25. Penyesalan

2.1K 246 6
                                    

Pukul sepuluh malam. Hujan turun cukup deras. Suara petir terdengar bahkan terlihat kilat terang dari luar jendela kamar Chiquita, membuat Lisa yang semula memejamkan mata, tersentak terkejut.

Gadis yang tidur di sampingnya juga ikut terbangun, sepertinya terkejut karena petir barusan. Mereka berdua tidur bersama dengan selimut tipis yang menutup tubuh, dan selimut itu tidak cukup untuk menghalau hawa dingin malam ini.

"Unnie... "

Lisa menoleh, terlihat wajah mengantuk Chiquita di sampingnya. Gadis itu bergumam, tanpa sadar menggenggam lengannya cukup erat.

"Kau terbangun?"

Chiquita bergumam lagi, kedua matanya tertutup rapat.

"Jangan takut."

Chiquita mengangguk, mulai merapatkan tubuhnya pada Lisa. Lisa tersenyum kecil, memilih memeluk tubuh mungil itu.

"Petirnya kuat sekali. Aku takut.. "

"Gwaenchana." Lisa mencoba menenangkan dengan mengelus belakang kepala Chiquita. Chiquita yang awalnya diam tiba-tiba terdengar menangis. Suaranya sangat pelan, tersamarkan suara hujan dari luar.

Lisa menyadari gadis itu menangis karena merasa tubuhnya bergetar.

"Hei, kenapa?" Ia bertanya sembari mengusap wajah Chiquita yang memang menangis. Tapi mata gadis itu masih tertutup rapat.

"Chiquita. Kau baik-baik saja?"

Setelah beberapa kali Lisa mengusap wajahnya, akhirnya gadis itu mulai membuka mata, menatap Lisa dengan tatapan seakan baru saja ia mendapatkan luka.

"Unnie... "

"Kau kenapa? Kenapa menangis?"

Lampu temaram itu membuat Lisa bisa melihat jelas gadis di sampingnya. Ia duduk, menatap Chiquita khawatir. Chiquita terlihat menahan suara tangisnya agar tidak terdengar keras, sepertinya tak ingin kakek dan neneknya terganggu karena itu.

Setelah beberapa waktu lamanya, petir juga tak lagi terdengar keras, Chiquita mulai bisa menenangkan diri. Gadis itu berangsur diam meski sesekali isakan kecil terdengar.

Lisa merapikan rambutnya yang sedikit berantakan saat Chiquita mulai duduk di atas kasur tanpa ranjang itu.

"Maaf Unnie, aku mengganggu tidurmu."

Lisa menggeleng. "Kau membuatku khawatir, Chi. Sebenarnya ada apa?"

Gadis berponi itu tersenyum tipis kemudian menggeleng. "Tidak apa-apa, sebaiknya kita tidur lagi. Sepertinya masih tengah malam."

Lisa menghembuskan nafas pelan, kemudian mengangguk. Dia tak bisa memaksa gadis itu untuk bicara. Mungkin besok Chiquita akan bercerita sendiri.

"Jangan takut, aku akan memelukmu. Jika kau ingin tau, kau adalah orang pertama yang aku peluk saat tidur selain ibuku."

Chiquita terkekeh, dengan senang hati ia memeluk Lisa.

"Gomawo Unnie. Unnie juga orang pertama yang aku peluk setelah Nenek."

Lisa yang semula tersenyum sedikit menurunkan senyumannya, entah mengapa ia merasa ucapan gadis itu ada yang aneh.

"Sekarang tidurlah, semuanya akan baik-baik saja."

Chiquita mengangguk dalam pelukan Lisa, memilih memejamkan mata dan menikmati usapan lembut darinya. Selain neneknya, Lisa benar-benar bisa membuatnya nyaman.

*********************************

"Aku pergi dulu ya, Unnie jangan kemana-mana! Tunggu aku pulang!"

Strong Girl Where stories live. Discover now