51. EMPAT SAYAP PELINDUNG.

1.4K 50 5
                                    

51. EMPAT SAYAP PELINDUNG.

G.A.L.A.K.S.I.

-tuhan aku mencintai dia, tolong beri aku hidup lebih lama-

.
.

HAPPY READING!!

***

"Anjing bangsat!" umpat Alden yang melihat diri mereka sendiri berjalan melewati mereka lalu menghilang, yang membuat mereka lebih terkejut adalah di sekitar mereka ada banyak cermin yang menampakkan diri mereka sendiri.

Azura yang terlihat memegang pistol yang ia dapat dari salah satu penjaga yang tertembak oleh Nathan mengarahkan pistol itu ke arah cermin di sampingnya.

DOR!

Cermin itu pecah karena tembakan itu. Namun, yang anehnya wajah gadis itu yang berada di cermin seperti terbagi menjadi tiga. Yaitu dirinya yang terlihat marah, terkejut, dan menangis.

Galaksi mendobrak pintu di depannya karena pintu itu terkunci, ia berhasil mendobrak pintu itu dengan sekali tendangan. Cowok itu tidak peduli dengan rasa sakit di kakinya, mereka melangkah masuk ke dalam ruangan di depannya, mereka menghentikan langkahnya ketika mereka semua melihat Aqila dan Olivia yang terlihat terduduk di atas lantai. Dengan tangan yang terikat dan kaki yang penuh dengan luka, kedua gadis itu pun terlihat menangis.

Azura dan Melody mendekat ke arah Aqila dan Olivia, kedua gadis itu mencoba untuk melepas tali yang mengikat tangan mereka. Dengan sekuat tenaga tali itu pun akhirnya terlepas, walaupun pastinya meninggalkan luka di tangan mereka. Kedua gadis itu membantu Aqila dan Olivia untuk berdiri, mereka pun melangkah ke arah teman-temannya.

"Kalian berdua gapapa, kan?" tanya Sasya.

"Kita gapapa, Sya." jawab Aqila.

"Waktu kita nggak lama, kita harus nyari yang lain." timpal Galaksi.

Mereka semua keluar dari ruangan itu, Olivia melihat ke arah ruangan yang berada di bagian belakang."Gue tahu di mana Guntur sama Aldino."

Mereka semua melangkah ke arah yang ditunjuk oleh Olivia. Udara di sekitar mereka terasa semakin menipis, suasana semakin tegang. Entah apa yang akan mereka hadapi nanti, ini jauh lebih menyeramkan dari mimpi Galaksi, Nathan, Alden, dan Azura di masa kecil mereka.

"Kalian masih kuat, kan?" tanya Galaksi kepada teman-temannya.

"Masih kok, Lak." jawab mereka serentak.

"Kalau udah nggak kuat bilang ya, jangan diem aja, gue tahu kaki kalian semua sakit."

"Kaki lo juga sakit, Lak. Pikirin diri lo juga, jangan kita terus. Kita semua gapapa, kita bakal usaha buat kuat jalan sampai ini selesai." sahut Alvino.

Mereka semua menghentikan langkah mereka, ketika mereka melihat sosok laki-laki yang menggunakan topeng, yang lebih membuat mereka terkejut adalah sosok itu terlihat memegang pedang.

"Gue nggak bisa ngelawan orang pakai pedang ini." ucap Alden yang menatap sosok di depannya.

"Sini pedangnya, biar gue yang ngelawan dia." sahut Galaksi yang meminta pedang itu.

"Sendirian?" tanya Nathan ketika Galaksi sudah memegang pedang itu.

"Kenapa? Dia juga sendiri kok, kalian ke ruangan Guntur sama Aldino sekarang, biar yang di sini jadi urusan gue."

"Tapi--"

"Nggak ada waktu lagi, buruan!"

Mereka saling pandang beberapa saat, lalu mereka berlari ke arah ruangan yang berada dekat dari posisi mereka, meninggalkan Galaksi bersama sosok itu.

DEAR GALAKSI [✓]Where stories live. Discover now