Bab.25 || Badai yang Belum sepenuhnya Usai

1.5K 261 237
                                    

Hoi, para piranha yang kemarin menerorku, sampe gak muncul tak datangin satu-satu.

Bikinnya ngebut 4 jam. Kalo ada typo dan narasi cringe mohon di maklum. Seperti biasa, update dulu, revisi terakhiran.

Enjoyyy!

_______

Suasana suram pun juga mencekam tampak mendominasi ruang yang dibaui obat-obatan tersebut. Tegang disana masih belum terurai sejak Laras datang dan melampiaskan amarahnya pada Biru, juga bagaimana Galaksi yang datang secara tiba-tiba menghentikan aksi Laras yang berusaha mencelakai Biru.

Reksa masih kepayahan mengais udara kendati dirinya telah cukup mmampu bertopang diri pada meja nakas. Namun, afeksi bocah itu sepenuhnya tertuju pada sosok Galaksi yang kini berdiri kokoh memunggunginya guna melindungi sang adik. Galaksi, yang beberapa hari terakhir ia lihat terkapar tak berdaya di ranjang pesakitan tiba-tiba muncul dihadapannya.

Keterkejutan Reksa tak jauh beda dengan Biru. Bocah itu juga sama terkejutnya akan kedatangan Galaksi. Bahkan ia jauh lebih terkejut dengan kemunculan Galaksi alih-alih sang bude yang dengan amarah berusaha mencelakainya. Bocah bermanik cokelat madu tersebut masih memaku tatapnya pada wajah pucat Galaksi di hadapannya.

"Jangan sekalipun anda berani menyentuh adik saya. Atau saya sendiri yang akan membalas dua kali lipat dari luka yang adik saya terima." Dan di sana, Galaksi masih memaku tatap tajam menghunus pada sosok Laras. Lantang suaranya terdengar mengancam, sanggup menggetarkan pijakan Laras.

Tangan kanan Galaksi yang tak dipasangi gips masih mencengkram kuat tangan Laras yang sebelumnya berusaha mencekik Biru. Wajah pucat dengan beberapa luka gores yang masih terlihat itu tampak mengeras dengan urat-urat yang terlihat dari pinggir pelipisnya. Pemuda duapuluh lima tahun itu seolah tak merasakan sakit saat tubuhnya dipaksa mendobrak pintu ruang rawat dengan satu tangannya yang di pasangi gips berbahan fiberglass juga leher yang masih terpasang cervical collar.

"Minggir kamu. Kamu juga berperan sebagai pembunuh anak saya. Seandainya kamu gak bawa Biru pergi malam itu, anak saya masih bisa terselamatkan," ujar Laras penuh penekanan.

Tatap sayunya beradu pandang dengan sorot tajam Galaksi. Kemudian beralih pada pada sepasang manik redup Biru.

"Seharusnya, kamu biarin anak ini lenyap. Anak pembawa sial ini hanya akan membawa petaka untuk hidup kamu. Orang-orang yang ada di dekatnya selalu celaka. Dia yang bunuh ibu dan bapaknya, dia yang bikin anak saya meninggal, dia sebentar lagi akan membawa petaka dihidup kamu."

Tiap-tiap penggal kalimat yang Laras perdengarkan layaknya bara api yang semakin membakar sisa-sisa kesabaran Galaksi. Pemuda itu memejam sejenak, guna menekan amarahnya agar tak lepas kendali. Sebab, Galaksi pun masih sadar untuk tak melukai seorang wanita.

"Cukup. Berhenti sampai situ," pungkas Galaksi, dengan serak suara juga keringat-keringat yang membasahi wajah pucatnya.

"Belum. Saya belum puas sebelum Biru merasakan apa yang saya rasakan. Kamu harusnya benci dia. Karena dia keluarga kamu hancur, ibu kandung kamu pergi ninggalin kamu. Sabiru, dia cuma anak haram yang gak seharusnya lahir da—"

"SAYA BILANG CUKUP! BERHENTI BICARA OMONG KOSONG!" sentak Galaksi dengan murka. Amarahnya terpatik hingga sudut-sudut hatinya kian terbakar.

Di sepersekian detik berikutnya, Galaksi melepas cengkramannya dari tangan Laras, sedetik kemudian tangannya hampir menyentuh wajah Laras. Namun, tubuh pemuda jangkung itu meluruh begitu saja saat kesadarannya terenggut dalam kabut hitam.

Rengkuh Sang BiruWhere stories live. Discover now