2. Mr. ASA

602 54 0
                                    

Assalamualaikum
Jangan lupa vote, comment and share
Follow juga yaaa
Terima kasih
Happy reading
*****

Shaka sedang berada di lokasi kejadian seorang Art tewas di rumah salah satu polisi tempatnya bekerja. Dengan memakai kostum hitam, topi hitam dan juga tak lupa masker berwarna hitam sebagai ciri khasnya. Shaka berusaha mencari kebenaran dari kejadian tersebut.

Saat dia pergi meninggalkan Xiera tadi karena mendapat tugas memecahkan kasus tersebut. Pasalnya, beberapa anggota polisi yang di utus ke lokasi belum menemukan kejanggalan. Mereka bahkan hampir memutuskan bahwa ini memang murni bunuh diri.

Shaka meneliti keadaan korban, perempuan berusia 24 tahun tersebut bernama Dita. Di mulutnya masih terdapat busa bekas overdosis dari obat yang berserakan di lantai. Dari sanalah semua mengambil asumsi dan beranggapan Dita bunuh diri.

Shaka memperhatikan dengan seksama keadaan korban. Shaka juga bertanya pada Art lain yang merupakan partner Dita bekerja di rumah ini.

"Adakah orang di rumah ini yang namanya di mulai dari huruf J?"

"Ada pak. Den Jerry, anak tunggal bapak. Den Jerry baru tinggal di sini satu bulan yang lalu" jawan Art itu.

Mendengar hal itu, Shaka langsung memerintahkan polisi untuk menahan Jerry. Anak dari Brigadir Bimo pemilik rumah tempat Dita bekerja.

Terjadi pemberontakan saat Jerry di bawa ke kantor polisi. Begitu juga dengan orang tuanya.

"Pak, kenapa anak saya yang di bawa? Anak saya bahkan tidak mungkin melakukan kejahatan. Dia seorang pengacara" kata Brigadir Bimo membela anaknya. Dia saat itu memang tidak ada di rumah karena tugas. Yang berada di rumah adalah istri dan anaknya serta Art mereka.

"Iya pak. Kami sangat menghormati Dita walaupun dia Art. Jadi anak saya tidak mungkin berbuat jahat padanya" tambah istri Brigadir Bimo, Susan.

Shaka kembali membisikkan sesuatu pada anggota kepolisian itu. Polisi tersebut menganggukkan kepalanya mengerti dan segera memberi perintah.

"Bawa juga Ibu Susan dan Artnya yang itu ke kantor polisi. Kami butuh keterangan dari mereka". Mereka kemudian meminta istri Brigadir Bimo dan Artnya mbok Iyem untuk ikut ke kantor polisi. Brigadir Bimo juga ikut untuk menemani istri dan anaknya.

*****

Di kantor polisi, mereka sudah duduk di ruangan introgasi. Shaka sebagai pemegang kunci dari permasalahan ini segera di minta untuk menjelaskan.

"Mr. ASA, bisa langsung di jelaskan semua perkara berdasarkan bukti yang anda dapatkan" kata Polisi itu. Shaka mengeluarkan dua foto polaroid, yang pertama terdapat darah dengan inisial huruf JS. Yang ke dua seperti bekas cakaran pada leher bagian belakang korban.

"Baiklah, fakta yang pertama. Korban tidak bunuh diri tetapi di bunuh, dengan cara menyuruhnya mengonsumsi obat secara berlebihan. Fakta yang kedua, karena korban menolak, pelaku memaksa dengan menekan leher bagian belakang dan menimbulkan bekas cakaran. Ini karena kuku pelaku sedikit panjang. Fakta yang ketiga, pelaku berinisial JS. Korban sengaja melukai jarinya untuk menulis inisial pelaku karena di kamarnya tidak terdapat alat tulis." Shaka menjeda sejenak ucapannya.

Semua yang berada di sana merasa tegang, terutama Jerry dan Susan.

"Inisial JS adalah nama dua orang. Dan siapa lagi di rumah kalian yang namanya dengan awalan J dan S?" Tanya Shaka. Semuanya terdiam, termasuk Brigadir Bimo. Shaka tersenyum di balik maskernya.

Mr. AsaWhere stories live. Discover now