Part 39 - Bidan

7.5K 364 29
                                    

"Masih panas banget."

Libra mengecek suhu tubuh Phoenix lalu menghela napas panjang. Phoenix mengalami demam berkepanjangan. Badan lemas tidak bertenaga, tidak nafsu makan, mual-mual dan pusing. Semua bercampur aduk, Libra sampai cuti kerja.

"Kamu makan ya, sayang?" bujuk Libra lembut. Mengusap-usap dahi Phoenix dengan perhatian.

"Nggak lapar, Ma." tolak Phoenix sambil meringkuk.

"Mama suapin. Ayo duduk bentar. Dua suap aja yuk?"

Phoenix menggeleng lemah dan memejamkan mata. Dia tidak nafsu makan apapun. Perutnya kosong, apapun yang dimakan pada akhirnya dimuntahkan lagi.

Libra menjadi ragu melepas Phoenix pergi jauh. Kalau gadis itu sakit seperti ini, tidak ada yang merawat sebaik dirinya.

Phoenix juga manja, mudah menangis. Bagi Libra, Phoenix adalah putri kecil yang rapuh. Khawatirnya Atlas kesal dan tidak mau memperhatikan adiknya tersebut.

"Ini, Ma."

"Makasih, sayang."

Phoenix mendengar suara Atlas di kamarnya. Segera membuka mata dan menemukan laki-laki itu tengah memandanginya.

"Masih panas?" Atlas menempelkan telapak tangannya di dahi Phoenix.

Gadis itu cemberut. Dia menginginkan Atlas sekarang. Dipeluk Atlas dalam dekapannya yang hangat.

"Nggak mau makan." tutur Libra sedikit frustasi.

"Makan dulu! Ayo bangun!" kalimat itu sedikit memaksa. Phoenix menggeleng tidak mau.

"Atlas beli soto mi tuh. Ayo makan dikit." Libra menambahkan lagi. "Kuahnya dicampur sama bubur."

Phoenix menimbang-nimbang. Membayangkan kuah soto yang hangat lezat bersama bubur masakan Libra. Perpaduan sempurna bila bersama nasi. Phoenix akhirnya tertarik, dia berusaha bangun dibantu Libra.

Atlas duduk di kursi belajar Phoenix. Dia sibuk main ponsel, menunggui gadis itu makan sebelum keluar dari sana.

Atlas tidak mungkin menunjukkan perhatian lebih untuk Phoenix di depan Libra. Begitu juga dengan Phoenix, tidak mungkin meminta Atlas duduk di sampingnya.

"Aaakk, dikit-dikit telan." Libra meletakkan mangkuk di samping Phoenix lalu menggulung rambut putrinya.

"Minum," pinta Phoenix lemah.

Libra segera mengangkat gelas ke mulut Phoenix. Membantu memegangi supaya tidak tumpah.

"Lagi,"

"Dua suap aja." Phoenix membuat kesepakatan.

"Dikit lagi,"

Phoenix malah menangis. Air matanya mengalir tanpa permisi. Libra meringis dan mengelap dengan telapak tangan, wajah dan air mata Phoenix hangat di tangannya.

"Udah kenyang." Phoenix menjauhkan wajahnya. Baru tiga suap sudah tidak sanggup lagi.

"Satu lagi, nanggung banget ini."

"Nggak mau," Phoenix mual. Menutup mulut lalu buru-buru turun dari ranjang menuju wastafel.

Phoenix mengeluarkan semua yang dia makan tadi. Libra makin khawatir, memijit-mijit tengkuk putrinya.

Phoenix berusaha makan supaya memiliki tenaga dan lekas sembuh. Dia juga berusaha agar tidak mengeluarkan isi perutnya.

Sayangnya, usaha Phoenix tidak berhasil. Phoenix tidak tenang dengan kondisinya seperti itu, Libra pasti memaksanya cek ke dokter.

STEP BROTHER  [17+]Where stories live. Discover now