3. Restu

545 51 0
                                    

Assalamualaikum
Jangan lupa vote and comment
Happy reading
Luvv💕
*****

Shaka kini berada di rumah bundanya. Jadwal kuliahnya setelah sholat Zhuhur, jadi paginya dia pergi ke rumah Ayah dan Bundanya.

"Jadi, anak bunda kenapa?" Tanya Syafira saat mereka selesai sarapan.

"Naluri seorang ibu memang tidak ada duanya", batin Shaka. Dia padahal hanya bilang kemarin ingin kerumah, tapi bundanya bisa tau kalau dia punya maksud dan sesuatu yanh ingin di sampaikan.

"Iya nak, ayo cerita. Bentar lagi ayah mau berangkat nih" kata Azzam. Shaka menarik napas panjang dan mulai menyampaikan maksudnya.

"Kemarin Shaka di kampus hampir nabrak seorang perempuan. Handphonenya rusak gara-gara Shaka. Terus Shaka berikan dia handphone lain untuk menggantinya, tapi dia mau balikin handphonenya. Karena kesel, Shaka bilang kalau dia mau balikin handphonenya Shaka bakalan lamar dia".

Azzam dan Syafira kaget mendengar penuturan sang anak.

"Shaka, pernikahan bukan alat untuk mengancam dan bukan untuk di permainkan. Kamu laki-laki, semua perkataan yang keluar dari mulut kamu harus di pertanggung jawabkan" ucap Azzam dengan nada tegasnya. Shaka menundukkan kepalanya, untuk pertama kali ayahnya berbicara dengan nada tegas padanya.

"Sayang, jangan terlalu begitu. Ada maksud lain di balik semua ucapan Shaka pada perempuan itu" kata Syafira menenangkan suaminya.

Shaka tersenyum pada bundanya, itulah kenapa dia mau mencari perempuan yang akhlaknya seperti bundanya. Selalu lemah lembut dalam mengatasi masalah.

"Shaka, kamu tidak mungkin bisa mau melamar perempuan kalau kamu tidak tertarik dengan dia kan?" Tanya Syafira.

"Iya bunda. Shaka sudah tiga kali bertemu dengannya. Jantung Shaka berdetak cepat, dan sudah tiga kali juga tidak sengaja menatap matanya. Shaka tidak mau rasa ini menjadi dosa bunda, ayah".

Syafira langsung flashback. Kata-kata Shaka sama persis dengan kata-kata Azzam saat melamarnya dulu. Syafira tersenyum penuh arti.

"Dia berhijab?" Tanya Syafira pada anaknya.

"Iya bunda, memakai gamis panjang dan pertemuan kedua Shaka di mushollah".

"Siapa namanya?" Tanya Azzam.

"Xiera ayah". Mendengar nama itu, Syafira merasa tidak asing. Seperti nama seseorang yang dia kenal.

"Xiera... Xiera Nadhifa Puspita?". Syafira menyebut nama lengkap Xiera. Shaka dan Azzam kaget saat mendengar Syafira tau nama lengkapnya.

"Bunda kenal?"

"Kalau benar dia Xiera yang bunda kenal, cocok banget sama Shaka. Dia ikut kajian yang sama dengan bunda, bahkan dia panggil bunda lho mas sama aku. Itu lho karyawan klinik dekat sini, kita manggilnya Dhifa mas" jelas Syafira pada suami dan anaknya.

"Oooo, ya Allah. Anak itu, ya kita kenal itu. Dia kuliah sambil kerja, mahasiswi kedokteran semester 3 dari beasiswa".

Shaka tersenyum lega, semua di luar ekspektasinya. Orang tuanya mengenal Xiera bahkan sebelum dirinya.

"Jadi, gimana Yah, bun?" Tanya Shaka. Syafira dan Azzam saling berpandangan, Syafira menganggukkan kepalanya pada suaminya.

"Nak, ayah dan bunda merestui kamu. Pesan kita jangan pernah mempermainkan hatinya. Jika memang serius, ayah dan bunda akan temani kamu mengkhitbahnya di depan orang tuanya" kata Azzam.

"Makasih ayah, bunda" ucap Shaka. Dia kemudian memeluk kedua orang tuanya.

"Eh, udah sini peluk ayah aja. Bunda is my mine" kata Azzam yang membuat mereka tertawa.

Mr. AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang