Bagian 08.

72 8 0
                                    

Terik matahari yang menyengat di siang hari tidak membuat Annora letih mengayuh sepedanya. Gadis yang masih memakai seragam sekolah itu, kini memberhentikan sepedanya di bawah pohon rindang.

"Tuh kan, sudah aku duga," gerutu Annora yang telah turun dari sepedanya dan melihat ban sepedanya yang pecah.

Annora menarik nafas beratnya, "mari kita dorong."

Tith...tith...

Terdengar suara klakson motor yang memecah keheningan. Annora spontan melihat siapa pengendara motor yang berhenti di hadapannya.

"Mau pulang?" Tanya Ravindra seraya menaikkan kaca helmnya.

"Astagfirullah," ujar Annora yang kaget melihat apa yang ada di hadapannya.

Ya Allah jantung hamba berulah lagi, lirih Annora di dalam hatinya.

"Hm?"

"Iy-iya"

Ravindra melirik sepeda Annora, kemudian netranya tertuju pada ban sepeda Annora yang ternyata pecah. Ravindra mengangguk paham. Ravindra meraih handphone di saku jaketnya. Dia mencari kontak seseorang lalu menelponnya.

"Hallo, assalamu'alaikum."

"..."

"Ada ban sepeda pecah di sini. Bisa elo jemput, dan benerkan?"

"..."

"Gua sherlock"

"...."

"Oke, assalamu'alaikum."

Ravindra menutup telponnya. Lalu dia memasukkan handphonenya kembali ke dalam jaketnya.

"Sebentar lagi ada seorang montir yang akan jemput sepeda kamu."

Annora hanya tersenyum dan menganggukkan kepalanya.

Beberapa saat kemudian...

Tibalah seorang montir itu seraya membawa mobil pick up. Mobil tersebut kosong dan bisa ditaruh sepeda di atasnya.

"Ini sepedanya," ujar Ravindra kepada montir tersebut.

Kemudian, montir itu mengangkat sepeda Annora dan meletakannya di atas mobil.

"Saya bawa dulu ya, tuan?"

Ravindra mengangguk seraya tersenyum. Setelah itu, montir tersebut memasuki mobilnya kembali dan pergi membawa sepeda Annora.

Annora hanya diam terpaku memperhatikan sepedanya dibawa. Ingin dia cegah, tapi entah kenapa mulutnya hanya diam membisu sedari tadi.

"Ayo kita pulang," ajak Ravindra.

"Pulang?" Tanya Annora.

"Iya, kamu pulang sama aku,"

Annora tertegun mendengar penuturan Ravindra. Pulang sama dia? Oh tidak, berhadapan dengan Ravindra seperti ini aja udah buat jantung dia serasa mau copot. Apa lagi harus pulang berdua dengan Ravindra, di motor yang sama dan pasti mereka akan berdekatan sekali.

Ravindra menaiki motornya kembali. Dia menatap Annora yang masih saja diam membisu di tempatnya.

Annora mendekati Ravindra. Netranya menatap motor ninja Ravindra yang besar itu. Tinggi sekali joknya, bagaimana dia naik? Pikir Annora. Tapi, dalam hatinya masih ada keraguan untuk satu motor dengan Ravindra.

"Bingung cara naiknya, hm?"

Annora pun hanya mengangguk kecil.

"Kamu pegang bahu aku, lalu kamu naik," ujar Ravindra yang mengarahkan Annora.

Annora Untuk Ravindra [On Going]Where stories live. Discover now