Bab.22 || Sunyi Di Antara Riuh Semesta.

2.6K 310 58
                                    


....

Dulu sekali, saat usianya masih menginjak sepuluh tahun, Galaksi tidak tahu alasan yang membuat Mama dan Papa lebih banyak berdebat dan saling meninggikan suara. Alasan tidak ada lagi kehangatan yang mampu Galaksi rasakan di meja makan setiap kali mereka sarapan dan makan malam.

Mama lebih banyak keluar, dan Papa yang memilih menghabiskan waktunya lebih banyak untuk bekerja. Galaksi hanya ditemani bibi pengasuh setiap harinya, terkadang Oma kerap berkunjung dan menemaninya.

Yang ada dalam ingatan Galaksi saat itu, hanya bagaimana Mama yang berkata tengah mengandung calon adiknya dalam perutnya. Namun, Papa terlibat tidak begitu senang akan kabar tersebut.

"Kalau Mama kamu gak terlalu ikut campur sama rumah tangga kita, aku gak akan lakuin ini, Mas. Aku capek selalu didikte sama Mama kamu. Aku ini istri kamu, tapi Mama kamu seolah gak percaya aku bisa ngerawat kamu sama Galaksi. Sepuluh tahun lebih aku sabar, Mas. Jadi, jangan salahin aku kalau aku memilih kembali sama Mas Aris."

"Kita bisa rundingin ini baik-baik sebelumnya, Sin. Tapi kamu malah memilih berselingkuh sama Aris. Bahkan apa? kamu lagi mengandung anaknya? Aku ini masih suami kamu, Sinta!"

"Kamu suamiku tapi kamu sama sekali gak pernah bela aku setiap Mama kamu ngerendahin aku, Mas Wisnu! Aku capek! Aku mau cari kebahagiaan aku sendiri!"

"Dan ninggalin Galaksi? Sadar! Dia juga anak kandung kamu, Sinta!"

"Aku gak peduli, Mas! Aku tetap akan pergi dan minta pisah sama kamu!"

Malam itu, di penghujung bulan Februari kala itu, Galaksi kecil kembali mendengar pertengkaran Mama dan Papa. Bocah itu terbangun saat tidak menemukan presensi Mama di samping tempat tidurnya.

Namun, saat Galaksi menemukan sosok yang di carinya, sosok itu justru sibuk berdebat dan saling meninggikan suara dengan sang Papa. Padahal, dua hari lagi ulangtahunnya. Dan baik Mama ataupun Papa sama sekali tidak membahas ulangtahunnya sejak kemarin.

"Kalau kamu pergi, gimana sama Galaksi? Anak itu sangat bergantung sama kamu. Dia bahkan gak bisa tidur tanpa ngelihat kamu lebih dulu." Lagi, tegas suara Papa kembali mengisi sunyi yang sempat mengambil alih.

"Kamu udah didik dia dengan keras selama ini, Mas. Kamu tuntut dia supaya jadi sempurna sebagai anak laki-laki pertama. Jadi, aku pikir meskipun aku nggak ada lagi di sampingnya, Galaksi bakal lebih kuat dari anak seusianya. Yang penting, kamu harus lebih lembut sama dia, jangan terlalu tuntut banyak hal sama dia."

Sinta- ibu kandung Galaksi itu seolah tak memiliki setitik penyesalan dengan tekadnya yang ingin meninggalkan rumah berserta suami dan anaknya.

"Lagipula, kalau aku bawa Galaksi, anak itu belum tentu hidup dengan baik. Hidupnya selama ini selalu terpenuhi dengan sempurna. Masa depannya juga akan lebih jelas kalau dia sama kamu. Dan mau gimanapun kamu bujuk aku, aku akan tetap sama keputusanku, Mas Wisnu. Surat cerai kita akan diurus setelah aku pergi."

Di antara sekat yang memisahkan kamar Galaksi dengan ruang tamu tersebut, Galaksi bisa melihat bagaimana Mama yang beranjak pergi meninggalkan rumah setelah menyelesaikan kalimat terakhirnya.

Tanpa menoleh pada kamar Galaksi. Tanpa berusaha memeriksa Galaksi.

Mama pergi dengan langkah pasti malam itu. Meninggalkan Papa yang terduduk lama di lantai rumah dengan segudang penyesalan. Juga, meninggalkan Galaksi yang berdiri kaku menyaksikan perpisahan pahit kedua orangtuanya di usia sepuluh tahun.

Malam itu, dua hari sebelum hari ulang tahunnya, adalah kali terakhir Galaksi melihat wajah sang Mama, serta kali terakhir Galaksi di temani tidur oleh Mama bersama suara merdu Mama yang menyanyikan lullaby pengantar tidur, yang tidak pernah Galaksi dengar di malam-malam berikutnya.

Rengkuh Sang BiruWhere stories live. Discover now