Part 35 - Positif

12.4K 478 53
                                    

Perut Phoenix bergejolak naik. Tidak ada waktu berleha-leha, segera bangun dan memuntahkan isi perutnya ke wastafel kamar mandi. Gadis itu menunduk hanya memuntahkan cairan bening.

Ada yang salah dengan badannya. Tidak nyaman dan pusing. Phoenix mencuci mulut dan berkumur-kumur. Dia menyadari di tubuhnya melekat pajamas tadi malam. Artinya Atlas yang memakaikannya.

Segera keluar dari kamar mandi dengan wajah berantakan khas bangun tidur dan hanya cuci muka seadanya. Di kamarnya tidak ada Atlas, entah sejak kapan dia pergi.

Jam digital menunjukkan pukul tujuh pagi. Dia tidak perlu buru-buru karena mulai hari ini sudah tidak sekolah lagi.

Mengumpulkan rambut dan mencepol asal, Phoenix bergegas merapikan tempat tidurnya yang berantakan akibat percintaan panas tadi malam. Setelahnya bersih-bersih sebelum turun ke lantai bawah karena Phoenix tidak merasa mengantuk lagi.

Di lantai bawah, dia menemukan Libra dan Jupiter sedang sarapan. Keduanya menyapa Phoenix ramah dan mengajak ikut sarapan.

"Cepat banget bangunnya?" ucap Libra sembari mengambil piring dan menyendokkan nasi goreng.

"Ma, mau roti aja." tolak Phoenix.

"Iya, Nih. Udah libur santai aja. Sengaja Mama sama Papa nggak bangunin cepet. Biarin tidur sampe siang." tambah Jupiter perhatian.

"Nggak bisa tidur lagi, Pa. Lanjut nanti siang aja." jawab Phoenix.

"Iya, santai-santai aja di rumah." Jupiter membenarkan.

Mereka bertiga melanjutkan sarapan. Libra dan Jupiter sudah selesai sarapan, pamit pada Phoenix dan berpesan hati-hati di rumah.

Gadis itu memeluk dan mengecup Libra serta mencium punggung tangan Jupiter. Bergegas pergi ke kantor, sedangkan Phoenix menghabiskan roti dan pindah ke ruang keluarga.

Phoenix merasa pusing dan perutnya kembali bergejolak. Segera minum air hangat supaya perutnya mendingan. Kemudian dia berbaring di sofa bed. Menonton acara televisi yang menampilkan film kartun.

Phoenix meraba perutnya, ingatannya kembali pada testpack yang belum digunakan. Phoenix belum berani cek, khawatir hasilnya positif.

Atlas turun dari kamarnya beberapa saat kemudian. Dia menghampiri Phoenix yang sedang termenung di sofa. Membelai bahu naik ke kepala.

Wajah khas bangun tidur hanya cuci muka saja. Atlas bergabung dengan Phoenix berbaring di sofa. Gadis itu memperbaiki posisi, membiarkan Atlas di belakangnya dan memeluk disertai kecupan-kecupan kecil.

"Mereka udah pergi?" tanya Atlas serak, basa-basi meskipun tadi dia sudah melihat orang tua mereka pergi dari kamarnya.

"Hem," Phoenix membenarkan.

Atlas menghela napas panjang di tengkuk Phoenix. Laki-laki itu memejamkan mata, begitu nyaman dengan posisi itu. Salah satu tangannya memeluk perut Phoenix, dimainkan oleh gadis itu.

"Atlas, tadi aku mual-mual lagi." ucap Phoenix mulai bercerita pelan-pelan. "Sekarang aku merasa nggak enak badan. Lemes banget."

Atlas menunggu tanpa membuka mata.

"Aku takut banget." suara Phoenix berubah parau. Dia menundukkan badannya dan cemberut menahan diri agar air matanya tidak keluar.

Atlas mengeratkan pelukannya, dia diam saja. Sedangkan gadis itu makin kacau, bingung dan tersesat.

"Mau cek tapi takut." Phoenix melanjutkan. "Tadi malam kita nggak sampe begadang."

"Ayo cek sekarang!" ajak Atlas akhirnya.

STEP BROTHER  [17+]Where stories live. Discover now