Part 8 - Rumah Fay

66K 1.4K 71
                                    

Fay mengajak Phoenix ke rumahnya mengerjakan tugas setelah pulang sekolah. Di rumah hanya Fay dan beberapa asisten rumah tangga. Orang tuanya sibuk bekerja, sedangkan abangnya melanjutkan pendidikan di luar negeri.

Phoenix mengiyakan tanpa pikir panjang. Dia tidak memiliki kegiatan setelah pulang sekolah. Daripada diganggu Atlas, lebih baik kabur ke rumah Fay.

Mereka pulang mengendarai mobil Phoenix. Selama kepergian orang tuanya, Phoenix selalu membawa kendaraan kemana-mana. Dia hidup pindah-pindah, kendaraan pribadi sangat membantu membawa barang-barang keperluannya.

Phoenix disambut baik di rumah Fay. Mereka langsung ke kamar Fay yang luas dan nyaman. Di dominasi cat dinding warna putih dan barang-barang di dalamnya sengaja di pilih senada.

"Kamar lo luas banget!" decak Phoenix kagum. Berdiri di sisi ranjang dan mengedarkan pandangannya.

Fay menjatuhkan badannya pada karpet beludru di bawah ranjang yang kemudian diikuti Phoenix. Mengeluarkan buku dan alat tulis dari backpack.

"Kamar lo nggak seluas ini?" tanya Fay mengerutkan dahi.

Berdeham pelan sambil mengira-ngira ukuran kamarnya. "Kayaknya sama sih." cengirnya.

Fay mencibir, tidak yakin jika kamar Phoenix lebih kecil dari kamarnya. Kalau tidak sama, mungkin lebih luas.

"Papa lo kan kaya." Fay mengingatkan. "Lo baru dikasih mobil!"

"Iya, iya!" Phoenix mengalah.

Fay mendekat penasaran, Phoenix sampai mengerutkan dahi. "Oh iya, abang lo gimana? Ditinggal berdua aja di rumah, kalian nggak berantem?"

"Nggaklah!" elak Phoenix cepat. "Gue balik ke rumah lama gue."

"Kenapa?"

"Kangen! Udah lama nggak balik ke sana."

"Terus? Lo sendiri nggak takut?"

"Nggak. Gue udah biasa ditinggal mama dinas ke luar kota. Lagian rumahnya kecil, kalo teriak tetangga pada denger."

"Masa sih?"

"Iya, perumahan kecil gitu. Rumahnya minimalis. Nggak capek bersih-bersih."

"Lo dulu beneran nggak punya pembantu?"

Phoenix menggeleng. "Nggak. Gue mandiri ye!"

"Cuci setrika gitu?"

"Ada. Tapi nggak nginap." jelas Phoenix membuat Fay manggut-manggut. "Sekarang juga begitu. Nggak ada yang nginap di rumah. Tapi tiga kali seminggu ada yang datang untuk menyetrika. Sama ngurusin pekarangan gitu."

"Kenapa nggak nginap?"

Phoenix mengangkat bahu. "Dari dulu katanya begitu."

"Jadi pada mandiri semua ya?"

"Hem!"

Fay berdecak kagum. Mereka menoleh pada pintu, kamar Fay diketuk dari luar. Seorang wanita kisaran tiga puluh tahunan mengantar minuman segar dan camilan untuk keduanya.

Mereka mengucapkan terima kasih hampir bersamaan. Fay mempersilakan Phoenix menyantap sajian tersebut. Tanpa malu-malu, Phoenix membuka toples dan menggigit ujung kue kering.

Mereka mulai belajar sambil mengobrol. Tugas sekolah tidak terlalu sulit, mereka mengerjakannya tanpa kendala. Keduanya sepakat mengerjakan semua tugas bersama-sama.

Sehingga selanjutnya bersantai-santai. Fay tidak mengizinkan Phoenix pulang sore. Gadis itu tinggal sendiri, tidak ada yang mencarinya. Sebaiknya Phoenix pulang malam dan menemani Fay sampai orang tuanya pulang.

STEP BROTHER  [17+]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang