Bab.9 || Perisai Dingin Yang Membentang

2.3K 350 55
                                    


Jangan lupa follow IG ku : @lalanaraya
.

.

_______

Kalau di tanya hal apa yang paling menakutkan, maka Reksa akan langsung mengatakan bahwa wajah Galaksi yang menahan amarah adalah hal paling menakutkan. Bahkan Reksa pun tak pernah merasakan takut saat penyakitnya kambuh, atau saat dirinya harus menjalani operasi pengangkatan cairan yang menyumbat paru-parunya.

Tidak ada kata takut dalam kamus seorang Reksaka sebelum melihat bagaimana wajah Galaksi yang menahan amarah hingga urat-urat di dahinya menonjol, juga bagaimana rahang tegasnya mengeras dengan manik sekelam arang yang menajam bak belati.

"Oma sudah bilang, kan. Anak itu semakin di manja akan semakin melunjak. Lihat jam berapa ini? Sudah hampir tengah malam tapi anak itu tidak pulang. Mang Didin sampai muterin hampir satu kota buat nyari anak nggak berguna itu."

Hela napas gusar Reksa buang begitu tajam kalimat Oma terdengar. Ia torehkan pandangan pada wajah Galaksi yang masih setia mengeras menahan letupan amarah.

Bagaimana lagi, sejak Mang Didin berpamitan untuk menjemput Biru pukul dua siang hari tadi, hingga saat ini waktu menunjukkan pukul sebelas lewat, Biru belum juga menampakkan diri. Pun sudah ratusan kali Galaksi mencoba menghubungi Biru, namun hanya balasan dari operator lah yang Galaksi dapatkan. Yang membuat Galaksi melemparkan ponsel pintarnya hingga hancur.

"Bang, mending lo coba cari lagi deh. Tapi sama Mang Didin yang nyetir, lo lagi emosi parah dan itu bahaya banget. Lo bisa pake hape gue buat ngelacak hapenya Biru." Reksa berusaha menjadi yang paling berkepala dingin di antara kekesalan Oma dan amarah Galaksi. Ia juga memberikan ponsel canggihnya untuk memudahkan pencarian Biru.

"Lo bisa berpikir jernih kalo lo nggak kemakan emosi."

Galaksi mencoba mengendurkan raut mengerasnya saat datar suara Reksa menjadi air yang memadamkan amarahnya. Pemuda duapuluh lima itu menerima ponsel Reksa untuk kemudian ia simpan di sakunya.

"Makasih, aku tau kamu selalu bisa di andalkan, Sa."

Tepat setelah kalimat itu di gaungkan, Galaksi menepuk pundak Reksa sebelum kemudian mengajak Mang Didin untuk kembali mencari presensi sang adik yang menghilang sejak sepulang sekolah.

Di tempatnya, Reksa hanya menatap sendu punggung tegap Galaksi yang kian tak terlihat obsidian nya.

••••••

Malam itu, suasana temaram di ibu kota masih terlihat ramai kendati waktu telah menunjukkan pukul duabelas malam. Ya, waktu yang terlalu larut untuk seorang remaja di bawah umur berada di luar. Dan Biru adalah satu dari sekian remaja yang masih berkeliaran di luar saat tengah malam.

Bocah yang masih mengenakan seragam sekolah putih biru itu baru saja keluar dari sebuah tempat hiburan malam yang masih ramai oleh pengunjung.

Ya, itu benar. Biru tengah berada di sebuah pub legal yang terletak di pusat kota Jakarta Selatan. Bocah itu terlihat menonjol dengan seragam sekolahnya di antara pria dan wanita dewasa yang berpakaian terbuka, termasuk tantenya.

"Biru! Berhenti kamu, jangan pergi seenaknya. Kamu gak pernah di ajari sopan santun?!"

"Lepasin!" Biru menyentak kasar tangan Mayang saat wanita tersebut mencoba menghentikannya. Wajah Biru memerah entah karna menahan rasa marah atau pengaruh minuman beralkohol rendah yang tanpa sengaja Mayang berikan untuknya tadi.

Rengkuh Sang BiruWhere stories live. Discover now