Part 32 - Testpack

17.2K 442 25
                                    

Part 32 - Testpack

Atlas melirik Phoenix yang sedang menghela napas panjang di sampingnya. Masih pagi-pagi tetapi wajah gadis itu tidak enak di pandang. Ekspresi tidak bersemangat dan pucat. Atlas sedikit khawatir, tetapi gadisnya sangat keras kepala.

Atlas dan Phoenix dalam perjalanan ke sekolah, meskipun tidak aktif belajar lagi. Keduanya tetap pergi ke sekolah bertemu teman-teman yang sebentar lagi akan berpisah, sibuk dengan kehidupan masing-masing.

"Kamu harusnya nggak perlu sekolah." ujar Atlas mengingatkan lagi.

Phoenix cemberut, memejamkan mata sambil menyandar lemah pada jok di samping Atlas.

"Masih mual? Pusing?"

"Dikit-dikit lagi," jawab Phoenix serak.

Atlas mengulurkan tangannya mengecek dahi gadis itu, masih sama seperti tadi pagi saat dia bangun. Phoenix bergumam manja, Atlas memperbaiki posisi duduknya dan membawa gadis itu berbaring di pangkuan.

Phoenix menurut lemah. Sudah beberapa hari ini kondisi Phoenix tidak fit. Mulai dari nafsunya yang menggebu-gebu sehingga mereka hampir tiap malam tidur pagi. Alhasil, tubuh gadis itu tumbang, tidak kuat begadang. Pusing, mual-mual dan badan lemas tidak bertenaga.

"Pulang aja,"

"Nggak mau!" Phoenix menggeleng cepat.

Atlas mengelus-elus kepalanya lembut. Pandangannya fokus ke depan, namun salah satu tangan berada di dahi Phoenix.

"Nanti kamu istirahat di UKS ya?" bujuk Atlas sembari menunduk.

"Eum," Phoenix mengangguk.

"Kalau masih pusing, kabari aku. Kita langsung pulang."

"Iya,"

Atlas memasuki area sekolah dan memarkirkan mobil. Menunggu beberapa saat mempertahankan posisi karena Phoenix sangat nyaman. Atlas pun mengajak keluar, bahaya kalau lama-lama di dalam mobil. Khawatirnya ada yang melihat mereka, mengira berbuat tidak senonoh dengan posisi tersebut.

"Ayo,"

"Eum,"

Atlas membantu Phoenix bangun. Turun lebih dulu dan membuka pintu untuk gadisnya. Atlas juga mengambil ransel dari jok belakang dan memberikan pada gadis itu.

Phoenix mengucapkan terima kasih. Kemudian mereka berpisah menuju kelas masing-masing.

Suasana koridor dan kelas ricuh seperti biasa. Phoenix menemukan Langit dan Fay duduk berdampingan. Mengobrol sambil tergelak. Mereka semakin berani menunjukkan kemesraan di depan umum.

Mereka menyapa Phoenix yang dibalas ogah-ogahan. Fay dan Langit saling berpandangan kemudian mengerutkan dahi.

"Phoenix kenapa?"

Fay memutar badannya ke belakang. Phoenix menelungkupkan kepala di atas meja dan menutupi wajahnya. Sekali lagi tidak menjawab pertanyaan gadis di depannya tersebut.

"Sakit?" Langit melanjutkan.

Fay mengecek kondisi tubuh Phoenix, dia melotot kaget. Badan Phoenix panas, gadis itu langsung berdiri dan setengah menjerit.

"Kenapa lo masuk sekolah, Phoenix? Badan lo panas!"

"Eum," Phoenix berdeham malas.

"Ke UKS sekarang!" Fay memaksa.

"Gue nggak kenapa-napa." Phoenix menolak tanpa membuka mata.

"Ayo buruan!" Fay juga keras kepala. Memaksa gadis itu bangun dan mengantar ke ruang UKS bersama Langit.

STEP BROTHER  [17+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang