Prolog

7.9K 456 16
                                    

Pada pagi yang cerah di suatu hari. Harusnya, acara sarapan bersama keluarga itu berjalan lancar seperti biasanya. Namun, dengan tiba-tiba saat kedatangan seorang wanita hamil membuat keadaan disana kacau. Masalahnya, wanita tersebut membeberkan sebuah hal yang membuat mereka terkejut bukan main.

"Aku mengandung anak Lee Jeongsuk."

Dua gadis kecil yang tak mengerti apa yang tengah terjadi hanya bisa diam saat Ibu mereka yang juga tengah hamil tua itu memeluk mereka erat-erat. Mereka memandangi orang-orang dewasa di sekitar dengan bingung.

"Hyojoo-ya, aku... "

"Kau pengkhianat, Jeongsuk-ah."

Han Hyojoo menatap suaminya dengan tatapan penuh luka. Ia sangat tersakiti sekarang. Bagaimana mungkin, suami yang dia cintai yang bahkan saat ini mereka akan segera menyambut buah hati yang ke 3 ternyata tega berselingkuh di belakangnya.

Ia benar-benar tak bisa percaya, jika wanita yang sudah ia kenal baik karena selama ini menjadi sekretaris Suaminya di kantor ternyata menjadi wanita simpanan sang suami.

"Kalian jahat... "

Lee Jeongsuk tak berkata apapun, dia melirik wanita di belakangnya dengan wajah muram. Wanita itu membalas dengan senyuman tipis.

"Oppa sudah berjanji akan bertanggung jawab. Tapi aku tunggu-tunggu kau tidak datang juga. Maka dari itu aku kemari, jadi jangan salahkan aku."

"Yoona.. " Jeongsuk menunduk sembari mengepalkan tangannya.

Hyojoo menatap Yoona dengan mata memerah. Tak sanggup mengatakan apapun lagi kecuali menitikkan air mata. Berharap wanita itu berbohong saja, maka ia akan dengan lapang dada memaafkannya.

Yoona mendekat ke arah Hyojoo. Wajahnya terlihat sedih.

"Mianhae, Hyojoo Unnie."

Deg~

Hyojoo memejamkan matanya. Mencoba mengatur nafasnya yang mulai memburu tidak karuan.

"Aku bisa jelaskan, Hyojoo-ya. Dengarkan aku, hm?"

Lee Jeongsuk mencoba mendekati istrinya, namun siapa sangka, putri sulungnya tiba-tiba menendang dan berteriak marah padanya.

"Papa jahat! Papa membuat Mama menangis!"

"Jisoo-ya."

Gadis berusia 4 tahunan itu menepis tangan Jeongsuk saat akan menyentuhnya.
Dia juga menunjuk wanita di samping Ayahnya.

"Papa membuat Mama menangis gara-gara Wanita itu kan!"

Yoona yang di tunjuk-tunjuk oleh anak kecil itu hanya tersenyum sinis.
Ia terlihat tak peduli.
Melihat tatapan menyebalkan itu, Jisoo marah sekali.

"Papa! usir dia dari sini! Aku tidak menyukainya!" Hyojoo menahan Jisoo agar sedikit tenang. Ia kasihan melihat Jennie yang mulai menangis ketakutan.

"Akh~ sakit.. "

Hyojoo tiba-tiba meringis kesakitan sembari memegangi perut besarnya. Jisoo khawatir mendapati sang ibu kesakitan seperti itu.

"Mama... Mama kenapa?"

Hyojoo mencoba tersenyum pada kedua putri kecilnya.

"Gwaenchana. Kalian tidak perlu khawatir hm?"

Jisoo sudah berkaca-kaca sembari merangkul Sang adik.

"Sepertinya adik kalian sudah tidak sabar untuk segera bertemu."

Hyojoo mengusap kepala kedua gadisnya bergantian.
Hanya sebentar, karena setelah itu perutnya kembali terasa semakin sakit.

"Mama... "

Dan saat tak sengaja ia melihat ke arah kaki Ibunya, ia terkejut bukan main mendapati ada darah segar mengalir disana.

"Ma-mama berdarah.." Jisoo mematung. Ini kali pertama dia melihat darah sebanyak itu.

"Astaga." Jeongsuk panik bukan main, tanpa memperdulikan apapun dia segera meraih tubuh sang istri kemudian membawanya meninggalkan mereka.

"Hiks~ Papa... mama.. "

Jennie berlari ingin menyusul orangtuanya, namun Yoona menahan tangan kecil itu.

"Diam di sini."

"Lepaskan aku! Hiks~ "

Jisoo yang tersadar adiknya di cekal orang lain segera memberikan pukulan pada lengan orang itu.

"Jangan sentuh adikku! Pergi!"

Jennie yang ketakutan segera memeluk kakaknya dan menangis semakin keras.

Yoona tertawa hambar memperhatikan dua anak kecil itu.

"Kenapa? Kau marah padaku?"

Jisoo tak menjawab, dia hanya memberikan tatapan tajam.

"Jangan menatapku seperti itu, bocah. Sebentar lagi aku akan menjadi Ibu kalian di sini. Jadi bersikap baiklah padaku, oke?"

Yoona menepuk kepala Jisoo. Jisoo menepisnya, kali ini lebih keras. Wanita itu sampai meringis.

"Aku tidak Sudi memiliki Ibu jahat sepertimu."

"Kurang ajar." Wanita itu mendesis, marah. Hampir saja ia melayangkan pukulan jika saja seseorang tidak datang ke arah mereka.

"Paman, ayo pergi. Kami ingin melihat Mama." Jisoo berlari kecil sembari menyeret adiknya agar menjauh dari wanita jahat itu.

Pria paruh baya itu mengangguk, kemudian mengambil Jennie ke dalam gendongannya. Sejenak ia menatap wanita asing yang berdiri tak jauh darinya.

"Jangan melihatku seperti itu, aku Im Yoona. Aku akan segera menjadi Nyonya besar di rumah ini. Kau harus menghormatiku."

Jisoo menarik tangannya kemudian kepalanya menggeleng.

"Ayo pergi paman. Dia tidak waras."

Setelah kepergian ketiga orang yang di matanya hanya bagaikan sampah itu, Yoona tersenyum. Kemudian dengan santainya ia berjalan-jalan di dalam Rumah mewah itu.

"Aku akan segera menjadi pemilik Rumah ini."

Ia mendudukan tubuhnya di atas sofa, kemudian memejamkan mata.
Membayangkannya saja, dia sudah sangat senang.

Sebelah tangannya ia gunakan untuk mengusap perut besarnya. Kemudian berbisik dalam hati pada jabang bayi di perutnya.

"Kau harus terus hidup bayiku, setidaknya sampai aku mencapai tujuanku. Kau hidup hanya untuk menjadi jalan, jadi bersikap baiklah.."

*************************



Ramein gengs baru prolog nih 🤸









Strong Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang