Bagian 03.

97 13 1
                                    

Hari ini Ravindra di ajak mamanya untuk pergi ke perusahaan Kusuma. Sesampainya di perusahaan mereka di sambut hangat oleh para karyawan dan karyawati di perusahaan itu. Saat berpapasan dengan Ravindra dan mamanya, mereka menyapa dengan sebutan, Tuan dan Ibu. Ravindra dan mamanya mengulas senyum membalas sapaan mereka.

Saat sudah cukup memakan waktu untuk berjalan menyelusuri lorong koridor perusahaan. Mereka tiba di depan pintu ruangan besar, ruangan khusus CEO perusahaan itu. Sebelum masuk ruangan, Ravindra menghentikan langkahnya, kemudian mengingat hal, di mana dia menendang pintu ini dengan amat kuat. Arelina yang ingin membuka pintu ruangan, namun terhenti, dia melihat anaknya Ravindra yang diam mematung.

Arelina menghela nafas beratnya, ia mengulas senyum tipis menatap anaknya ini. Arelina menepuk pelan pundak Ravinda yang membuat Ravindra sadar dari lamunannya. Ravindra melihat mamanya sembari tersenyum dan menganggukkan kepalanya.
Kemudian, Arelina membuka pintu ruangan besar itu. Mereka melangkahkan kakinya masuk ke dalam ruangan.

Sesampainya mereka di dalam ruangan. Ravindra mengendarkan pandangannya keseluruh penjuru ruangan. Kemudian, tibalah pandangannya ke kursi kebesaran papanya dahulu. Kursi hitam tinggi dan di depan kursi itu juga terdapat meja besar yang diatasnya terdapat berbagai berkas, laptop, kalender mini, berbagai pulpen dalam satu tempat, dan juga kelengkapan kantor lainnya.

Sejenak Ravindra mengingat kembali kejadian di mana tamparan keras itu jatuh ke pipinya, suara lantang itu memakinya. Seketika, pandangan Ravindra melihat ke arah tembok, dia mengingat kembali saat dia memukul tembok kuat dengan kepalan tangannya. Ravindra memejamkan matanya, rasa sesak itu kembali muncul.

Arelina menepuk pundak Ravindra yang membuat Ravindra membuka matanya karena terperanjat kaget. "Sudah ya nak, jangan kamu ingat lagi kejadian waktu itu," pinta Arelina dengan nada pelan kepada Ravindra, putranya.

"Mama tau?" Tanya Ravindra.

"Iya lah nak, kamu pikir di ruangan ini ga ada cctv-nya?  Dan juga semua karyawan baik karyawati menceritakannya kepada mama."

"Nak, tolong... kamu jangan lemah karena hal itu," pinta Arelina yang meneruskan ucapannya. Ravindra tersenyum seraya menganggukkan kepalanya, "iya ma."

Arelina sendiri pun juga sedih melihat ruangan suaminya ini. Tapi, dia tidak mungkin menjatuhkan air matanya di hadapan putranya ini. Dia harus tetap terlihat baik-baik saja, walau hatinya seperti tersayat mengingat semua kejadian dia dengan Zaedyn, mantan suaminya.

"Nak inilah ruangan kamu. Kamu akan menempati ruangan ini mulai hari ini. Struktur jabatan perusahaan ini juga sudah diperbarui. Kamu sebagai CEO perusahaan ini. Mama yakin kamu bisa," ujar Arelina kepada Ravindra.

Ravindra berjalan menuju kursi yang akan ia duduki dengan menyandang jabatan sebagai CEO. Saat tiba di dekat kursi itu, Ravindra menarik kursi itu sekilas, ia menatapnya sejenak, lalu ia mendudukinya perlahan. Arelina melihat Ravindra mengulas senyum, begitu juga Ravindra.

Ravindra menatap satu-satu peralatan yang berada di atas meja. Ravindra mengambil sebuah pulpen dan memainkan. Kemudian, Ravindra membuka sebuah laptop sejenak lalu menutupnya kembali. Arelina yang melihat anaknya hanya tersenyum seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Aku akan berusaha menjalankan tugas dengan baik ma," ucap Ravindra lalu berdiri dari kursi dan menghampiri mamanya kembali.

"Iya nak, mama percaya sama kamu. Nanti jika ada yang kamu tidak ketahui, tanya saja sama mama."

"Iya ma."

Ravindra telah belajar dengan mamanya tentang perusahaan selama tiga hari. Setelah tiga hari, Ravindra telah memahami konsep perusahaan serta berbagi persoalan mengenai perusahaan. Ravindra meminta kepada mamanya untuk segera melaksankan tugasnya. Arelina menyetujui permintaan anaknya ini dengan senang hati, sekaligus bangga. Baru saja tiga hari proses pembelajaran, Ravindra telah memahami perusahaan. Sekarang Ravindra akan mulai bertugas, walaupun dia masih bersekolah. Arelina yakin Ravindra bisa bertanggung jawab akan tugasnya. Arelina juga sudah memberi keringanan untuk Ravindra datang melaksanakan tugasnya diperusahaan sepulang dari sekolahnya.

Annora Untuk Ravindra [On Going]Where stories live. Discover now