Bab.15 ||Sederhana Yang Patut Disyukuri

1.9K 269 101
                                    

......

Sejak kemarin, entah sudah berapa kali Galaksi membuat kesalahan yang sama yang hampir tidak pernah ia lakukan. Laporan yang seharusnya sudah matang untuk di bawa ke meja rapat tidak terselesaikan, proposal yang seharusnya di ajukan untuk proyek tempo hari tidak juga Galaksi laporkan. Pemuda itu bahkan mendapat teguran langsung dari Pras.

Mendapat teguran langsung dari Pras membuat Galaksi benar-benar harus ekstra dalam bekerja. Pemuda itu mengambil jatah lembur setiap malamnya untuk membenahi kesalahannya. Galaksi bahkan mungkin akan lupa untuk makan jika tidak ada Regan yang selalu mengingatkan.

Regan yang sejak kemarin membantu sahabatnya itu merasa prihatin dengan Galaksi. Bagaimana penampilan Galaksi yang biasa rapih dan segar kini berganti kusut dan pucat. Bibirnya kering, kantung matanya yang menghitam, serta wajah pucat yang menjelaskan bagaimana kerasnya Galaksi pada dirinya.

"Istirahat dulu, Gal. Proposal udah di ajuin, tinggal nunggu acc doang. Jangan terlalu forsir diri lo." Kalimat itu entah sudah berapa kali Regan suarakan sejak melihat wajah kusut sahabat karibnya itu.

"Hmm, setelah ini aku bakal pulang." Galaksi berujar tanpa mengalihkan atensinya pada layar laptopnya yang menampilkan grafik untuk perencanaan pembangunan hotel baru nantinya.

Putaran bola mata jengah dari Regan sudah cukup menjawab kekesalan Regan pada sosok general manajer Hilton Suite tersebut.

Arah pandang Regan beralih pada beberapa bungkus serta tabung pil obat yang ada meja Galaksi.

"Perasaan gue aja, atau ini suplemen lo emang nambah banyak tiap harinya ya?"

Baris kalimat yang Regan pertanyaan membuat Galaksi mengalihkan atensinya untuk kali pertama. Pemuda itu lantas buru-buru meraih tabung obat miliknya yang belum sempat ia simpan, lantas ia taruh di dalam laci mejanya sebelum menguncinya.

"Kamu tahu kerjaan aku banyak 'kan? Aku harus minum banyak suplemen dan vitamin biar nggak tumbang," ucap Galaksi masih dengan nada datar dan raut wajah tanpa ekspresi.

Regan hanya mangut-mangut setelahnya. Tidak terlalu memikirkan kendati iapun merasa heran dengan Galaksi yang beberapa waktu belakangan sering mengonsumsi obat yang katanya vitamin dan suplemen penambah stamina.

"Gimana soal permintaanku kemarin? udah dapet belum apart-nya?" tanya itu Galaksi suarakan setelah tidak ada lagi percakapan yang menjadi pembunuh sepi di sana.

Untuk sesaat Regan hanya diam mencerna pertanyaan Galaksi. Hingga kemudian, pemuda itu tersentak saat baru mengingat apa yang Galaksi pinta tempo hari.

"Oh iya lupa gue!" Regan menepuk keningnya sendiri. "Gue udah dapet apart yang sesuai sama permintaan lo. Tempatnya juga gak jauh dari hotel buat lo pulang pergi. Tinggal lo sendiri yang lihat. Kalo emang cocok, tinggal tanda tangan kontrak."

Dua hari lalu,Galaksi memang sempat meminta tolong pada Regan untuk mencarikan sebuah apartemen sederhana yang tidak jauh dari hotel mereka. Meski tidak tahu untuk tujuan apa karena Galaksi sendiri enggan memberitahu, Regan tetap membantu mencarikannya sebagai sahabat yang baik.

Tidak ada jawaban yang Regan dapatkan. Barangkali ucapan terimakasih untuk apresiasi atas usahanya. Saat menoleh, dirinya sudah mendapati Galaksi yang tengah berkutat dengan smartphone miliknya. Regan mendengus setelahnya, terlampau hafal sifat dan sikap sahabat karibnya tersebut.

Lain dengan Galaksi yang tengah berkutat dengan smartphone-nya. Pemuda itu menatap lamat foto yang Oma kirimkan padanya. Potret foto Biru yang tengah bersama budenya, yang terlihat bahagia sembari menyantap sepotong ayam goreng.

Rengkuh Sang BiruWhere stories live. Discover now