakaan ketika menuju bandara untuk berlibur .
Meskipun sampai saat ini ia benar benar tidak ingat apa pun. Rekan rekan kerjanya pun tak bisa membuatnya ingat.
Hasilnya selalu nihil, ia tak ingat apa pun. Itu sangat membuatnya frustasi.

"Alin....sayang..."

Langkahnya berhenti, menatap bingung pada Jericho yang sedang tersenyum padanya. Orang lain pun pasti bisa melihat binar cinta yang begitu pekat dimata Pria itu. Seharusnya Alin merasa tenang, tapi tidak, ia merasa berkhianat jika ia menerima perlakuan penuh cinta dari Jericho.

Apa yang harus ia lakukan?
Bagaimana ia tidak merasa lelah dan frustasi?.

"Kita harus tebus obat dulu, ayo kita kesana...." Alin melihat sekeliling, ah apakah tadi jalannya terlalu cepat sehingga mereka hampir keluar dari lobby Rumah sakit ini?.

Jericho seolah mengerti. Pria itu mengusap puncak kepalanya.

"Its oke, ayo kita masuk lagi..."

Alin segera mengikuti langkah Jericho. Pria itu begitu sabar, ia sengaja  menyesuaikan langkahnya dengan Alin. agar ia merasa dilindungi.

Tak bisa dipungkiri Alin merasa nyaman, dan ia membutuhkan Jericho saat ini.

Alin merasa takut membayangkan bagaimana jika Jericho mulai lelah dengan kondisinya.

Tapi genggaman tangan hangat yang dirasakannya kini, memberi keyakinan setidaknya perasaan Jericho terasa tulus.

Alin menoleh ke arah Jericho dan membalas genggaman tangan itu.

Jericho yang merasakan tekanan pada telapak tangannya menunduk melihat Alin yang sedang tersenyum dengan mata yang terlihat juga ikut tersenyum. Hatinya menghangat.

Baru kali ini ia melihat Alin seperti ini. Ia langsung tersenyum lebar, mengacak rambut Alin dengan gemas. Entah karena Alin mulai megenalnya atau Alin hanya karena Alin ingin berterimakasih, Jericho tak peduli. Ia bahagia dengan perubahan kecil ini. Seolah Alin mulai membiarkan dirinya masuk dalam kehidupannya.

MEMINJAM WAKTUWhere stories live. Discover now