Bab.18 || Tawa Yang Kembali Terenggut

1.9K 289 154
                                    

Follow IG : lalanaraya

•••

Siang itu, terik matahari ditengah kepadatan ibukota terasa lebih membakar. Bersama asap-asap kendaraan yang membuat udara disekitar terasa semakin pengap dan menyesakan. Para pengemudi kendaraan yang saling berebut untuk berada di garis depan. Juga anak-anak berseragam sekolah yang tengah menunggu lampu pejalan kaki berganti warna.

Sebotol sedang air mineral dingin telah berhasil Biru tandaskan tanpa sisa. Bocah itu meminum dengan rakus hingga botol tersebut kosong seketika. Wajar, panas kali ini terasa lebih menyengat hingga pakaian Biru bahkan hampir basah oleh keringat.

Bocah limabelas tahun itu baru saja beristirahat setelah seharian penuh menjual karya lukisannya dengan berkeliling di sepanjang jalanan dekat lampu merah. Sebenarnya hasilnya cukup lumayan, banyak yang merasa puas dengan karya lukisan Biru. Tak jarang beberapa pembeli meminta di gambarkan sesuai keinginan mereka. Meski hanya mampu mengumpulkan beberapa lembar recehan serta koin seribuan, Biru tetap merasa bersyukur sebab dirinya sudah mampu menghasilkan uang sendiri.

"Huh, panas banget sumpah," ucap Biru bermonolog. Bocah itu mengipasi dirinya dengan kertas-kertas ditangannya.

"Panas ngeluh, hujan ngeluh. Dasar manusia."

Cibiran bernada sarkasme yang Nathan lontarkan membuat Biru menoleh, melirik Nathan yang baru datang dan ikut mendudukkan dirinya disamping Biru. Kini keduanya tengah berteduh di sebuah halte yang terlihat sepi tanpa sosok lain selain Biru.

"Bang Nathan tuh, ngerusak pemandangan di depanku tau nggak," ucap Biru membalas cibiran Nathan.

Nathan menoleh sinis mendengar balasan Biru. Hampir satu minggu hidup bersama membuat bocah itu tidak lagi memiliki batas untuk segan seperti sebelumnya. Biru sudah bergabung bersama Juna, Erren, dan Hiro sebagai golongan bocah-bocah titisan setan yang senang menistai ketampanan Nathan.

"Mata lo baru aja ngelihat pemandangan cowok paling ganteng se-jabodetabek. Harusnya lo banyak-banyak bersyukur bisa lihat wajah sempurna gue dari deket." Nathan dengan segala narsisme dan kepercayaan diri yang tinggi memang tidak bisa dipatahkan.

"Bang Nathan tuh kok ya bisa sepede itu," celetuk Biru tak habis pikir.

"Oh ya harus. Sebelum lo mencintai orang lain, lo harus mencintai diri lo sendiri dulu. Itu slogan salah satu boyband kpop yang paling terkenal tuh."

"Itu narsis bang! Bukan mencintai diri sendiri."

Tawa renyah Nathan pecah. Pemuda itu mendongkak dengan jumawa. "Orang ganteng mah bebas."

Biru menatap Nathan dengan tampang julid yang kerap Erren ajarkan padanya. Bocah itu menggeleng tak habis pikir akan bagaimana Nathan yang begitu percaya diri. Meski tidak dapat dipungkiri, wajah dan proporsi tubuh Nathan memang bisa dikatakan sempurna. Sayangnya, hal tersebut tertutup oleh pakaian lusuh dan status sosial Nathan yang kerap dipandang sebelah mata.

Di mana-mana status sosial memang selalu menjadi nomor satu. Sama seperti saat di sekolah dulu, dimana Biru akan selalu menjadi sosok yang harus memaafkan meskipun para guru tahu bagaimana perisakan yang Biru terima.

Hanya karena Biru murid penerima beasiswa dan anak seorang kuli, guru-gurupun ikut memandang sebelah mata. Seolah seluruh prestasi yang Biru torehkan dengan membawa nama sekolahnya tidaklah berarti apa-apa.

Ah, mengingat sekolah membuat Biru ikut mengingat satu-satunya sahabatnya. Sedang apa ya anak itu sekarang. Di jam seperti ini, Arai pasti akan mengajak Biru untuk membolos di ruang UKS sebagai alibi untuk bertemu mbak Indah.

Rengkuh Sang BiruHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin