11. TEROR DI VILLA.

3.6K 129 31
                                    

11. TEROR DI VILLA.

G.A.L.A.K.S.I.

-untuk segala kenangan indah yang sempat tinggal-

"Pergilah ke tempat di mana kamu bisa merasakan yang namanya hidup."-Alden Dewangga.

.
.

HAPPY READING!!

***

Di perjalanan menuju ke villa mereka harus melewati jalan dengan pemandangan yang indah tetapi jalanannya menanjak dan curam, di tengah perjalanan Laskar sebenarnya sudah merasa tidak enak dan seperti ada yang janggal, dan tidak lama Laskar melihat sesosok pria yang berjalan di samping mereka dengan keadaan penuh darah dan tangan kanannya itu terputus.

"Astaghfirullah." batin Laskar sambil mengelus dada.

Tetapi Laskar tidak cerita kepada yang lain karena mereka juga ingin bersenang-senang dan takut mengganggu juga. Tidak lama dari situ mereka sampat ke persimpangan, yang mana kalau belok ke kiri itu ke villa dan kalau lurus itu ke rumah Pak Tomi yang berkerja sebagai penjaga villa. Karena istri Pak Tomi sedang sakit, Pak Tomi tidak bisa menemani ke villa dan mereka bertemu di persimpangan itu untuk mengambil kunci, tidak lama mereka setelah di telepon Pak Tomi pun datang.

"Kalian harus jaga sikap, kalian juga jangan susumbar. ini bukan wilayah kalian, dan juga kalian tidak boleh masuk kamar tujuh, apa pun itu yang terjadi." ucap Pak Tomi seraya memberikan kunci villa itu.

Melody mengambil kunci itu dari tangan Pak Tomi."Iya baik, Pak, makasih informasinya, kita akan jaga sikap kita."

Mereka pun melanjutkan perjalanan dan kembali lagi hal-hal aneh terjadi lagi. Mereka berangkat enam motor, ketika Laskar membelokkan ke kiri ke halaman villa. Yang lima motor justru terus lurus karena tidak melihat Laskar membelokkan motornya, akhirnya Laskar menyusul mereka semua.

Ketika mereka sampai di villa kembali lagi terjadi hal aneh, mereka di hampiri oleh segerombolan monyet dan tidak seperti monyet pada umumnya, yang meminta makanan melainkan mereka berbaris mengelilingi pohon dan terlihat juga satu monyet yang duduk di antara batang bambu mungkin ini rajanya. Monyet itu menatap tajam Laskar dan teman-temannya. Karena mereka berniat untuk liburan dan bersenang-senang, jadi mereka tidak menghiraukan monyet tersebut. Sembari beristirahat dan menghirup udara segar sebelum masuk ke villa bersantai terlebih dahulu di parkiran.

"Wah keren banget harus gue abadikan ini, selain pemandangannya bagus ada monyetnya juga, jarang-jarang momen kayak gini kita temuin di kota." ucap Guntur sambil memegang ponsel miliknya.

"Yaelah nggak penting banget lo, pakai ngambil gambar kayak gituan, nggak jelas banget." sahut Alvino sambil memakan permen karet.

"Bagus anjir pasti keren hasilnya, sini deh lo lihat hasil fotonya, bagus mirip juga sama lo haha."

"Sialan lo, Tur. Lah mana gambarnya, ini blur semua anjir nggak ada yang keren."

Ketika Guntur ingin mengambil foto lagi cowok itu terkejut karena monyetnya sudah pindah semua ke dahan yang ada di atas.

"Lah itu monyet cepet banget pindahnya." lanjutnya.

"Awas kalian kena kotoran itu monyet, kalau kalian kena kotoran monyet yang jelek itu, kalian bisa sakit atau juga mati kali ya hahaha." timpal Laskar sambil tertawa terbahak-bahak.

"Itu mulut lo kalau ngomong suka nggak direm, nggak inget apa kata Pak Tomi tadi." celetuk Aqila.

"Iya sorry-sorry, udah mau magrib, dan keadaannya juga jadi agak mencekam juga nih, kita masuk aja ayo."

DEAR GALAKSI [✓]Where stories live. Discover now