Bagian 09.

79 8 2
                                    

Ba'da Magrib, Annora telah rapi dengan abaya hitam dan balutan khimar berwana cream yang dijulurkan hingga menutupi dadanya. Sangatlah terlihat cantik. Annora tersenyum meratapi dirinya di cermin. Kemudian, Annora beralih dan mengambil tote bag untuk ia kenakan. Hari ini dia akan pergi pengajian di masjid Al-Ikhlas. Tak lupa Annora mengambil mukenah lalu ia masukan ke dalam tote bagnya. Dia akan sholat berjamaah di sana. Lalu dia mengambil handphonenya dan dia masukkan pula ke dalam tote bag nya.

"Okey sudah semua," Annora beranjak keluar dari kamarnya. Sebelum itu dia menemui mama dan papanya terlebih dahulu.

"Mau ke mana, nak?" Tanya Nur Khadijah__mama Annora__seorang ibu rumah tangga.

"Mau ke pengajian ma," jawab Annora.

"Di masjid Al-Ikhlas?" Tanya Azriel Wibowo__papa Annora__seorang guru honor di sekolah dasar.

"Iya ayah."

"Nanti pulang kakak bawakin bakso ya," celetuk bocah berusia tujuh tahun yang masih kelas satu SD. Sebut saja dia, Muhammad Reyhan Bagaskara__adik satu-satunya Annora.

"His, kamu ini Reyhan. Kakak mu itu mau ke pengajian bukan mau ke tempat makan," omel Khadijah.

"Ya padahal Reyhan mau," ucap Reyhan yang bibir bawahnya ia majukan dengan wajah sedihnya.

Annora terkekeh seraya mengelus puncak kepala Reyhan, "iya, nanti kakak mampir ke warung bakso dan belikan untuk kamu," ucap lembut Annora.

"Yeyhh!" Teriak Reyhan. Sedangkan Azriel dan Khadijah menggelengkan kepala sembari tersenyum sendiri melihatnya.

Annora terlahir di keluarga yang sederhana. Meskipun demikian, dia sangat bahagia dan merasa tenang seperti ini. Menurut dia, ini sudah lebih dari cukup. Ada ayah yang senyumnya memberikan Annora kekuatan. Ada bunda yang untaian lembutnya memotivasi Annora untuk bisa berjuang membahagiakannya dan keluarga ini. Dan ada adik yang tawanya membuat Annora bersemangat setiap hari. Annora bersyukur punya mereka.

"Annora pergi dahulu ya, yah, bun," Annora bersalaman dengan kedua orang tuanya. Jika harus pergi-pergi, dia harus dapat mencium tangan kedua orang tuanya terlebih dahulu, terutama bundanya. Jika tidak, dia tidak akan tenang keluar dari rumah ini.

"Hati-hati ya nak," ucap Khadijah lembut.

"Iya bunda."

"Kamu bawa motor ayah aja, kuncinya di sana," ucap Azriel seraya menunjuk sebuah kunci yang berada di atas meja.

Annora pun spontan melihat ke arah meja itu.

"Jangan ragu sayang. Kamu bawa aja itu motor. Masa iya kamu jalan kaki. Lagian sepeda kamu dibengkel, bukan?" Khadijah menimpali.

Annora masih diam memandang kunci motor. Dia bukan ragu, melainkan ingat perkataan Ravindra tadi siang yang bertanya perihal motor. Bahkan, Ravindra mengatakan apakah Annora tidak ada niatan untuk membeli motor. Annora menghembuskan nafasnya, ada sepeda saja sudah syukur buat dia ke sekolah. Lagian juga dia bukan Ravindra yang bisa membeli motor seperti membeli kacang.

"Hey sayang, kenapa bengong?" Tanya Azriel.

"Eh, iy-iya yah," ucap Annora. Lalu dia beranjak mengambil kunci motor.

"Annora pergi pengajian dulu ya, assalamu'alaikum."

"Wa'alaikumussalam."

****

Sesampainya di halaman masjid. Annora memberhentikan motornya. Tak lama kemudian, sebuah motor ninja juga berhenti tepat di samping motornya. Ya siapa lagi kalo bukan, Ravindra Natharrazka.

Annora Untuk Ravindra [On Going]Where stories live. Discover now