Bab.7 || Setumpuk Amarah Dan Seberkas Iri.

2.6K 392 114
                                    


ABSEN DULU 👆
RAMEIN GAESS, BIAR AKU SEMANGAT!
.
.

___________


Angkasa di atas sana sudah sepenuhnya menggelap saat hujan benar-benar berhenti. Entah semesta yang tengah berduka atau langit yang gemar menumpahkan tangisnya, namun beberapa hari belakangan, hujan lebih sering datang tanpa bisa di terka.

Bagaimana semesta yang penuh misteri laksana Galaksi yang juga penuh akan misteri. Dan Biru benar-benar tidak bisa menerka makna tersirat dari bagaimana Galaksi menatapnya saat ia mengeluhkan sikap Galaksi.

Lelaki itu hanya diam dengan seraut wajah yang tak menunjukkan perubahan apapun. Hingga Biru pun harus kembali menelan kekecewaan untuk kesekian kalinya.

"Lo tuh kenapa sih harus datang ke hidupnya Galaksi?"

Tajam suara Reksa membuat Biru kembali pada dunianya yang sebenarnya. Bocah itu menengok ke arah Reksa yang baru saja tiba dan ikut mendudukkan dirinya di samping Biru yang tengah menikmati acara televisi.

"Maksud kamu apa?"

Remaja seusianya itu terlihat memasang raut ketidaksukaannya secara terang-terangan di depan Biru, "Sebelumnya, tiap gue mau check up rutin ke rumah sakit, Bang Gala pasti selalu nyempetin buat nemenin gue check up. Tapi hari ini, untuk pertama kalinya Bang Gala nolak permintaan gue cuma gara-gara jemput lo."

"Gue selalu gagal ngeyakinin bokap sama nyokap gue, tapi gue nggak pernah gagal ngeyakinin Bang Gala. Tapi hari ini, cuman karena takut lo nunggu kelamaan karena hujan, Bang Gala milih buat ninggalin pekerjaannya, ninggalin gue. Cuma buat lo, buat jemput lo."

Percikan api itu begitu kentara dari bagaimana kedua kelereng hitam Reksa membara dengan tajam tatap yang seolah menelanjangi Biru di tempatnya. Pun bagaimana rahangnya yang mengeras menunjukkan seberapa kesal dan tidak suka akan kehadiran Biru.

"Dan tadi, dia dateng sambil gendong lo yang cuman karena lecet di lutut. Gue bener-bener gak bisa ngenalin Bang Gala yang sekarang gara-gara lo, Biru."

Ditempatnya, Biru justru kembali di buat bimbang akan kalimat yang baru saja Reksa suarakan. Benarkah Galaksi lebih memilih dirinya di banding Reksa dan pekerjaannya? Benarkah cowok itu khawatir dirinya kehujanan?

Lantas jika memang demikian, mengapa Galaksi hanya diam saat Biru gaungkan asa yang hampir pupus karna sikap Galaksi? Mengapa Galaksi tidak mencoba menberikan penegasan pada Biru setelahnya.

"Aku cuma orang baru di kalian. Posisi kamu nggak akan pernah bisa aku geser, Sa. Kamu udah punya tempat di hidup Kak Gala. Kamu udah di terima sejak awal di rumah ini. Sedangkan aku," ucap yang Biru suarakan kian memelan seiring nada suaranya yang bergetar. Hingga Biru pun berdehem pelan sebelum melanjutkan, "Aku cuma orang asing yang nggak seharusnya ada di tengah-tengah kalian. Kamu, Oma, dan kak Gala."

"Yang kamu lihat belum tentu sama dengan yang orang lain lihat. Percaya sama aku, kak Galaksi lakuin itu cuman karena rasa tanggung jawabnya ke aku." Biru tolehkan kepalanya hingga sepasang manik secoklat madu miliknya bertemu pandang dengan manik kelam Reksa.

"Aku bukan siapa-siapa, Sa. Aku nggak sepenting itu buat Kak Gala."

Tepat setelah lirih kalimat itu Biru perdengarkan dengan nada suara yang berbeda, tubuh mungil itu beranjak meninggalkan Reksa yang masih diam dengan pandangan lurus ke depan, di tempat dimana Biru duduk sebelumnya.

Mengabaikan nyaring suara televisi yang membelah sunyi sejak kepergian Biru beberapa saat lalu.

Hingga di sepersekian detik setelahnya, Reksa bawa manik kelamnya menatap pintu kamar Biru yang tertutup rapat sejak sang empu memasukinya. Sebelum rematan kuat ditangannya kian menguat seiring panas yang menjalar di dadanya.

Rengkuh Sang BiruWhere stories live. Discover now