PART 5

6.4K 59 0
                                    

"Kenapa Mommy gak pernah bilang ke Vina kalo Mommy sakit separah ini? Kenapa Mommy gak bilang ke aku?" tanya Vina sambil menangis.

"Mommy cuman gak mau bikin kamu khawatir nak" Anita menghapus air mata putrinya sambil mengelus rambutnya.

"Dokter juga bilang Mommy harus berobat jalan dan obat untuk sakit kanker dosisnya sangat tinggi. Makanya Mommy gak bisa menyusui adikmu karena tidak baik efeknya nanti. Kamu mau kan nak bantu Mommy?" tanya Anita sambil menatap putrinya yang masih menangis sesenggukan.

Vina terdiam sesaat, ini demi keselamatan adiknya. Ia harus mau walaupun sebenarnya berat menjalaninya.

"Iya Mom, aku mau. Tapi Mommy juga harus janji kalo Mommy harus bisa sembuh" ucap Vina.

Anita menghela nafas lega dan mengangguk tegas kepada Vina.

"Ibu Vina, silahkan masuk ke ruang periksa ya" panggil seorang perawat yang berada didalam ruangan.

Vina menatap Mommy dan Daddy nya, tangannya terasa sangat dingin karena ia merasa gugup dan takut saat ini. Vina menghembuskan nafasnya perlahan untuk menetralisir rasa gugup dan takutnya, kemudian bangkit dan berjalan menuju ruang periksa.

"Apa yang kamu lakukan Anita? Kenapa kamu sampai nekat membuat buku nikah palsu? Apa yang ada didalam pikiranmu? Kamu tau kan ini tindakan kriminal? Kalo kamu sampai ketahuan gimana? Kamu bisa dipidana!" tanya Bobby dengan perasaan jengkel atas perbuatan istrinya.

"Maafin aku mas, hanya ini caranya supaya Vina bisa menjalani proses laktasi ini karena dokter pasti akan menanyakan status pasiennya" Anita menunduk sedih.

"Baik, kali ini mas maafkan kamu. Tapi ini yang terakhir kamu melakukan cara kotor seperti ini, mas gak suka melihatnya" ucap Bobby tegas.

"Iya mas, aku janji" jawab Anita.

***

Hari-hari Vina menjadi berbeda dari hari sebelumnya. Kini setiap pagi sebelum berangkat ke kampus, ia harus memompa payudaranya terlebih dahulu menggunakan pompa elektrik untuk menstimulasi payudaranya agar asinya cepat keluar. Vina pun diharuskan meminum obat hormonal dan dibantu dengan beberapa obat herbal.

Sudah seminggu Vina menjalani proses laktasi ini, namun ia belum merasakan perubahan yang signifikan terhadap payudaranya. Hanya saja sekarang dadanya terlihat sedikit lebih besar, bra yang biasa ia pakai pun sudah sedikit sesak. Dengan bertelanjang dada, Vina duduk bersandar diatas ranjangnya sambil memegang alat pompa dan kemudian memompa payudaranya. Ia pun sudah tidak merasakan geli lagi pada payudaranya, tidak seperti saat pertama kali ia memompa.

“Mungkin memang masih lama keluarnya dan akunya juga harus lebih sabar dan tenang” gumam Vina saat melihat botol asinya yang masih kosong.

“Sabar sayang, namanya juga baru seminggu” ucap Anita secara tiba-tiba yang membuat Vina kaget.

“Mommy, ngagetin Vina aja deh. Vina pikir siapa” jawab Vina sambil menoleh ke belakang yang ternyata Mommy nya sedang berdiri di ambang pintu.

Vina yang masih merasa malu pun langsung melepaskan pompa asi itu dari dadanya dan langsung menutup tubuhnya dengan selimut. Anita hanya tersenyum melihat tingkah anaknya. Ia menghampiri Vina sambil membawa mangkuk berisi oatmeal untuk Vina sarapan.

“Masih malu aja nih anak Mommy. Kamu ingat kan kata dokter? Proses ini membutuhkan waktu maksimal 2 bulan sayang” ucap sang Mommy.

Vina hanya mengangguk, dia harus belajar bersabar lebih lama lagi.

“Ini Mommy bawain sarapan buat kamu” Anita memberikan mangkuk yang dibawanya tadi pada Vina.

“Daddy mana Mom?” tanya Vina sambil memakan oatmealnya.

“Daddy barusan berangkat tadi, nanti kamu kuliahnya minta dianterin Pak Slamet aja ya” ucap Anita.

Vina pun mengangguk sebagai jawaban iya.

BERSAMBUNG

                                ****

Wasiat Sang MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang