Part 14. Merindu

22 18 10
                                    

''Datangnya rindu yang tak kenal waktu, menanti kabar yang tak kunjung datang. Ingin mengabari tapi takut menganggu."

-Zona Aily Jovannia-

                                 • • •

"Kamu ingin ikut Mama atau ikut Papa, Khal?"

Perasaan Khatulistiwa bagai dihunjam batu bertubi-tubi baginya ini adalah pertanyaan yang paling menyakitkan, Mama Papanya kenapa tidak pernah memikirkan keadaannya yang sedang hancur - sehancurnya, bagaimana tidak, orang tua yang menjadi panutan hidupnya itu kini harus saling bercerai dan menempati tempat yang terpisah.

Khatulistiwa hanya diam membisu engan rasanya untuk menjawab, rongga keronkonggannya terasa begitu sesak, dadanya terasa sakit melihat kedua orangtuanya yang sangat ia sayangi itu tidak bisa bersatu, kenapa nasib ini harus terjadi padanya

" Ma'afkan Papa, Nak, Papa terpaksa harus bercerai, Papa sudah tidak tahan lagi dengan sifat Mama kamu." ujar Pria Paruh Baya itu mengelus -elus rambut Khatulistiwa lembut, berusaha menenangkan anak semata wayangnya itu.

Khatulistiwa memandang Pria paruh baya yang duduk disampingnya.
Papanya itu sedikit berbanding dengan Mamanya meskipun sibuk dan harus bolak - balik keluar Negeri untuk masalah pekerjaan, tapi Papanya itu masih menyempatkan diri untuk hanya sekedar mengobrol dengan Khatulistiwa walaupun hanya beberapa jam saja tapi rasanya Khatulistiwa merasa lebih disayangi ketimbang Mamanya yang selalu pergi pagi pulang pagi tidak jelas arah dan tujuannya, kalaupun pulang oleh-olehnya selalu laki-laki yang tidak tahu asal usulnya.

"Tapi Pa apa tidak bisa diperbaiki lagi?"

Herry Abraham hanya menggeleng berat, jujur saja ia tidak rela jika Khatulistiwa harus menjadi korban penceraiannya itu, ia sangat menyayangi Khatulistiwa , jika saja istrinya tidak melakukan kesalahan bejat terhadapnya, mungkin saja hal seperti ini tidak akan terjadi pada Khatulistiwa.

Sebuah Mobil Hitam Metalik terpakir di Bagasi Rumah Herry menampakkan tiga orang dari dalam mobil itu, tiga orang itu tak lain adalah Mamanya Khal sendiri dan satunya lagi pacarnya__orang yang selama ini sudah merusak kebahagiaan Herry, satu lagi menampakkan anak sebaya dengan Khatulistiwa, Khatulistiwa merasa tidak asing dengan orang itu.

Bukankah itu Jinso?
Jinso Ketua dari Lion Geng__musuh bebuyutan Tiger Geng.

Khal terbelalak menatap Jinso yang sudah berada di muka pintu rumahnya, ia datang bersama Mamanya dan satu orang laki-laki yang notabene sebagai selingkuhan Mamanya.

Jangan-jangan Jinso ...?
Kejutan macam apalagi nih tuhan?

"tidak perlu basa basi lagi sekarang cepat tanda tangani surat perceraian ini!"wanita itu menyerahkan kertas lembaran kertas putih itu dihadapan Herry, Ayah Khatulistiwa.

Dengan mantap Herry menandatangi surat perceraian dari Istrinya, ini adalah lembaran baru baginya, sulit memang tapi pasti, perlahan ia akan melupakan kenangan - kenangan indah yang pernah tercipta bersama Emely.

Mereka semua sedang duduk di Ruang tamu milik Herry, di depan mereka terdapat meja kecil pembatas antara Herry dan Emely, istrinya.

Disamping kanan Emely duduk seorang pria berperawakan tegas dan kekar, Pria itu begitu tak asing di mata Herry karena sering keluar masuk rumahnya, dia adalah orang penghancur rumah tangga Herry selama tiga tahun belakangan ini, sangat beda jauh memang, mau dilihat dari sorot wajah ataupun bentuk tubuh, lebih menawan Pria itu daripada dirinya, pantas jika istrinya berpaling kepadanya perut buncit dan badan pendeknya saja sudah membuatnya Insecure, dan Herry menyadari hal itu, toh mau bagaimanapun juga pria itu kelihatan sepuluh tahun lebih muda daripada dirinya, ia hanya menang dalam hal materi tapi soal fisik ia akui ia kalah jauh sekali.

Zona  Khatulistiwaजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें