Bab.1 || Awal kisah, Di Balik Sebuah Janji

4K 384 31
                                    


Laksana Galaksi bukan sosok yang penuh akan kasih sayang atau binar cerah yang gemar menebar tawa jenaka. Bukan pula sosok hangat yang dapat merangkul dan mengayomi dengan nasehat bijaknya. Sosoknya di kenal dingin nan tegas dengan perawakan gagah serta wajah yang selalu terlihat datar tanpa ekspresi.

Pembawaannya begitu kaku hingga orang lain sungkan berbasa-basi dengannya. Pun dengan hati dingin tak tersentuh serta watak tegas yang menurun dari sang ayah.

Terbiasa hidup sendiri tanpa sosok orangtuanya sejak usia belia membuatnya menjadi pribadi yang cukup sulit untuk di dekati. Masa lalu keluarganya juga turut andil dalam membentuk karakter Galaksi sedemikian sulit untuk di dekati.

Sejujurnya, Galaksi enggan mengulik kembali masalalu keluarganya yang telah lama ingin ia buang dari ingatannya. Tentang penghianatan sang ibu yang kala itu tengah mengandung anak dari lelaki lain. Hingga perpisahan ayah dan ibunya di usianya yang saat itu baru menginjak sepuluh tahun.

Galaksi mengingat betul bagaimana ibunya dengan lantang memilih meninggalkannya yang saat itu masih terlampau belia untuk kehilangan sosok ibu, hingga ia tumbuh tanpa sosok seorang ibu. Bersama sang ayah yang tengah terpuruk akan penghianatan sang isteri.

Pun setelahnya, belum genap satu tahun kepergian sang Ibu bersama penghianatan yang dilakukannya, sang ayah ikut pergi untuk selama-lamanya setelah menyerah akan rasa sakit yang di deritanya.

Namun, setelah mendengar berita kematian ibu serta suaminya, Galaksi harus mengambil tanggung jawab atas sosok yang bahkan belum pernah ia temui selama lima belas tahun ia hidup.

Sosok yang membuatnya kehilangan sang ibu.

"Kak Gala baru pulang?"

Malam itu, saat gerimis pelan-pelan turun setelah Galaksi sampai di rumahnya pukul delapan malam, sosok remaja mungil yang sudah dua minggu tinggal bersamanya itu yang menyambut kepulangannya dengan senyum merekah.

Saat sebelum-sebelumnya, hanya ada sepi yang menyapa kepulangan Galaksi di rumah itu.

"Kakak pasti capek, ya. Mau aku buatin teh atau kopi? Atau mau aku siapin air hangat buat mandi? Oh, iya kalo Kak Gala belum makan aku udah siap-"

"Biru."

Panjang baris kalimat yang Biru suarakan dengan semangat seketika terhenti saat panggilan terlampau dingin Galaksi perdengarkan dengan wajah datar tanpa ekspresi.

Biru segera mengatupkan bibirnya saat tajam tatap Galaksi bersinggungan dengan manik cokelatnya yang perlahan tak lagi berbinar-binar seperti sebelumnya. Biru menunduk menyembunyikan binarnya yang meredup, serta memilin ujung pakaian yang ia kenakan.

"Maaf, kak ..." lirih si mungil mengiba.

Jeda panjang mengisi seiring tarikan napas berat Galaksi yang bersahutan dengan denting jarum jam yang memecah sunyi.

Pemuda duapuluh lima tahun itu lantas membawa jelaga hitamnya menatap sosok remaja yang ia bawa dua minggu lalu.

"Biru, saya memang membawa kamu untuk tinggal bersama saya. Tapi kamu harus tahu batasan kamu. Saya membawa kamu karena kamu juga anak dari Mama kandung saya. Dan saya harus menepati janji yang saya buat dengan mendiang Papa saya dulu. Jika bukan karena tanggungjawab itu, saya tidak mungkin menampung kamu."

Rengkuh Sang BiruWhere stories live. Discover now