Dari Pengarang

261 53 11
                                    

Yatta!

Untuk kamu yang sudah mencapai pengujung kisah ini, Mamang ucapkan selamat!

Mamang akui ini bukan naskah yang mudah untuk ditulis. Idenya berasal dari sebuah cerpen yang Mamang tulis waktu SMA, waktu try out kelas 12 tepatnya. Cerpen itu berjudul "The Black Rose" dan bercerita tentang dr. Adisatya yang mencoba memahami misteri yang terjadi di keluarga calon istrinya. Namun, sebelum ia mengetahui rahasia terbesarnya, mobilnya sudah terbalik dan ia mengalami koma.

Tahun lalu, ketika ada lomba thriller yang diselenggarakan GPU dan GWP, Mamang mencoba membangkitkan naskah cerpen itu dari tidur panjangnya, memberinya judul baru "The Evil Twin", tapi mandek. Mamang nggak tahu cara memelarkan naskah cerpen menjadi naskah novel di atas 50.000 kata. Akhirnya buat lomba itu, Mamang mengikutkan naskah yang lain, yang judulnya "Enemies and Preys". Nggak menang sih, tapi masuk 23 besar dan editor Mamang tertarik menerbitkannya. Tapi nggak sekarang.

Balik ke kisah Aryana dan Arsanti.

Pertengahan tahun lalu tiba-tiba aja Mamang mendapat ide untuk melanjutkan kisah Venus, Luna, Adam, Giga, dan Herman. Awalnya coba-coba nulis satu chapter dari POV Adam, lalu suka. Kemudian coba menulis satu chapter dari Herman, lalu terpikat. Tadinya Mamang ingin kisah kali ini lebih sedikit POV-nya, supaya lebih fokus, lagi pula setelah menulis separuh cerita, Mamang merasakan magnet cerita yang sangat kuat dari Venus dan Herman. Mamang pengin hapus bagian Adam dan Luna. Tapi kalau bagian mereka dihapus, siapa yang bisa menjelaskan bagian-bagian tertentu yang nggak diketahui Venus dan Herman? Adam dan Luna seharusnya sepaket, jadi seharusnya bisa dijadikan satu saja POV mereka, tapi ternyata nggak bisa. Luna punya suara sendiri, begitu pula Adam. Mereka punya struggle masing-masing, mereka punya andil masing-masing dalam cerita ini.

Jadilah POV-nya tetap empat, seperti Ephemera. Enam ding, tapi yang dua di akhir itu nggak dianggaplah ya. Semoga nggak migren dengan banyaknya POV yang ada.

Yah, jadi... ini bukan naskah yang mudah untuk ditulis, tapi menyenangkan. Jumlah katanya menyentuh 75.000, terpanjang dari seluruh novel yang pernah Mamang tulis, belum lagi potongan-potongan adegan sampah yang nggak jadi dimuat. Mungkin bisa 100.000 kata kalau ditotal semuanya. Mamang ingin menyelamati diri sendiri karena sudah menulis sesuatu sepanjang ini dan nggak kehilangan fokus di tengah jalan. Mamang ingin menyelamati diri sendiri karena alih-alih menyerah, Mamang terus mencari cara untuk mengejawantahkan gagasan utama novel ini.

Terima kasih kepada ponakan-ponakan Mamang yang sudah menyemangati Mamang dari awal kemunculan cerita ini sampai part terakhir. Kalian luar biasa. Mamang sungguh beruntung memiliki ponakan seperti kalian semua. Kalian jangan makasih sama Mamang, Mamang yang makasih sama kalian. Semoga cerita ini menghibur dan memuaskan kalian. Kalaupun nggak puas, Mamang menampung curhatan kalian. Ditampung aja, namanya juga curhat. Semoga cerita berikutnya bisa cepat kelar jadi bisa langsung kalian nikmati. Atau mungkin kalian masih butuh waktu untuk pulih dari hangover akibat cerita ini. Take your time, ponakan. I'm taking my time, too.

Akhir kata, mohon maaf atas kekacauan pikiran Mamang yang sampai di lapak ini. Semoga Mamang bisa mengurangi sambat di karya berikutnya. Semoga kalian mendapat manfaat dari keberadaan Mamang, meskipun banyak juga pengaruh negatifnya.

See you next project!

EternityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang