43 Mengakui

33.5K 2.5K 3
                                    

                  

                     ------------------------

Gevan terseyum lalu terkekeh sesaat mendengar Omelan dari Airin yang secara tiba-tiba. Ia heran dengan wanitanya ini tadi nangis-nangis minta maaf sekarang udah ngomel-ngomel sendiri.

"Kamu lucu"ucap Gevan sambil menarik gemas hidung Airin

Airin mengerucutkan bibirnya.






                   -------------------------

Brain pulang kembali kerumah setelah membereskan urusannya dengan Kevin dan memberinya pelajaran agar tak mengusik kehidupan rumah tangga dari kakak dan kakak iparnya itu.

Brain masuk kedalam rumah dan mendapati Papa dan Mama yang sudah duduk disofa besar diruang tamu.

Brain melihat Papa bangkit dan berjalan kearahnya.

Bugh
Sebuah pukulan mendarat dipipi brain tiba-tiba dari Papa

"Anak kurang ajar,siapa yang udah kamu bunuh!!"teriak Papa dengan nada tingginya

Brain diam dan terkejut mendengar ucapan Papa.

Beberapa waktu yang lalu Papa mendapat informasi dari seseorang yang bahwasanya Brain pindah sekolah karena suatu kasus dimana Brian telah membunuh musuhnya disaat perkelahian terjadi.

Papa benar-benar murka mendapat kabar itu dan benar saja Brian datang sekarang. Berapa lama lagi anak itu akan merahasiakan nya.


Papa menarik kerah baju Brain

"Siapa suruh kamu membunuh!"ucap Papa

Brain mengalihkan pandangan nya kesamping dan melihat Mama yang menatapnya kecewa.

"Apa kasih sayang yang Papa dan Mama berikan belum cukup untuk kamu!"lanjut Papa marah

"Jawab Brain!"ucap Papa dengan mata nyalang nya

Brain diam,ia masih bingung harus membalas apa.

Bukannya menjawab Brain malah terisak.

"Maaf kan Brain,Pa__Ma"ucap Brain lirih

"Apanya yang maaf!kamu sudah hilang in nyawa orang"sertak Papa

"Brain benar-benar nggak bermaksud buat bunuh Maira"ucap Brain kembali

"Penyesalan kamu sudah terlambat Brian" sarkas Papa

"Brain benar-benar menyesal__tolong katakan apa yang harus Brain lakuin sekarang"ucap Brain lirih menatap kearah Papa dan Mamanya bergantian

Papa melepaskan tangan yang menarik kerah baju Brain.

Papa memijat pelipisnya frustasi.

"Brain menyesal Pa"ucap Brain

Papa menatap wajah putranya itu yang ia dapat lihat penyesalan yang amat mendalam.

"Pukul Brain__hajar Brain sesuka Papa dan Mama atau___"ucap Brain terputus

"Atau apa Brian?"tanya papa yang mulai mereda

"Bunuh Brain Pa"lanjut Brain

Deg
Mama terisak mendengar nya.

Hening

Papa menarik Brain dan memeluk putranya itu se erat mungkin. Brain hanya diam saat ia ditarik kedalam dekapan sang Papa.

"Ini bukan kesalahan kamu seutuhnya.Papa minta maaf karena Papa terlalu sibuk dan jarang bersama kamu dan kak Gevan"ucap Papa sambil menepuk-nepuk punggung Brain yang di pelukannya.

Papa melepaskan pelukan itu. Brain dapat melihat Mama yang berjalan kearahnya.

Mama menepuk pipi Brain pelan dengan mata yang sudah berlinang air mata,lalu sesaat langsung memeluk tubuh tegap Brain.

"Maafin Mama yang selalu sibuk hingga kamu melakukan hal yang tak sewajarnya"ucap Mama terisak

Brain membalas pelukan hangat itu

"Mama gagal jaga kamu Brain__maafkan Mama"lirih Mama

Brain merasa bodoh karena melakukan hal buruk itu,ia tau perbuatannya tak bisa dimaafkan dan ia berjanji akan mempertanggung jawabkan perbuatannya.

Mereka bertiga larut akan penyesalan dan kepedihan.

Hingga

"Assalamu'alaikum"salam seseorang yang baru masuk

Perhatian ketiga itu teralihkan saat melihat siapa yang datang.

"Wah telat kita"celetuk Dio yang masuk bersama Gevan dan Airin

Pletak
Aira dengan beraninya menggeplak kepala Dio

Aira heran dengan pria yang satu ini,orang lagi suasana tegang malah berucap asal-asalan.

"Assalamu'alaikum,Ma Pa"salam Airin

"Wa'alaikum salam"balas salam Mama dan Papa serentak

Mama langsung berjalan menghampiri Airin dengan raut wajah yang sudah berubah ceria.

"Airin Mama"ucap Mama lalu memeluk hangat menantunya itu

"Gimana kabarnya sayang"tanya Mama lembut

Airin mengangguk dan tersenyum

Mama dengan segera membantu Airin untuk duduk disofa disana. Gevan,Dio dan Aira juga ikut duduk begitupun dengan Brain dan Papa.

Papa dan Mama sudah memaafkan Gevan karena ia sudah mendapatkan bukti kebusukan dari Putri.

Saat pertengkaran Gevan dan Putri berlangsung,Dio menyalakan panggilan suara kepada Papa dan Mama,agar mereka berdua bisa mendengarkan langsung kebusukan Putri.

"Mama seneng kalian kembali bersama"ucap Mama bahagia

"Mama juga seneng akhirnya cucu grandma kembali ceria"ucap Mama saat melihat raut wajah Airin yang kembali ceria seperti biasanya.

Gevan menoleh kearah Brain yang memiliki luka disudut bibirnya.

"Brain muka lo kenapa?"tanya Gevan kebingungan

Brain hanya diam

"Papa yang pukul"balas Papa santai membuat Gevan,Dio dan Aira terkejut.

"Kenapa Pa?"tanya Gevan

"Gue___"ucap Brain terputus

"Maira udah maafin lo__begitupun dengan sahabat-sahabat nya"ucap Airin tiba-tiba membuat mereka semua terkejut mendengar ucapan Airin (- Brain)

"Kamu kenal Maira, Airin?"tanya Mama yang ada disamping Airin

Airin mengangguk lalu menatap kearah Brain yang ada didepannya.

"Maira udah maafin lo__jadi lo nggak usah memikirkan kejadian itu lagi__begitupun dengan sahabatnya__mereka udah ikhlasin Maira__takdir emang udah udah tertulis jadi mau gimana pun memang itu yang akan terjadi"jelas Airin

Brain menatap kearah Airin terharu karena ia sudah mendapatkan maaf dari orang yang ia lukai meski dengan raga yang berbeda.

Brain mengangguk pelan kearah Airin lalu ia tersenyum dan mendapat balasan senyum dari Airin.

Sedangkan Gevan dan yang lainnya hanya diam mendengarkan. Mereka tak mengerti pembahasan ini apalagi bagi ia,Dio dan Aira 'siapa Maira'.
  












🖊️Kamis,20 Oktober 2022
------------------------------------------

Untuk pembaca yang terhormat,
Tolong bantu vote dan komennya guna menghargai karya seseorang.

Vote dan komen agar membuat saya lebih semangat lagi untuk nulisnya.
Terima kasih🙏🏼

Transmigrasi menjadi istri presma!?(TAMAT)Where stories live. Discover now