11. Alat dan Jalan

1.9K 261 14
                                    

Gadis berambut panjang itu melirik teman sebangkunya yang baru saja memanggil namanya. Memasang wajah seolah bertanya ada apa.

"Dia tidak pergi sekolah?"

Rosé mengikuti tatapan Goeun yang menuju ke arah bangku Lisa.

"Entahlah. Kenapa aku harus peduli?"

Goeun tersenyum kecut. Melihatnya Rosé mengerutkan kening.

"Sebenarnya, kemarin aku sedikit menjahilinya. Dia baik-baik saja kan?"

"Memangnya apa yang kau lakukan?" Ia bertanya.

"Ah tapi terserahlah. Aku tidak peduli. Lakukan apa saja mau mu." Lanjut Rosé kemudian. Tak peduli.
Goeun mengerjap, tak menyangka reaksi gadis itu akan biasa saja seperti itu. Namun di detik berikutnya ia tersenyum tipis.

"Sepertinya Rosé berada di pihakku." Gumamnya dalam hati.

"Aku hanya menggertaknya kemarin, karena teringat jika selama ini gara-gara dia pasti kau sangat kesulitan. Aku jadi kesal padanya." Goeun menggandeng sebelah tangan Rosé.

Rosé tersenyum, kemudian menghembuskan nafas berat.

"Aku bahkan sangat muak. Jika bisa, dia tidak pernah masuk ke kehidupan keluargaku. Kedatangannya hanya membuat kami terluka,"

Goeun memasang wajah sedih.

"Rosé.... "

"Jika saja dia tidak pernah ada, mungkin hidup kami akan bahagia. Ibuku, pasti akan tetap ada bersamaku selamanya."

Rosé menunduk, kedua matanya terpejam. Sebagai teman yang baik, gadis itu mengusap bahunya perlahan.

"Aku akan selalu bersamamu. Dan akan aku pastikan, gadis itu menyesal karena sudah membuatmu terluka."

Rosé mengangkat wajahnya, mulai menatap Goeun.

"Goeun-ah. Aku.. "

"Aku akan membalaskan dendam mu, aku berjanji."

Entah kenapa, mendengar dan menatap matanya, Rosé merasa jika gadis di sampingnya itu tengah serius. Ia sampai menelan ludah.

"Jangan khawatir, percaya saja padaku. Dia akan menyesalinya nanti."

××××××××××××××××××××

Jennie merenung seorang diri di atap sekolah. Tak seperti biasanya pula, dia tak menemui Jisoo meski sudah waktu istirahat. Padahal dia tak pernah absen untuk mengajak Kakaknya makan bersama.

Gadis itu nampak menghela nafas panjang, terlihat tengah memikirkan sesuatu yang mengganggu fikirannya nya.

"Aku tidak pernah membencinya, hanya saja aku lebih menyayangi Rosé dan Kak Jisoo. Aku tidak mau kehilangan mereka karena membela Lisa.... Hufth.. "

Jennie menggelengkan kepala, lalu tatapannya teralih ke bawah. Dimana banyak siswa-siswi lain yang tengah menghabiskan waktunya.
Dari atas sana, ia bisa melihat jika sahabatnya ada diantara mereka.

Namun dia sudah tak bisa lagi memanggil namanya sekarang. Jadi ia hanya bisa tersenyum tipis melihatnya.

"Aku kira, aku akan baik-baik saja meski tidak bersamamu. Ternyata tidak. Ini salahku, saat kau selalu ada, aku selalu mengabaikanmu. Dan saat kau memutuskan pergi, aku baru merasakan sakitnya. Maaf Rene, aku memang bukan sahabat yang baik.... "

Awalnya ia kira akan baik-baik saja meski tanpa Irene lagi, tapi nyatanya dia merasa kesepian. Selama ini gadis itu yang selalu menemaninya meski sering kila dia abaikan dan sibuk sendiri. Dan sekarang, Irene bahkan sudah tak Sudi lagi melihatnya.
Bahkan tadi Irene sudah pindah tempat duduk, tidak lagi di sampingnya.

Strong Girl Where stories live. Discover now