Part 36 - Keputusan

11.3K 432 8
                                    

"Atlas, aku udah memutuskan!"

Phoenix sangat gugup. Duduk di pinggir ranjang dengan Atlas berbaring di sampingnya. Laki-laki itu baru bangun, hari-hari dia selalu tidur.

Phoenix sampai overthingking. Atlas memberinya waktu untuk berpikir mengenai kandungannya. Atlas menjauh, tidak pernah lagi ke kamar Phoenix. Phoenix ingin memeluk dan berbincang. Keinginan itu meluap begitu saja karena Atlas hanya sibuk di kamarnya.

"Hem?" Atlas masih serak. Sekali menguap dan memeluk guling. Phoenix cemberut, dia menarik bantal Atlas sehingga laki-laki itu akhirnya bergeser ke pangkuannya.

"Aku mau ...," Phoenix menggantung. "Aku mau membesarkan bayi ini di Jepang bersama kamu." jelas Phoenix sekali tarikan napas.

Atlas terdiam, dia tidak bisa menebak pikiran Phoenix. Pada akhirnya gadis itu mempertahankan kandungnya. Atlas harap-harap cemas, mengira Phoenix akan menyingkirkan bayinya.

"Kamu harus janji jangan tinggalin aku sendiri." Phoenix memohon. "Aku mau ikutin rencana kamu. Aku cuti kalau udah mau lahiran. Kalau orang tua kita datang berkunjung, kita nitipin bayinya sebentar ke daycare."

"Oke," Atlas mengangguk setuju. "Hari ini kamu mual-mual lagi?" Sembari memperbaiki posisinya, Atlas memeluk pinggang Phoenix.

Phoenix membelai wajah Atlas lembut. "Sekali aja tadi pagi."

"Udah makan?"

"Belum," Phoenix menggelengkan kepala.

"Kenapa?"

"Nggak nafsu makan."

"Mau makan apa?"

"Nggak tahu!" Phoenix menggelengkan kepala.

"Makan yuk." ajak Atlas kemudian.

"Pengin makan es krim." Phoenix bergumam manja.

"Makan dulu."

"Nggak mau."

Atlas menghela napas berat. "Nanti bayinya sakit."

"Nggak lapar."

Atlas diam sesaat, dia pun malas gerak. Alhasil, mengajak Phoenix berbaring di sampingnya. Gadis itu menurut dan menjadikan lengan Atlas sebagai bantal.

Berpelukan erat dalam suasana hening. Keduanya memejamkan mata, Atlas kembali tidur. Entah mengapa, sekarang dia sangat sering tidur. Berleha-leha sepanjang hari di kamarnya.

Ketika lapar barulah keluar dari kamarnya. Atau sore hari waktunya beres-beres rumah.

"Udah lapar?" Atlas bertanya serak. Kembali bangun karena Phoenix memeluk lehernya erat dalam tidur. Akhirnya keduanya bangun dan saling berpandangan.

"Hem," Phoenix mengangguk. Pola makannya memang sedikit berubah. Kemarin dia sangat kelaparan sepanjang hari, lalu hari ini sama sekali tidak mau makan apapun.

"Ayo bangun," Atlas menggeliat dan mengambil posisi duduk. Terlebih dahulu ke kamar mandi mencuci wajah, kemudian melanjutkan turun ke bawah.

Atlas mengambil alih pekerjaan Phoenix memasak. Dia suruh gadis itu duduk santai-santai di seberang kitchen set sambil makan es krim.

"Atlas, nanti kalau kita ketahuan gimana?" tanya Phoenix masih penasaran. Dia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi nantinya, namun dia juga sangat penasaran.

"Sekarang jangan dulu." Atlas mengingatkan, dia pun tidak sanggup bila ketahuan sekarang.

Phoenix mengangguk ragu, "Aku akan berusaha senormal mungkin."

STEP BROTHER  [17+]Where stories live. Discover now