PART 25

3.6K 31 0
                                    

Hari Sabtu pagi Vina masih tetap tidak mau keluar dari kamarnya karena ia masih merasa takut jika bertemu dengan Daddy nya. Walaupun kata bibi Daddy sudah berangkat kerja, tapi Vina takut bibi membohongi dirinya. Lagi pula hari ini adalah hari libur kerja, seharusnya Bobby tidak bekerja.

Setelah selesai memandikan adiknya, Vina pun menyusui sang adik agar Rudy tidur kembali. Saat ini Vina sedang memandangi foto Anita, entah kenapa Vina merasa kangen dengan Mommy nya.

"Apa alasan Mommy pengen Vina menikah dengan Daddy? Apa Mommy sama sekali gak memikirkan gimana perasaanku sebelum Mommy mengambil keputusan ini? Vina gak cinta dengan Daddy, Vina hanya mengagumi dan sayang dengan Daddy seperti ayah kandung Vina sendiri Mom. Bagaimana mungkin rasa ini harus diubah menjadi perasaan cinta layaknya seorang wanita kepada seorang pria?" ucap Vina sambil mengelus foto Anita.

"Aku yakin Daddy pasti akan benar-benar menikahiku, karena aku tau Daddy itu orangnya gak pernah main-main dengan ucapannya. Tapi gimana caranya aku bisa terbebas dari masalah ini? Mungkin jalan satu-satunya aku harus kabur dari rumah ini. Aku juga harus membawa Rudy, mana mungkin aku membiarkan Rudy tinggal dengan Daddy" gumam Vina dalam hati.

Mungkin nanti dirinya dan Rudy bisa tinggal di apartemennya Sarah untuk sementara waktu.

"Dek, kamu ikut kakak pergi dari sini ya? Kakak mau siapin barang-barang kita dulu" ucap Vina kepada adiknya yang masih tertidur pulas.

Vina kemudian meletakkan foto Anita diatas nakasnya kembali dan berjalan menuju lemari untuk mengambil kopernya.

Vina mulai mengeluarkan pakaiannya, kemudian dilanjutkan dengan pakaian Rudy juga. Vina segera memasukkan semua pakaian itu ke dalam koper karena ia harus cepat-cepat pergi dari sini sebelum ketahuan siapapun.

Setelah dirasa semuanya sudah beres, Vina mengambil gendongan bayi dan berjalan ke arah ranjang untuk menggendong adiknya. Setelah menggendong Rudy dengan posisi senyaman mungkin, Vina mengambil kopernya dan berjalan keluar kamarnya.

Vina melihat rumahnya dalam keadaan sepi bahkan pembantu yang biasanya sibuk bersih-bersih pun tak terlihat sama sekali keberadaannya.

"Syukurlah, dengan begini kan gak bakal ada yang ngadu dengan Daddy kalo aku kabur" batin Vina.

Vina merasa kali ini Tuhan mendukung rencananya untuk pergi dari rumah ini. Sepertinya memang ini jalan yang benar. Dengan perlahan Vina menuruni anak tangga menuju lantai dasar.

Namun tanpa disadari oleh Vina, ternyata ada seseorang yang melihatnya dari depan kamarnya dengan tatapan begitu tajam. Orang itu adalah Bobby.

Bobby mendapatkan kabar dari Bi Inem jika Vina berniat kabur dari rumah. Jadi Bobby cepat-cepat pulang ke rumah. Dan ternyata benar apa yang dikatakan oleh pembantunya. Bobby tersenyum melihat Vina yang berjalan begitu pelan, mungkin karena takut ketahuan. Padahal semua pembantu yang ada disini sudah Bobby suruh untuk bersembunyi terlebih dahulu.

"Caramu sangat kekanak-kanakan!" Bobby berdecak kesal. Ia tak habis pikir bisa-bisanya Vina punya pikiran seperti itu. Memangnya dengan cara kabur apa bisa menyelesaikan masalah?

Bobby berjalan cepat untuk menyusul Vina yang sudah berjalan menuju ke arah pintu keluar.

Belum sempat Vina membuka pintu, tiba-tiba ia mendengar suara bariton yang memanggilnya. Spontan Vina langsung terdiam dengan kaki sedikit gemetar saat mengetahui pemilik suara itu.

"Mau kabur kemana? Hemmm?" tanya Bobby dari belakang. Vina sampai merinding karena Bobby berbicara tepat di tengkuknya. Vina menunduk kemudian memutarkan tubuhnya menghadap ke belakang.

"Sungguh sangat kekanakan! Berapa usiamu sekarang? Hemm? Hanya karena masalah ini aja kamu langsung pengen kabur dari rumah? Apa dengan caramu kabur masalah bisa selesai?" tanya Bobby dengan penuh penekanan.

Vina mendongak menatap Bobby sambil memberanikan diri untuk berbicara.

"Kalo aku gak kabur, pasti Daddy akan tetap memaksaku untuk..." belum sempat Vina menyelesaikan ucapannya, Bobby langsung memotongnya.

"Daddy gak memaksamu untuk menikah dengan Daddy. Tapi yang harus kamu tau, pernikahan ini adalah wasiat dari Mommy. Apa kamu gak mau memenuhi wasiat terakhirnya? Kalo memang kamu gak mau, gapapa kok Daddy gak akan memaksa. Dan kalo kamu tetap pengen pergi dari sini juga silahkan! Tapi jangan bawa Rudy!" ucap Bobby secara tegas.

Vina menghapus air matanya terlebih dahulu, kemudian mendongak lagi menatap Bobby.

"Kalo aku pergi, adek juga harus ikut bersamaku! Adek gak boleh tinggal dengan Daddy!" jawab Vina.

"Memangnya kamu siapa mau bawa dia pergi? Hah?" tanya Bobby yang tersenyum miring.

"Aku ini kakaknya! Jadi aku berhak membawa adek pergi denganku!" ucap Vina.

"Aku ayah biologisnya Rudy, jadi aku yang lebih berhak atas Rudy daripada kamu Vina!" balas Bobby dengan tegasnya.

"Tapi aku ibunya!" jawab Vina yang tak mau kalah.

"Ibu? Ibu apa maksudmu? Kamu itu hanya sebatas ibu susu untuk Rudy. Daddy bisa carikan Rudy ibu susu lagi sebagai penggantimu!" ucap Bobby dengan senyum devilnya.

Sontak Vina langsung menajamkan matanya ketika mendengar perkataan Bobby barusan. Vina tak ingin adiknya mendapatkan asi dari ibu-ibu yang lain selain dirinya.

"Silahkan kalo kamu tetap mau pergi, Daddy gak akan mencegahmu! Tapi jangan bawa anakku!" tegas Bobby kembali. Bobby yakin seratus persen pasti Vina tidak akan jadi pergi.

Akhirnya Vina melepaskan kopernya hingga terjatuh ke lantai, kemudian ia menatap tajam ke arah Bobby. Tanpa berbicara sekata pun, Vina langsung berjalan cepat menuju kamarnya kembali. Karena jika Rudy tak boleh pergi, maka dirinya juga tidak akan pergi. Rudy sudah seperti nyawa kedua bagi Vina.

Bobby hanya tertawa geli melihat Vina yang terlihat kesal. Benarkan dugaannya Vina pasti tidak akan berani pergi.

“Non Vina lucu ya tuan. Cuma karena gak boleh membawa Den Rudy pergi, Non Vina langsung mengurungkan niatnya untuk kabur” ucap bibi yang baru saja keluar dari tempat persembunyiannya.

“Itu karena Vina sangat menyayangi Rudy bi, bahkan dia udah menganggap Rudy seperti anaknya sendiri” jawab Bobby.

“Yaudah bi, tolong bawa koper ini ke kamar Vina lagi ya. Saya mau kembali ke kantor lagi. Dan kalo bibi ada liat gelagat yang mencurigakan lagi dari Vina, tolong cepat kabari saya ya” perintah Bobby pada Bi Inem.

“Baik tuan” jawab bibi sambil mengambil koper milik anak majikannya. Sementara Bobby berjalan keluar rumah untuk balik ke kantor lagi.

BERSAMBUNG

                                    ****

Wasiat Sang MommyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang