PART 30

3.1K 29 0
                                    

Vina baru saja pulang ke rumah pukul 19.00 WIB. Keadaan Vina sepertinya tidak baik-baik saja, matanya terlihat sembab karena habis nangis. Pandangannya juga kosong.

"Darimana saja kamu jam segini baru pulang?" tanya Bobby dengan ekspresi datar saat melihat Vina yang baru memasuki rumah. Sebetulnya didalam lubuk hatinya Bobby merasa sangat khawatir dengan kondisi Vina. Apalagi ditambah Bobby melihat ada bercak darah di pakaian Vina. Apa iya Vina terluka?

Tapi tadi Bobby mendapatkan kabar dari Sarah bahwa Vina tidak ada terluka sedikitpun.

Vina memilih tidak menjawab pertanyaan dari Bobby dan berjalan melewati Bobby. Saat ini Vina sedang lelah, bukan fisiknya yang lelah melainkan batinnya.

"Daddy tanya Vina! Kenapa kamu gak jawab?" ucap Bobby dengan nada yang dingin membuat Vina menghentikan langkahnya. Bobby berjalan mendekati Vina yang sudah berada diujung tangga bawah.

"Vina capek Dad pengen istirahat" jawab Vina dengan wajah yang sedang menahan tangisnya.

Bobby akhirnya mengangguk memberikan izin kepada Vina untuk beristirahat. Vina pun melanjutkan langkahnya menuju kamar. Mungkin lebih baik ia bertanya nanti saja saat keadaan Vina sudah lebih baik.

"Sepertinya aku perlu menelpon Sarah untuk mengetahui apa yang sebenarnya terjadi" gumam Bobby sembari mengambil ponselnya dan mencari kontak Sarah.

***

Waktu menunjukkan pukul 23.00 WIB, Vina masih tampak termenung di kamarnya sambil menyusui Rudy dengan posisi miring. Air matanya jatuh membasahi pipinya. Pikirannya pun sedang kalut saat ini karena ia teringat peristiwa di rumah sakit tadi.

Hatinya merasa sangat sakit dan ada rasa penyesalan juga. Apa yang ia lakukan di rumah sakit tadi sepertinya sudah keterlaluan dan melewati batas.

"Hiks.. Maafkan aku" Vina terisak pelan. Tiba-tiba tangan mungil Rudy menepuk wajahnya yang membuat Vina kaget. Vina segera menoleh ke arah Rudy yang mulutnya sudah melepaskan putingnya.

Vina melihat wajah adiknya yang sudah siap untuk menangis, bibirnya tampak ditekuk kebawah.

Vina berusaha tersenyum dengan melebarkan bibirnya, ia segera menghapus air matanya. Vina merasa jika adiknya ini tidak ingin melihat kakaknya menangis.

"Kakak gak boleh nangis ya sayang?" tanya Vina sambil mengelus rambut tipis adiknya.

Rudy membalas dengan merekahkan bibir mungilnya membentuk senyuman hingga tampak gusi-gusinya yang akan tumbuh gigi.

Kali ini Vina tersenyum tulus. Adiknya ini memang paling bisa menghibur dirinya saat ia sedang sedih ataupun marah.

"Nenen lagi ya sayang? Kamu pasti belum kenyang kan?" ucapnya.

Rudy mengusek-ngusekan wajahnya ke dada Vina yang membuatnya merasa geli. Vina lalu mengarahkan putingnya lagi ke dalam mulut mungil adiknya.

"Kamu kenapa Vina? Kenapa kamu menangis terus?" tanya Bobby yang entah dari kapan sudah berada didalam kamar Vina. Vina yang kaget mendengar suara Bobby lantas segera mencari selimut untuk menutupi payudaranya.

Bobby berjalan menghampiri Vina, kemudian duduk dipinggir ranjang. Ia menyapa putra kecilnya terlebih dahulu yang tampak masih asik menyusui.

"Anak Daddy lahap banget sih mimiknya" ucap Bobby sambil menoel-noel pipi chubbynya Rudy. Rudy tampak diam saja dengan tangan mungilnya memukul dada Vina yang sebelahnya.

"Vina, coba kamu cerita ke Daddy kamu kenapa? Tadi sore kamu kecelakaan nabrak orang kan? Apa kamu ada yang terluka? Kita ke rumah sakit aja ya?" Vina terus diberondongi beberapa pertanyaan dari Bobby, sedangkan Vina hanya diam saja dan melamun sambil menatap Rudy.

Bobby menghela nafasnya kemudian berbaring disebelah Rudy.

"Kamu seharusnya gak boleh seperti itu Vina. Biar bagaimanapun mereka itu orangtua kandungmu" ucap Bobby yang menasehati Vina. Bobby sudah tau apa yang telah terjadi kepada Vina melalui Sarah.

Vina meneteskan air matanya kembali semakin deras. Bobby yang melihat Vina menangis segera menghapus air matanya.

"Daddy udah tau semuanya dari Sarah. Seharusnya kamu gak boleh bersikap seperti itu. Nanti kamu jadi anak durhaka loh" nasehat Bobby lagi.

"Daddy juga sempat kaget awalnya pas dengar ternyata kamu itu masih mempunyai orangtua yang lengkap. Sebelumnya Daddy kira kamu itu anak kandungnya Mommy karena Mommy pun gak ada menceritakan hal ini sama sekali ke Daddy. Seharusnya kamu itu bersyukur Vin" sambungnya lagi.

"Bersyukur apanya Dad?! Aku gak bersyukur memiliki orangtua seperti mereka yang tega menjual aku anaknya sendiri kepada orang lain!" ucap Vina tegas dengan suara sedikit keras.

"Ssshhhtt!! Bicaranya yang pelan aja. Kamu lagi mens ya? Gak biasanya kamu seperti ini" Bobby meletakkan jari telunjuknya ke bibir Vina. Kemudian ia menggendong Rudy yang sudah tertidur untuk dipindahkan ke dalam box bayi.

Bobby tau betul kapan waktunya Vina datang bulan. Karena jika Vina sedang datang bulan, pasti Vina menjadi sangat sensitif. Bicaranya juga sering ngegas.

Vina langsung membuang mukanya ke arah jendela kamar. Ia tidak ingin menatap Bobby karena malu mendengar pertanyaan dari Bobby. Tapi memang betul bahwa sekarang ia sedang mens.

Vina memasukkan kembali aset pribadinya ke dalam piyama. Bobby hanya menelan ludahnya saja saat melihat aset milik Vina yang sintal itu. Vina kemudian duduk bersender dengan tubuh yang terbalut selimut karena ia sedang tidak mengenakan bra.

"Daddy cuma mau bilang, segeralah kamu meminta maaf dengan orangtuamu. Daddy gak mau kamu menyesal nantinya Vina" ucap Bobby.

Vina memilih diam tidak memperdulikan perkataan Bobby. Bobby menghela nafasnya kembali, Vina memang tidak suka jika harus berbicara berdua dengannya. Pasti Vina sekarang merasa tidak nyaman.

"Yasudah, sekarang kamu tidur ya. Jangan begadang apalagi sampai nangis semalaman" nasehat Bobby sembari beranjak dari kasur. Sebelum keluar dari kamar, Bobby menyempatkan diri untuk menciumi kening Vina terlebih dahulu. Sudah lama Bobby tidak pernah memberikan ciuman kasih sayang kepada Vina semenjak insiden pelecehan dulu, begitu pula dengan Vina.

BERSAMBUNG

****

Wasiat Sang MommyWhere stories live. Discover now