1. Gadis Aneh

242K 15.5K 1.7K
                                    

Anyeong

Vote dan komennnya jangan lupa ya

Absen dengan komen Moci dong👉👉

******

"Nyatanya, nilai lebih penting daripada kesehatan mental anaknya sendiri."

-Mahen Algrafa

•••••

Mahen sedang duduk menyendiri di halaman belakang rumah, sambil menikmati semilir angin yang menusuk lembut kulitnya.

Bola mata cowok itu terfokus pada selembar kertas yang sudah dia lukis menjadi sketsa abstrak. Jika pikirannya sedang pusing, Mahen biasanya akan melampiaskan dengan mencoret-coret.

Tidak tau kenapa, rasanya lebih nyaman menyalurkan perasaan dengan menggambar.

"MAHEN!!"

Mahen sedikit terlonjak kaget, karena teriakan seseorang. Cowok itu pun langsung menoleh ke belakang, dan melihat Resal yang sedang berjalan ke arahnya.

Mahen yang tadinya sedang duduk pun, lantas jadi beranjak berdiri.

Sesampainya di hadapan Mahen, Resal kemudian menyodorkan kunci motor miliknya pada Mahen. "Gak ada kerjaan kan lo? Cuciin motor gue, besok mau dipake balapan."

Mahen jadi melirik pada kunci motor yang Resal sodorkan. Dia menatapnya sejenak, lalu beralih menatap wajah Resal dengan dingin. "Sejak kapan, gue babu lo?"

Resal yang mendengar itu, langsung tersulut emosi. Dia pun mendorong bahu Mahen dengan kasar. "Mulai berani lo, bantah perintah gue?!"

"Gue juga punya kesibukan," jawab Mahen.

Resal semakin emosi, hingga tangan kanannya mengepal kuat. Sedetik setelahnya, mata cowok itu tidak sengaja melirik pada kertas yang sedang Mahen pegang.

Resal pun langsung merebut kertas tersebut dengan kasar. Dia menatap gambaran Mahen beberapa saat, sebelum akhirnya merobek dan menginjak-injaknya.

Mahen terkejut bukan main, dengan kedua mata yang memelotot. "Lo udah gila?!"

"Lo yang gila!" sarkas Resal dengan mata elangnya. "Lo itu terlahir dari Ayah seorang mafia Mahen! Bisa-bisanya lo mau jadi polisi! Otak lo di mana?!"

Mahen langsung terdiam saat itu juga. Mulutnya mendadak terasa membisu, sehingga sulit untuk berkata-kata.

"Jangan tolol jadi orang! Udah dibesarin sama Papa, tapi jadi anak gak tau diri! Selama ini lo hidup enak dari mana? Dari duit bokap lo!"

Mahen kembali menatap wajah Resal. Emosinya mulai terpancing dengan perkataan Resal barusan.

Hidup enak? Bahkan, Mahen tidak pernah merasakan hal itu selama ini. Bergelimang harta, tidak membuat kehidupannya terasa bahagia.

"Sejak kapan gue hidup enak? Lo yang enak, bukan gue," balas Mahen setelah terdiam cukup lama.

"Lo didiemin makin ngelunjak!"

Bugh

Resal melayangkan tinjuan yang begitu keras tepat di rahang Mahen. Hal itu, membuat wajah Mahen langsung menoleh ke samping, dengan rasa nyeri yang amat terasa.

Mahen mengusap singkat pipi kanannya. Dia pun kembali menatap Resal, tanpa ada niat untuk membalasnya.

"Gue aduin Papa, mampus lo!" ujar Resal, lalu pergi dari sana.

MAHEN ALGRAFAWhere stories live. Discover now