19. Teman

1.2K 160 5
                                    


Lisa memejamkan matanya saat sesuatu yang dingin baru saja mengalir dari kepalanya. Aroma segar jus stroberi itu membuatnya menghela nafas pelan.

Dia baru saja akan menyuapkan sesendok makan siangnya, dan hal itu membuatnya mengurungkan niat dengan kembali menaruh sendok makannya.

"Segar sekali bukan? Berterima kasihlah padaku. Bodoh." Gadis berambut pirang itu tertawa setelahnya diikuti teman setianya. Gadis itu kesal karena gurunya tadi menyebalkan, dan dia meluapkan kekesalannya pada Lisa. Seolah dengan begitu rasa kesalnya hilang.

Anak-anak lain yang melihatnya tak tertarik untuk menolong, mereka tak ingin berurusan dengan Rose. Semenjak kejadian itu, mereka juga semakin menghindari Lisa karena gadis itu telah di cap sebagai gadis pembawa sial.

Tentu saja, menurut mereka menjadi seorang anak dari hasil perselingkuhan adalah sebuah aib. Padahal mereka juga tau, seorang anak yang lahir tidak bisa menentukan sendiri dia ingin lahir dari rahim siapa.

"Heh.. "

Lisa mendongak, memperhatikan kakaknya yang kini duduk di hadapannya dengan angkuh.

"Kapan kau dan wanita itu akan pergi dari rumahku?" Rose bicara sembari memainkan sendok makan Lisa, dia mengaduk-aduk mangkuk berisi makan siang Lisa.

Lisa tak mengatakan apapun, memilih menunduk.

"Aku sudah muak dengan kalian. Aku bahkan lebih muak selalu melihat wajah jelekmu ini setiap hari."

Tuk!

Sendok kotor itu di ketukan pada kening Lisa yang tertutup poni. Lisa meringis karena Rose mengetuknya cukup keras.

"Tapi itu cukup menyenangkan. Aku bisa dengan bebas bermain denganmu jika sedang bosan, anak haram."

Rose melirik Goeun yang tersenyum simpul.

"Jadi jangan mati dulu ya? Kau harus tetap hidup agar aku bisa bersenang-senang lebih lama."

Setelah mengatakan itu, Rose pergi dan ia melemparkan sendok di tangannya pada mangkuk sehingga kuahnya terciprat pada Lisa. Lisa memperhatikan kepergian Rose dengan helaan nafas panjang.

Dia beranjak, ingin segera membersihkan diri. Dia juga sudah tidak mood untuk mengisi perutnya. Ucapan Rose tadi hanya di anggap angin lalu, dia ingin marah tapi rasa malasnya lebih menguasai.

Lisa meninggalkan kantin ramai itu di iringi tatapan bermacam-macam dari siswa lain, sembari sesekali menyisir rambutnya dengan tangan gadis itu tersenyum kecut.

Baru saja pergi beberapa langkah, ia berhadapan dengan Jungkook yang sepertinya akan makan siang. Wajah laki-laki itu terlihat terkejut melihat kondisi teman sebangkunya.

"Astaga, apa yang terjadi padamu Lisa-Ssi?!"

Jungkook tak melanjutkan langkahnya yang akan ke kantin, dia memilih mengikuti Lisa yang mengabaikannya.

"Kau dirundung? Oleh siapa?"

Lisa berpura-pura tuli, malas meladeninya.

"Haruskah aku melapor pada Guru?"

Jungkook beranjak ke samping kiri Lisa, terus mengoceh. Terus berjalan meski Lisa kini hampir memasuki toilet perempuan.

"Atau haruskah aku membalas pelakunya?"

Lisa menghentikan langkah, lalu menatap datar laki-laki itu. Jungkook diam, menatap gadis itu dengan sorot khawatir.

"Berisik,"

"Aku khawatir, kau temanku."

Lisa mendecih pelan. Lalu melangkahkan kakinya lagi. Namun Jungkook menahannya.

Strong Girl Where stories live. Discover now