Bagian 10.

72 10 0
                                    

Suasana hari ini di Madrasah Aliyah Jakarta cukup menegangkan. Ya lebih tepatnya adalah para siswa-siswi Madrasah yang wajahnya sudah terlihat sangat gugup dan tegang sekali. Karena hari ini adalah hari pembagian raport semester genap.

Annora yang berjalan menuju perpustakaan, diikuti oleh sahabatnya Zahra. Annora dengan ekspresi yang sangat tenang. Namun, lain hal nya dengan Zahra. Tercetak jelas wajah kegugupan di wajah Zahra.

"Ey Ora, kamu kok biasa-biasa aja sih. Padahal hari ini pembagian raport. Penentuan juga, kita naik ke kelas dua belas atau engga. Aku aja udah jantungan sedari tadi malam. Takut hasilnya tidak memuaskan. Siap-siap deh, dengerin ceramah nanti di rumah hiks," oceh Zahra sembari berjalan mengikuti Annora.

"Kalo kamu sungguh-sungguh belajar selama ini, trus kamu ga lupa doa. In syaa Allah Za, hasil Rapot kamu sesuai yang kamu harapkan."

"Bismillah ya Ora."

"Tapi kamu tenang banget mukanya. Padahal kan kamu juga harusnya tegang. Karena kamu disini, mengharapakan juara umum kamu bertahan, kan?" Sambung Zahra.

Annora hanya diam dan mengulas senyumannya. Annora adalah gadis peraih juara umum di Madrasah Aliyah Jakarta. Dia setiap semester, selalu mendapatkan juara 1 kelas juga juara 2 umum. Selama ini dari kelas 10, juara itu selalu dia pertahankan.

"Kenapa? Jadi kamu ga berharap?"

"Aku serahkan semuanya sama Allah, Za. Apapun hasilnya nanti, itulah usaha aku selama ini." Ucap Annora pasrah.

Sesampainya di perpustakaan. Annora segera pergi ke rak buku. Mengembalikan buku yang ia pinjam selama ini. Sedangkan Zahra, dia menunggu Annora di depan perpustakaan.

"Nah, disini," monolog Annora yang mendapati rak buku, buku yang ia pinjam. Lalu dia menaruh buku tersebut secara hati-hati di rak.

Hacih!

"Alhamdulillah," ucap Annora setelah terbersin, lalu mengusap hidungnya.

"Yarhamukillah."

Deg

Annora menoleh ke arah sumber suara. Betapa kencangnya deberan jantung Annora setelah melihatnya. Tidak salah lagi, Annora sangat mengenali suara ini. Ravindra Natharrazka. Namun, dia hanya melewati Annora, tidak sedikit pun menoleh ke arah Annora.

Mereka berdua juga sudah tidak saling berkomunikasi sekarang. Sudah tidak sedekat itu. Ravindra yang tidak berusaha mendekati Annora lagi, juga Annora yang biasa saja dan terlihat tidak peduli dengan Ravindra. Mereka lakukan ini semua, agar mereka tidak terjebak dengan perasaan mereka.

Setelah pengajian itu, semuanya berubah hingga sekarang. Namun tak bisa dipungkiri, eye contacts menjadi salah satu ketidak sengajaan mereka. Itu juga membuat mereka masih mengulas senyum setelahnya. Debaran itu masih ada hingga sekarang di hati mereka. Mereka hanya berhenti berkomunikasi, bukan mencintai.

"Yahdikumullah wayushlihu balakum," ucap Annora lirih menatap Ravindra yang sedang menulis sesuatu di bagian laporan peminjaman buku.

Annora masih diam di tempatnya. Sebenarnya dia ingin ke sana menulis bahwa bukunya sudah di kembalikan. Tapi, masih ada Ravindra disana.

Setelah Ravindra beranjak dari sana. Annora pun juga ikutan beranjak dari tempatnya menuju ke tempat laporan peminjaman buku tersebut.

Annora menulis namanya juga nama buku yang ia kembalikan dan tanggal hari ini, di sebuah buku laporan peminjaman perpustakaan.

Deg

Mata Annora membulat kaget setelah dia menulis dan membaca nama diatas namanya. Ravindra Natharrazka. Dia bukan kaget karena melihat nama itu, tapi buku apa yang dipinjam oleh Ravindra.

Annora Untuk Ravindra [On Going]Where stories live. Discover now