PART 14

5K 46 0
                                    

Vina benar-benar menepati janjinya sendiri. Kini gadis itu sudah terlihat ceria kembali dan sudah tampak lebih memperhatikan adiknya.

Bobby yang melihat perubahan Vina merasa sangat senang. Dia senang karena anaknya sudah bisa tersenyum dan tertawa lagi. Sudah tidak ada air mata lagi yang dikeluarkan oleh putrinya.

Hari ini tepat 1 bulan kepergian Anita. Tentu saja Vina butuh perjuangan yang cukup ekstra untuk mengikhlaskan kepergian sang Mommy tercinta. Semua itu bisa Vina lalui berkat support dari Daddy dan juga teman-temannya. Mereka semua yang selalu menasehati dan mendukung Vina ketika ia sedang down dan juga terpuruk hingga akhirnya lama-kelamaan Vina bisa mengikhlaskan kepergian Mommy nya.

Usia Rudy kini menginjak 2 bulan, ia terlihat semakin aktif dan sehat. Bahkan terkadang ia bersikap sangat manja kepada Vina. Jika Vina akan berangkat ke kampus, Rudy pasti selalu menangis karena ingin mengajak kakaknya bermain dan pada akhirnya membuat Vina terlambat ngampus sebab merasa tak tega membiarkan adiknya itu menangis.

"Sayang, nenennya udah dulu ya. Kakak mau kuliah nih" Vina berusaha membujuk adiknya. Sepertinya Rudy tampak mengerti karena bibir mungilnya berhenti mengenyot. Namun secara tiba-tiba mata Rudy mulai berkaca-kaca.

"Oeeek.. Oeeek.." tangis Rudy pun pecah membuat Vina menjadi kelabakan. Mungkin ia mengerti dirinya akan ditinggal pergi oleh kakaknya.

"Cup cup cup... Jangan nangis dong sayang. Tadi Mommy cuma bercanda doang kok. Mommy di rumah aja nih gak jadi pergi ke kampus" ucap Vina yang berusaha menenangkan adiknya sambil menimang dan mengelus punggungnya.

Perkataan Vina barusan sukses membuat Rudy menghentikan tangisannya.

"Uluh uluh.. Jadi anak Mommy gak mau ditinggalin kuliah ya" ucap Vina sambil menciumi wajah adiknya.

Tanpa disadari oleh Vina, kini ia mulai membahasakan dirinya dengan sebutan Mommy. Mungkin karena ia sudah menganggap Rudy seperti anak kandungnya sendiri.

"Daddy senang deh dengarnya, kamu mulai memanggil dirimu dengan sebutan Mommy" celetuk Bobby secara tiba-tiba dari ambang pintu.

"Daddy??" Vina yang merasa kaget mendengar suara Daddy nya pun langsung menoleh ke arah pintu.

"Daddy ngapain disini?" tanya Vina dengan wajah yang memerah menahan malu.

"Loh, inikan kamar Daddy. Jadi ya terserah Daddy dong mau ngapain. Lagi pula Daddy kan kangen dengan adek" jawab Bobby yang mulai mendekati ranjang dan duduk di tepi ranjang sambil menatap Vina yang sedang menyusui putra kecilnya.

"Tapi Dad, Vina kan lagi..."

"Iya Daddy tau kamu lagi nyusui adikmu. Mulai sekarang kamu harus belajar tidak malu lagi menyusui adikmu didepan Daddy" belum sempat Vina menyelesaikan ucapannya tiba-tiba langsung dipotong oleh Bobby.

"Tapi Dad, itu kan gak benar" ucap Vina.

"Daddy paham, tapi masa kamu setiap hari harus sembunyi-sembunyi saat menyusui Rudy? Belajarlah menyusui didepan Daddy supaya kamu jadi terbiasa dan tidak malu lagi jika nanti Daddy meminta hak Daddy padamu" jawab Bobby.

Vina mengerutkan keningnya karena merasa bingung mendengar ucapan Bobby barusan. Dia tidak paham hak apa yang dimaksud Daddy nya?

"Maksud Daddy hak apa sih?" tanya Vina yang penasaran.

"Suatu hari nanti Daddy akan kasih tau ke kamu, tunggu disaat waktu yang tepat" ucap Bobby sambil merebahkan tubuhnya miring menghadap ke Vina.

Sebenarnya saat ini Bobby sedang berusaha mati-matian menahan nafsunya. Apalagi ditambah adik kecilnya itu sudah lama tidak mendapatkan belaian semenjak Anita dinyatakan hamil. Ketika Bobby melihat kedua bukit kembarnya Vina yang terlihat besar dan sintal, lantas membuat sesuatu dibalik celananya itu pun meronta-ronta.

"Halo jagoannya Daddy, lahap banget sih nenennya. Sisain juga dong buat Daddy" Bobby sengaja berucap seperti itu untuk menggoda Vina.

"Sebentar lagi ini juga jadi punya Daddy loh. Nanti kalo udah jadi milik Daddy, kamu gak boleh minta lagi ya" ucap Bobby lagi.

Vina hanya bisa terdiam menahan rasa malu dan deg-degannya. Masalahnya sekarang posisi wajah Bobby sangatlah dekat dengan payudaranya.

Bibir mungil Rudy pun mulai turun ke bawah dan langsung menangis sekencang mungkin seakan paham dengan perkataan Daddy nya yang ingin merebut mimiknya.

"Cup cup cup.. Maafin Daddy sayang, Daddy cuma bercanda kok" Bobby hanya terkekeh pelan saat melihat putranya tersebut menangis dan wajahnya berubah merah. Sedangkan Vina langsung menatap Bobby dengan sinis. Ia merasa sangat kesal dan dongkol pada Bobby. Padahal tadi Rudy sebentar lagi akan tertidur, tapi gara-gara ulah Bobby Rudy jadi menangis.

"Daddy!! Pokoknya aku gak mau tau!! Daddy harus tidurkan Rudy sekarang juga!!" ucap Vina dengan nada kesalnya.

"Sayang, Daddy gak bisa. Sebentar lagi kan Daddy mau berangkat ke kantor. Daddy mau mandi dulu ya" jawab Bobby dengan cengengesan.

Muuacchh!!

Bobby dengan sengaja mencium payudara Vina sebelum akhirnya kabur ke kamar mandi. Sontak hal itu membuat Vina langsung melototkan matanya. Dia pikir Bobby ingin mencium pipi adiknya, ternyata dia malah menciumi payudaranya. Sepertinya Bobby sudah benar-benar tak bisa mengendalikan nafsunya.

"Oeeek... Oeeek..." tangisan Rudy semakin kencang membuat Vina langsung menggendongnya kembali.

"Cup cup cup sayang.. Daddy nakal ya? Nanti Mommy jewer ya Daddy nya. Masa Daddy mau ngambil mimik kamu ya sayang" ucap Vina yang berusaha membujuk Rudy agar tak menangis lagi.

"Sekarang kamu bobo dulu ya, Mommy mau siapin bekal dulu buat Daddy" Vina mencoba menidurkan Rudy. Tak perlu membutuhkan waktu yang lama, akhirnya Rudy pun tertidur. Melihat adiknya yang sudah tidur, Vina segera meletakkan Rudy di ranjang dengan meletakkan bantal disekelilingnya sebagai pembatas dan tidak lupa pula ia menyelimuti adiknya. Setelah itu Vina pun langsung menuju ke dapur untuk membuatkan bekal Daddy nya.

***

Sedangkan di tempat yang berbeda lebih tepatnya di makam Anita, terlihat sosok lelaki paruh baya yang sedang duduk berjongkok disana.

"Nyonya, saya gak menyangka kalo nyonya pergi secepat ini" ujar lelaki tersebut sambil mengusap batu nisan yang bertuliskan nama Anita Eka Sari binti Suherman.

"Bertahun-tahun saya mencari keberadaan nyonya, tetapi sayangnya saya bertemu nyonya dalam keadaan nyonya telah tiada. Kedatangan saya kesini hanya ingin meminta izin kepada nyonya untuk mengambil Vina, sesuai dengan perjanjian suami nyonya dulu jika nyonya meninggal maka Vina akan menjadi milik saya" sambungnya lagi.

"Maafkan saya jika telah merahasiakan semua ini dari nyonya, karena ini atas permintaan dari almarhum suami nyonya. Saya juga ingin mengucapkan terima kasih banyak kepada nyonya karena nyonya telah merawat Vina dengan sangat baik sehingga ia bisa tumbuh menjadi gadis yang cantik dan pintar. Saya permisi ya nyonya, semoga nyonya tenang disisi-Nya" ucapnya dengan senyum yang merekah kemudian pergi meninggalkan makam.

Lantas siapakah lelaki paruh baya yang memanggil Anita dengan sebutan nyonya tersebut? Dan rahasia apakah yang ia sembunyikan dengan mendiang suaminya di belakang Anita?

BERSAMBUNG

****

Wasiat Sang MommyWhere stories live. Discover now