27. Luka Dan Tawa

2.3K 202 28
                                    

Jisoo terseok, langkahnya cepat dengan kaki yang masih terasa lemas. Ia mengabaikan sang adik yang mencoba menahannya dengan suara khawatir. Sekarang dia hanya ingin segera menemui Rose, adiknya itu sedang tidak baik-baik saja.

Gadis bertubuh kurus itu mengusap wajahnya yang basah, tak peduli meski sekarang tubuhnya juga jauh dari kata baik. Mendengar adik kecilnya sakit, hatinya terasa lebih hancur mengalahkan rasa sakit di tubuhnya sendiri.

"Unnie, Rosé sekarang baik-baik saja. Tenangkan dirimu. Aku mohon,"

Jennie kali ini mencengkram tangan kakaknya lebih kuat, membuat langkah rapuh itu berhenti akhirnya.

"Gwaenchana." Jennie menarik tubuh kakaknya ke dalam pelukannya. Jisoo tak berontak, memilih menikmati usapan lembut di punggungnya. Sekarang pinggangnya mulai terasa semakin sakit, dan dia sedang menikmati rasa sakit itu dengan air mata yang terus turun.

Bona menghembuskan nafas pelan, melihat sahabatnya sekacau ini dia tak tega. Apalagi kondisinya juga tidak baik. Tadi saat mendengar penjelasan dari Jennie lewat telpon saat masih di rumahnya, Jisoo seakan kehilangan akal. Beruntung Bona bisa sedikit meredam ke khawatiran Jisoo, hingga bisa sampai dengan selamat mengantar ke rumah sakit besar ini.

Ruangan rawat Rosé tinggal beberapa langkah lagi, namun Jennie belum membiarkan kakaknya untuk kesana dengan kondisinya sekarang. Selain itu sudah ada Yoona dan ayahnya di ruangan Rosé, sekarang waktunya dia untuk menenangkan kakaknya sebentar.

"Duduklah." Jisoo menurut, mulai mendudukkan tubuhnya di kursi tunggu. Bona dengan cekatan mengusap wajahnya dengan tisu agar tidak terlalu terlihat berantakan.

"Minumlah." Jennie memberikan sang kakak botol air mineral, Jisoo menerimanya namun tak langsung meminumnya. Gadis itu malah memperhatikan botol dengan tatapan yang tak bisa di artikan.

Cukup lama mereka bertiga diam, nampak tak ada yang ingin mereka bicarakan. Jennie masih setia menggenggam tangan Jisoo yang kurus dan dingin itu.

Jisoo menghembuskan nafas berat, membuat Jennie dan Bona menatapnya khawatir.

"Unnie,"

"Aku ingin melihat Rosé."

"Kau baik-baik saja, Ji?"

Jisoo menatap Bona dengan senyum tipis. "Aku baik. Aku hanya ingin melihat adikku."

Bona mengangguk faham. Wajah sahabatnya itu memang tidak nampak seperti orang sehat, namun tatapannya menunjukkan bahwa dia sedang berusaha kuat di depan Jennie.

"Ayo Jennie, kita lihat Rosé."

Jennie mengangguki ucapan sahabat kakaknya tanpa banyak bertanya. Dia berdiri membantu sang kakak. Kemudian menuntun menuju ruang rawat Rosé.

Sebelum masuk, Jisoo terlihat menghela nafas untuk yang ke sekian kalinya.

*******************************

"Awh~"

"Unnie, gwaenchana?!"

Lisa meringis, Chiquita dengan sigap mengemut telunjuknya yang berdarah karena baru saja teriris pisau. Setelahnya gadis itu juga membersihkan lukanya dengan telaten tanpa banyak bicara.

Lisa merutuki dirinya yang ceroboh, bisa-bisanya dia tak becus padahal hanya memotong bawang. Apalagi jika dia harus memotong daging babi, bisa-bisa dia akan mencincang tubuhnya sendiri, mungkin.

"Masih perih ya?"

"Tidak kok, Chi. Maaf ya jadi merepotkanmu."

Chiquita menggeleng, wajahnya masih menatap khawatir ke arah tangan Lisa.

Strong Girl Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang