40

6.5K 735 73
                                    


.

Jika Sunghoon melakukan seperti yang ada dalam mimpi akan membuatnya menyesal seumur hidup, tapi sekarang berbeda Sunghoon menghampiri keluarga kecilnya penuh kehangatan dan di tangannya membawa banyak makanan.

Sunghoon memandang wajah malaikat-malaikatnya lamat, jika gugatan cerai dari Jake dia tanda tangani maka hari ini hari terakhirnya melihat mereka semua.

"Halo kesayangan ayah lagi apa? Ayah hari ini gak lembur ayo makan sama-sama, kalo hyung sama cantik sibuk nangkap ikan nanti nyusul." Sunghoon punya panggilan baru untuk anak-anaknya, Sunoo hyung, Jungwon gembul, Wonyoung cantik dan baby Riki.

Dan sayang untuk Jake. Cukup menggemaskan cara ini langkah awalnya membahagiakan anak-anaknya.

Sedangkan Jake menatap bingung raut wajah Sunghoon yang tampak menahan amarah, terlihat urat leher muncul, rahang mengeras dan mata memerah. Jake menurunkan Riki dari pangkuan lalu balita itu berlari menuju sang ayah.

"Sunghoon mau teh atau kopi?" Sunghoon menggendong Riki tampak berat bersuara menjawab pasangannya.

"Teh." Jake tentu kaget mendengar tuturan singkat dan dingin itu.

"Mbul ayah beli mainan tapi masih di jalan, kalo punya cantik masih belum ada stocknya." Jungwon mengangguk antusias dan bergelayut manja di kaki sang ayah sambil menggelitiki kaki adik bungsunya.

Jake membuat teh dengan pikiran berkecamuk apakah Sunghoon akan baik pada anak-anaknya saja lalu membuat drama kalau mereka saling mencintai di depan anak anak mereka? Maaf Sunghoon jika Jake berpikir negatif karena tidak mungkin orang kejam sepertimu berubah hanya dalam satu malam.

Terlalu sering di sakiti tanpa sadar Jake hampir kehilangan kepercayaan pada Sunghoon.

"Kalo udah selesai makan kita perlu bicara." Sunghoon berkata datar saat ke dapur mengambil piring serta peralatan makan lain.

"Suruh bibi jaga anak-anak sebentar." Jake mengangguk kaku.

.

Tepat selesai makan benar saja setelah menitipkan anak-anak pada bibi ART Jake bersama Sunghoon masuk ke dalam kamar, Sunghoon menyuruh Jake di tepi ranjang dan pria itu di kursi yang memang di untuk Sunghoon bekerja.

Jake menunduk sambil memilin ujung kemejanya tidak berani menatap suaminya sama sekali, suara Sunghoon saja sudah membuatnya takut. Jake takut Sunghoon menghajarnya lagi.

Puk

Kertas yang sudah lecek mendarat di atas pangkuannya, Jake terkejut melihat kop surat itu, surat dari pengadilan agama.

Jake melemas ternyata Yedam tetap mendaftarrkannya padahal saat liburan Jake sudah mengatakan untuk pembatalan gugatannya, pria cantik itu menatap suaminya takut-takut.

"S-sunghoon.... hikss... " Jake takut Sunghoon memukulinya seperti waktu hamil kembar dulu, dia pernah mengatakan cerai sebatas ancaman dan Sunghoon memukulinya tanpa mengingat ada bayi dalam kandungan Jake.

BRAAAKKK

Laptop kerja Sunghoon di lemparkan pemiliknya hingga hancur, Jake langsung mundur sampai punggungnya menyentuh headboard ranjang, tangisan si cantik begitu memilukan karena rasa takut pada sosok gagah didepannya.

"J-jangan S-sunghoon.... a-akuu.... " Jake menutup matanya ketika Sunghoon mendekatinya.

Greepp

Bukan cekek kan yang Jake dapatkan melainkan pelukan erat dari suaminya dan tangisan mereka beradu dalam ruangan, "Jaangan sayaang.... aku mohoonn jangan tinggalkan akuu... "

Tangisan yang tidak pernah Jake dengar sebelum sekarang dia dengar begitu memilukan, Sunghoon sepertinya berada di titik terendah dalam hidupnya, pria ini takut kehilangannya, Jake membalas pelukan Sunghoon.

"Jangan sayang! Jangan! Aku mohon aku menyesal!" Sunghoon memeluk tubuh ramping Jake sangat erat seakan takut di lepas pria cantik ini akan pergi.

Sebenarnya tangan Sunghoon sangat gatal ingin memukul Jake untuk melampiaskan rasa emosinya, tapi tidak bisa orang dalam pelukannya sudah lama menderita secara fisik dan batin, Sunghoon tidak akan menyakiti si cantik ini lagi.

Sunghoon ingin sekali memotong tangannya yang sering memukuli Jake sesuka hati, bukan hanya memukul Jake tapi juga memukul anak-anaknya, rasa bersalah semakin tumbuh di hatinya, Sunghoon bingung bagaimana menebus dosanya selama 7 tahun ini.

Kalau bisa memutar waktu Sunghoon akan melakukan yang terbaik untuk keluarga kecilnya.

Dulu Sunghoon tidak merasa menjadi seorang ayah dari 4 anak dan suami dari seorang pria cantik yang selalu menunggunya di rumah, pikiran Sunghoon dulu hanya bersenang-senang dan hidup bebas.

"Hiksss... papa sama yayah jangan celai.... " mereka berdua terkejut mendengar suara Jungwon memohon.

"Mbul? Kenapa masuk kamar ayah sama papa? Kata ayah apa tadi?" Anak tengah berbadan gembul itu menghentakkan kakinya dan berteriak kencang.

"NDA BOLEH!! YAYAH SAMA PAPA HALUS NDA CELAI!! ATAU UWON SAMA WONY NAKAL!!" Ancaman yang imut, Jake ingin menghampiri anaknya namun Sunghoon lebih dulu mengangkat tubuh gendut anaknya sambil tertawa gemas.

"Iya gak boleh kan? Papa mbul marahin ayah tadi udah bujuk papa kamu tapi papa kamu diam aja." Jake menunduk untuk menyembunyikan senyumnya melihat Jungwon melotot padanya, tidak menyeramkan sama sekali malah imut kan mata anak itu bulat manik hazel.

"Kalo papa sama yayah celai nanti sama siapa di lumah? Ade iki cuga sama siapa? Telus siapa yang antal uwon sekolahnya? Telus siapa yang puk puk kepalanya kalo papa sama yayah celai?" Jake dan Sunghoon bingung mendengar penuturan cadel anak mereka.

"Memangnya uwon tau arti cerai?" Tanya Jake.

"Tau kata temen uwon celai itu papa sama yayah pelgi dali lumah nda ajak siapa siapa." Astaga anak kecil....

"Maafin papa ya sayang tapi gugatan udah jalan." Sunghoon ingin berteriak rasanya.








.

Hai aku lama ya? Aku sengaja tahan book ini hehe....

Aku udah males ngingetin buat komen, jadi terserah kalian aja, itu hak kalian.

Mungkin habis ini aku bakal pergi jangan lupain aku ya!! Oh iya kalo mau mutualan di twitter bisa.... ini akun aku @bunanyajake

Gak ada yang spesial sih... aku cuma pengguna twitter biasa bukan penulis au

My Family [sungjake]Where stories live. Discover now