Bab.23 ||Secercah Harap Berselimut Fana

2K 252 88
                                    

Halo, Sabiru kembali
seperti biasa, publish dulu, revisi belakangan
.
.

Ketika banyak jiwa-jiwa yang menggantungkan harapnya pada semesta, untuk sekedar mengecap secuil bahagia, atau setidaknya membawa seggenggam asa yang mereka pertahankan untuk tetap waras. Semesta selalu punya banyak cara untuk mematahkan asa yang telah mereka genggam, atau bahkan merenggut secuil bahagia yang bahkan belum mereka kecap. Dan menjadikan mereka jiwa-jiwa yang kehilangan arah tujuannya.

Di antara jiwa-jiwa tersebut, Nathan menjadi salah satu dari jiwa-jiwa yang kehilangan tujuannya. Atau mungkin, sejak awal Nathan telah lama kehilangan jati dirinya.

"Anda siapa? Apa tujuan ada membebaskan saya?"

Dan kini, dihadapan Nathan, sosok asing yang tiba-tiba datang seolah mengenggam puing-puing harap itu kembali mempermainkan Nathan dengan takdir yang memuakan.

"Siapa anda sebenarnya? Saya gak pernah ngerasa kita pernah ketemu sebelumnya." Kembali, Nathan perdengarkan lantang kalimat dengan penekanan disetiap bait aksaranya.

Pemuda itu menatap penuh selidik sosok pria dewasa dengan setelan jas hitam serta tatanan rambut yang terlihat rapih yang mempertegas rahang tajamnya. Bertahun-tahun menghabiskan hidupnya dijalanan membuat Nathan selalu mengantisipasi sosok-sosok asing yang datang padanya.

"Nama saya Prasetya, dan saya hanya menempati janji saya sama Sabiru untuk membebaskan kamu dari sini."

Kalimat pria empat puluhan tahun tersebut praktis membuat Nathan memusatkan atensi pada pria tersebut sepenuhnya, saat nama Sabiru terdengar cukup lantang dari pria tersebut, dan itu sudah cukup mengusik tenang yang sejak tadi Nathan pertahankan.

"Kenapa anda kenal sama Biru?"

Tanya yang Nathan gaungkan tidak mendapat sambutan yang Nathan inginkan untuk sekadar mengikir penasarannya. Pras hanya diam dengan wajah tenang yang tidak mampu Nathan terka maksudnya.

"Well, ceritanya cukup panjang untuk dijelaskan," ucap Pras dengan tenang kalimatnya. Pria yang berhadapan dengan Nathan dengan meja persegi yang menjadi pemisah keduanya itu lantas mengarahkan kelereng hitamnya menatap tepat pada Nathan.

"Sekarang, kamu sudah bebas sepenuhnya. Sebelum kamu kembali ke tempat tinggal kamu, saya mau mengajak kamu untuk ikut bersama saya." Pras beranjak dari tempatnya duduk setelah menepuk bagian belakang celananya yang seolah berdebu.

"Dan apa yang membuat anda berpikir saya bersedia untuk ikut sama orang asing yang tiba-tiba datang membebaskan saya?" tanya Nathan yang masih bergeming ditempatnya.

"Hm, saya sudah menduga, sih, reaksi kamu yang seperti ini," ucap Pras dengan kalimat yang terdengar lebih lugas dari sebelumnya. "Tapi, apa kamu gak penasaran gimana kondisi Sabiru? Yahh, alasan saya membebaskan kamu juga karena perjanjian saya sama Sabiru sebelumnya. Kalau kamu penasaran sama kondisi Biru, kamu bisa ikut sama saya."

Lagi, Nathan kembali dihadapkan pada situasi yang membuatnya kebingungan. Di satu sisi ia tidak ingin mempercayai sosok asing dihadapannya tersebut, namun disisi lain, Nathan memiliki firasat buruk tentang Biru. Entah apa itu, tapi satu hal yang Nathan yakini, jika sesuatu yang buruk terjadi pada Biru karena dirinya, Nathan tidak akan pernah memaafkan dirinya sendiri.

"Oke, saya bakal ikut. Asal saya bisa ketemu sama Biru setelah ini," jawab Nathan kemudian, setelah membiarkan detik terbuang sia-sia untuk keputusan yang ia ambil.

"Bagus, memang itu tujuan saya." Pras mendekat dengan senyum tipis yang tak terlihat. Pria berusia matang tersebut lantas menyerahkan satu potong kemeja berwarna hitam untuk ia berikan pada Nathan.

Rengkuh Sang BiruWhere stories live. Discover now