Part 3 - Panggilan Malam

107K 2K 80
                                    

Phoenix menggunakan koyo di kakinya untuk mengurangi pegal. Naik turun tangga sebanyak dua kali tidak main-main. Phoenix merasa tubuhnya remuk redam.

Dia memeluk guling dan memejamkan mata. Sengaja tidur lebih awal setelah makan malam agar esok tubuhnya kembali segar.

Getaran ponsel di atas nakas membuatnya berbalik lantas memeriksa pesan masuk. Phoenix mengerang kesal, Atlas mengirim pesan berisi perintah seperti biasa. Kali ini dia menyuruh Phoenix datang ke lokasi yang dia kirim.

Mengecek lokasi tersebut di internet. Phoenix melebarkan mata, tempat itu adalah sebuah club malam yang tidak jauh dari rumah mereka.

Mengubur wajahnya pada tumpukan bantal. Phoenix berteriak melampiaskan amarahnya. Lagi-lagi dia tidak bisa menolak. Terpaksa bangun dan bersiap-siap pergi.

Phoenix mengendap-endap turun dari kamarnya tanpa alas kaki. Dia sangat takut orang tuanya akan bangun. Sekarang belum tengah malam. Jupiter dan Libra memang tidur lebih awal, lelah bekerja satu harian.

Mengenakan flat shoes di luar rumah setelah mengunci pintu pelan-pelan. Phoenix berjalan cepat menuju pagar dan membuka sepelan mungkin.

Jantungnya berdebar-debar. Semua sudah dipersiapkan dengan matang. Memesan taksi online tidak jauh dari depan rumah.

Dia menghela nafas lega setelah masuk ke dalam taksi. Phoenix tidak lagi mengantuk, dia memakai celana jeans untuk menutupi koyo pada betis.

Sekitar dua puluh menit kemudian, dia sampai di tujuan. Menarik nafas dalam-dalam sebelum keluar dari taksi. Phoenix tidak pernah masuk club sebelumnya. Dia juga sudah menolak perintah Atlas tadi, namun laki-laki itu tidak mau tahu.

Suara dentuman musik mendebarkan sampai ke jantung Phoenix. Dia mengedarkan pandangannya mencari ruangan yang dimaksud oleh Atlas.

Beberapa laki-laki mengajak Phoenix bergoyang. Dia langsung menggeleng, menolak tidak mau. Phoenix fokus mencari ruangan, kadang berlari kecil menghindari laki-laki setengah sadar yang berusaha menggodanya.

Phoenix menemukan ruangan itu. Masuk ragu-ragu dan di sambut suara gelak tawa dari dalam. Atlas dan kawan-kawan menoleh pada Phoenix. Mereka saling berpandangan dengan seringai mencurigakan.

Gadis itu berusaha mengendalikan diri. Menjaga pandangannya dari Atlas. Seorang gadis duduk di pangkuannya dan berpelukan mesra.

"Bener-bener lo, Las!" Sirius menggeleng-gelengkan kepala.

"Beneran datang dong!" Nash terbahak-bahak.

Phoenix memandang Atlas tajam, meminta penjelasan apa maksud dari semua ini. Phoenix tidak peduli jika Atlas salah pergaulan dengan teman-temannya. Asalkan dia tidak diikutsertakan.

"Apa maksud kamu?"

"Beli minum!" Atlas menotong cepat.

Phoenix mengepalkan tangan, emosinya di ubun-ubun. "Kamu nyuruh aku datang cuma buat beli minum?"

"Buruan! Jangan banyak bacot!" Laki-laki itu mengibaskan tangan. Enggan menerima penolakan dalam bentuk apapun.

Nafas Phoenix naik turun kasar. Keluar dari ruangan untuk membeli minuman. Teman-teman Atlas tertawa bahagia. Atlas mengendalikan Phoenix dengan baik.

Phoenix mengabaikan orang-orang yang berusaha menggodanya seperti tadi. Dia belum berpengalaman di tempat itu. Dia hanya pernah membaca dalam novel dan menonton film. Phoenix berjalan menuju bartender dan bertanya minuman yang direkomendasikan.

Phoenix membeli cola, usia anak-anak berandalan itu belum legal untuk minum alkohol. Sayangnya Atlas tidak menerima minuman tersebut. Dia menyuruh Phoenix membeli alkohol.

STEP BROTHER  [17+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang