Prolog

386 28 4
                                    

Bismillahirrahmanirrahim 🤍

Hallo semua! Ini adalah cerita kedua aku, cerita pertama aku udah END, bisa kalian chek sendiri dan silahkan baca juga.

Ini kisah murni dari Imajinasi aku sendiri!

Sebelum baca, aku mau ngingetin nih. Budayakan vote setelah membaca okey.

Spam comennya dan jangan lupa follow juga ya:)

♡ Happy Reading ♡
.
.
.
.
.

Sebuah mobil sport hitam melaju cepat menuju perkarangan rumah mewah nan megah bernuansa white, gold and black. Mobil tersebut terparkir tepat di pekarangan rumah.

Pemilik mobil pun keluar dan kakinya satu persatu menginjak lantai, sebelum pada akhirnya ia menutup kembali pintu mobilnya.

Pemilik mobil adalah seorang laki-laki remaja tujuh belas tahun yang telah menginjak kelas sebelas SMA semester dua. Seorang laki-laki berkulit putih, tinggi, dan mempunyai lesung pipi apabila tersenyum, namun sayangnya jarang terlihat lesung itu di pipinya.

Laki-laki itu suka memperlihatkan wajahnya yang ditekuk, cuek, dingin, dan jarang sekali tersenyum. Meskipun demikian, tak jarang para wanita di sekolahnya mengagumi sosok itu. Sosok yang dikenal dengan sebutan Ravindra, yang mempunyai nama lengkap Ravindra Natharrazka Zaedyn.

Brak!

Ravindra menendang mobilnya dengan kuat, "gara-gara elo ni mobil, gua diejek ama mereka. Mobil butut kek gini gua pake!" Teriak Ravindra penuh dengan emosi.

Meskipun mobilnya bermerek sport, namun tetap saja dia tidak suka membawa mobilnya ke sekolah. Dia lebih suka membawa motor ninja kesayangannya yang berwarna hitam. Padahal kalo dipikir, lebih mahal mobil ini dari pada motor itu. Ya namanya juga Ravindra, si ketua geng vindboys. Dimana kata vind diambil dari penggalan namanya sendiri.

Ravindra adalah pendiri geng motor vindboys sekaligus ketuanya. Maka dari itu, sekali dia bawa mobil... sudahlah, anggotanya akan mengejek dia. Namun, beda dengan para wanita di sekolahnya, para wanita lebih suka Ravindra membawa mobilnya.

Kemudian Ravindra mengambil sebuah handphone dari sakunya, ia berniat ingin menelpon seseorang. Sampai pada akhirnya dia menemukan nomor orang yang ingin dia telpon. Dia memencet tombol telpon, beberapa saat kemudian... orang tersebut mengangkatnya.

"Motor gua kapan benar nya?"

"Mungkin besok mas"

"Ck," dia berdecak kesal sembari menendang kembali mobilnya.

"Gua mau hari ini udah beres! Kerahkan semua tenaga kerja lo buat utamakan motor gua. Kalo enggak juga, habis kalian!" Ketusnya dengan nada mengancam disetiap kalimatnya.

"Ba-baiklah mas"

Tuth!

Telpon pun segera dimatikan oleh Ravindra.

"Tuan!" Teriak seorang pembantu yang baru saja keluar dari pintu rumah megah ini. Pembantu itu memperlihatkan wajah yang berkecamuk, pucat seperti habis menangis, sedih, emosi dan dengan nafas yang terengah-engah.

"Kenapa?"

"Nyo-nya be-"

Baru saja pembantu itu ingin meneruskan ucapannya, namun Ravindra sudah terlebih dahulu berlari ingin memasuki rumahnya. Sebelum masuk Ravindra dengan terburu melepas sepatunya, sampai pada akhirnya sepasang sepatu itu terlepas, kemudian dia langsung berlari dengan cepat masuk ke dalam rumahnya yang megah ini.

Annora Untuk Ravindra [On Going]Nơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ