Bagian 05.

94 10 0
                                    

"Anggap aku adalah cahaya yang dikirim tuhan untuk mu, yang siap menerangi langkah kamu lagi. Yang siap menerangi kamu, di saat kegelapan menghampiri mu."
.
.
.
.
.

Happy Reading

Disebuah basecamp telah berkumpul 5 orang inti Vindboys. Gani, Azof, Renal, dan Arkan sedang menatap ketua mereka yang sedang duduk seraya menyederkan kepalanya ke tembok, serta tatapannya menatap langit-langit ruangan. Kali ini bukan wajah sendu Ravindra yang mereka dapatkan, namun wajah berseri-seri dan terlihat sangat tenang hari ini.

"Gimana bos hari pertama di madrasah?" Tanya Renal membuka suara.

Seraya tersenyum dan pandangan masih menatap langit-langit ruangan, Ravindra menjawab pertanyaan Renal. "Alhamdulillah. Tapi..."

"Apa?"

"Masuk buku hitam tadi."

Ucapan Ravindra mampu membuat mereka melotot juga kaget menatap Ravindra. Apakah mereka harus percaya dengan ucapan ketua geng mereka ini?

"Seriusan lo?" Tanya Azof yang sangat-sangat tidak percaya.

Ravindra menghela nafas beratnya. Ravindra beranjak dari posisinya, dan menatap satu-satu temannya ini.

"Ga percaya?" Tanya Ravindra dengan wajah datarnya.

Mereka pun saling melirik satu persatu. Bingung, apakah mereka harus percaya dengan Ravindra. Masa iya hari pertama sudah masuk buku hitam, pikir mereka.

Ravindra memutar bola matanya malas. Temannya ini kalo tidak di jelaskan secara terperinci, pasti tidak akan percaya.

"Tadi gua nolong seorang perempuan yang mau jatuh. Akhirnya dia jatuh ke pelukan gua. Dia nangis, akhirnya ustadzz guru BK itu marah. Tanpa berpikir panjang, final, nama gua tercantum di buku itu, di hari pertama sekolah di sana," ujar Ravindra yang tersenyum miring di kata terakhir.

Mendengar hal itu mereka dengan kompak memukul jidat mereka. "Astagfirullah Vind!" Seru mereka. Ravindra terkekeh kecil mendengar hal itu.

"Ga papa kok, hadiah pertama masuk madrasah," kekeh Ravindra.

Arkan mengerutkan keningnya menatap Ravindra yang terkekeh seperti itu. Sebentar, kekehan Ravindra yang kali ini terlihat sangat beda. Terpancar aura kebahagiaan di dalamnya. Bukan hanya Arkan, tapi Gani, Renal juga Azof menatap heran Ravindra yang jarang tertawa itu.

"Kenapa lo jadi bahagia gini masuk BK. Lo sehat kan?" Tanya Gani.

Ravindra menatap sinis Gani, "ketawa salah, cuek salah," sinis Ravindra menatap Gani.

"Ga gitu, curiga gua."

"Jangan-jangan dia jatuh cinta sama wanita itu," celetuk Renal. Membuat Ravindra menempeleng kepala Renal saat dia beranjak ingin berjalan mengambil air.

"Bisa jadi," jawab Gani, Azof juga Arkan.

"Kebiasaan lo!" Ketus Renal menatap tajam Ravindra seraya mengelus kepalanya pelan. Sedangkan Ravindra hanya terkekeh kecil. Kemudian, Ravindra menuangkan air mineral ke dalam gelas, lalu ia duduk dan meneguk air tersebut hingga gelas menjadi kosong. Ravindra meletakkan gelas ke tempat semula dan berjalan mendekati teman-temannya lagi.

"Mana anggota kita yang lain?" Tanya Ravidra yang mengalihkan topik pembicaraan.

"Pulang. Mungkin entar malam mereka ke sini. Nanti kan ada jadwal setoran ke pak ustadz," jawab Arkan.

Ravindra mengulas senyumannya sekilas, "ingat kalian."

"Iya lah, jalan kebaikan itu harus di ingat terus," ujar Azof, membuat yang lain melirik ke arah Azof.

Annora Untuk Ravindra [On Going]Where stories live. Discover now