22 Luna

132 52 9
                                    

Pet shop di lantai dasar bahkan belum buka ketika dia sampai di sana. Tentu saja tidak ada operasi yang harus dilakukannya hari ini, atau bahkan di sepanjang sisa kehamilannya. Venus sudah berjanji akan memberinya tugas yang lebih ringan demi nasib baik.

Dia hanya tidak ingin berada satu ruangan dengan Adam lebih lama lagi.

Dia harus menyibukkan pikirannya dengan hal-hal yang menyenangkan. Dia tidak ingin memikirkan apa yang terjadi di rumah tadi malam. Tidak sedetik pun.

Luna tahu orang akan menganggapnya bereaksi berlebihan pada hal 'sekecil itu'. Bukankah sudah wajar jika laki-laki bersikap agresif? Bahkan Adam tidak menyakitinya. Ia hanya meluapkan emosinya pada benda mati.

Namun, bukan itu yang sesungguhnya menjadi masalah. Yang jadi masalah adalah Adam yang tidak jujur padanya. Sesuatu telah terjadi di luar dan bukannya menyelesaikannya sebelum sampai di rumah, Adam justru melampiaskannya pada dirinya.

Sekarang, setelah kembali bisa berpikir jernih dan tidak dikuasai emosi lagi, Luna yakin itu ada hubungannya dengan Venus. Venus adalah kelemahan terbesar Adam. Sentil Adam tepat di Venus, maka ia akan bereaksi layaknya dunia akan kiamat.

Oh, bukankah seharusnya dia tidak memikirkan masalah itu lagi? Dia hanya menyiksa diri. Terapisnya selalu mengulang pesan agar dia lebih baik pada diri sendiri. Agar dia tidak menyiksa dirinya lagi. Agar dia tidak lagi menempatkan dirinya ke dalam bahaya dengan sengaja.

Luna mendaki tangga ke beranda samping kliniknya, membuka kunci pintu, menyongsong aroma tubuh hewan bercampur apek. Dia menyalakan pendingin ruangan dan bersih-bersih sedikit. Dia juga tidak lupa menyiram beberapa pot bunga euphorbia yang diletakkan di beranda depan. Bunga-bunga itu pernah naik daun sekitar dua dekade silam, tetapi jika Luna masih memeliharanya, tandanya tanaman itu belum punah.

Venus datang satu jam kemudian, satu jam sebelum jam buka klinik. Dia kaget karena Luna sudah berjaga di sana, menonton serial dokter hewan di saluran NatGeo Wild.

"Kapan dateng?" tanya Venus.

Luna mengangkat bahu cuek. "Subuh."

"Walaupun boleh kerja lagi, bukan berarti kerja rodi juga, Dit. Nanti aku dimarahi Ad—"

Baru saja Venus hendak mengucapkan nama itu, Luna sudah memelotot padanya. "Dia nggak ada hubungannya sama kerjaanku."

Venus mematung sejenak di depan pintu, mencoba mencerna apa yang sebenarnya terjadi antara Luna dan Adam. Sejak lama Venus sudah curiga perbedaan "kasta" pekerjaan mereka akan menimbulkan masalah suatu hari nanti. Namun, tentu saja Luna menepisnya atas nama cinta.

"Kami saling mencintai dan saling mendukung karier satu sama lain," Luna masih ingat apa yang dia katakan pada kakaknya ketika Adam memutuskan resign dari bank. Sekarang ucapan itu terdengar bodoh.

"Ada masalah?"

"Banyak, Jul."

Venus duduk di sisinya di sofa. "Cerita dong, Dit. Kita sahabat sejati, kan?"

Satu hal yang disukai Luna dari Venus sekarang: dia tidak memaksakan diri menjadi seorang kakak. Venus memperlakukannya seperti sahabat gila-gilaan yang tidak punya batasan.

"Kamu berantem lagi sama Adam?" Luna malah balas menginterogasinya.

"What do you mean?" tukas Venus. "I'm done with him."

Luna menaikkan satu alis, meragukan pengakuannya. Venus meneguk ludah.

"Oke, aku memang... Adam aneh banget tahu, Dit. Kemarin aku ngajak Papa Kennedy ke toko kue untuk balas traktiran kopinya waktu itu, tapi Adam langsung marah sama aku. Dia kenapa sih, kok overprotektif banget? Apa aku nggak boleh bahagia? Apa dia pengin aku jadi perawan tua aja yang bahkan nggak pernah merasakan cinta? Kenapa dia sebenci itu sama aku, Dit?"

Luna mendengus dan memalingkan wajah dari kakaknya. "Dia nggak benci kamu, Jul. Malah sebaliknya."

"Dia bilang dia cinta banget sama kamu, Dit!" teriak Venus.

"Iya, dia memang cinta setiap cewek yang dia temui, Jul!" Luna balas berteriak.

"What?" kini suara Venus melengking.

Luna memegangi kepalanya dan menggeleng-geleng.

"Dia cinta semua wanita?" kata Venus lagi, dengan volume suara yang sudah diturunkan.

"Aku nggak punya bukti seandainya dia sudah berselingkuh di belakangku, tapi perasaan dia ke kamu itu jelas bukan perasaan benci, Jul. Kamu aja yang dengan cerdasnya ngasih masalah sebesar dia ke aku meskipun sebenarnya yang dia inginkan itu kamu. Aku tahu dia terpikat pada khayalan-khayalanmu."

Wajah Venus mengerut seakan-akan baru mencecap lemon yang masam. "Jijik banget."

"Demikianlah." Luna tertawa fals sambil melayangkan satu tangannya ke udara. "Dia nggak gitu sama aku, Jul. Dia melihat aku sebagai adik kecil kesepian yang perlu dikasihani. Tapi dia ke kamu? Hasratnya meledak-ledak. Kamu cuma bikin dia makin penasaran karena kamu nggak pernah kasih akses penuh. Or have you?"

"No way!" tandas Venus. "Aku cuma cium dia sekali ya, Dit. Itu pun karena kebawa suasana." Venus diam sejenak untuk meresapi pengakuannya sebelum menyadari ada yang salah. "Oke, aku memang sama bangsatnya sama dia. Aku minta maaf, Dit. Waktu itu kamu lagi koas di kota lain, aku sama dia di sini. Tapi aku nggak ngapa-ngapain sama dia. Aku masih perawan, Dit, sumpah."

Meskipun terluka mendengar kebenaran yang meluncur tanpa sensor dari bibir kakaknya, Luna justru lega karena segala hal tentang suaminya dan sang kakak kini terkuak.

Venus menggenggam tangannya erat-erat, berusaha memperlihatkan kesungguhan dalam menyesali perbuatannya, meskipun Luna tidak terlalu percaya. Dia tidak percaya pada siapa-siapa.

Pada saat itulah Adam muncul di ambang pintu sambil membawa buket bunga. Ia pasti ingin minta maaf.

"Enak aja," gumam Luna. Dia bangkit untuk mengunci pintu, mencegah Adam menerobos masuk. Venus cekikikan melihatnya. Dia juga memberi Adam gestur "tamat".

Setelah Adam pergi—dengan meninggalkan buket bunga di beranda—Venus menggenggam tangan Luna lagi.

"Jadi kamu diapain sama Adam?"

Luna belum siap menjawabnya. Dia tidak menyukai jawabannya.

"Entahlah, Jul. Aku nggak yakin perlu cerita-cerita soal ini."

Venus mengusap-usap lengan Luna dengan lembut. "Oke, Dit. Kuakui menyerahkan Adam padamu alih-alih membuangnya jauh-jauh itu kesalahanku. Kesalahan terbesarku ke kamu. Tapi aku juga perlu tahu apa pun yang terjadi padamu. Aku selalu berada di sisimu."

Luna selalu percaya Venus adalah agen ganda. Dia mendekati siapa pun yang enak diajak bicara. Dia tidak bisa menjaga rahasia.

"Coba kamu tanya dulu ke Adam apa yang terjadi menurut sudut pandang dia, baru tanya aku lagi."

Venus memberinya tatapan memohon, tetapi Luna tidak memedulikannya lagi. Pasien pertama hari ini sudah tiba. Seekor tegu yang mengalami konstipasi.



Dari Pengarang:

Ya, biawak tegu bisa mengalami konstipasi.







EternityWhere stories live. Discover now