Bagian 21.

62 9 0
                                    

Part sebelumnya

"Ayo, sekarang jawab pertanyaan ante. Kamu ke sini sama siapa? Mama? Papa?"

"Cama..."

"Aisyah!" teriak seorang laki-laki.

Annora yang mendengarnya, spontan berdiri. Suara yang membuat jantungnya berulah kembali. Dia seperti mengenali suara itu. Tanpa aba-aba, Annora membalikkan badannya. Kedua mata dari kedua insan itu bertemu. Laki-laki yang tadinya berlari, lalu terhenti.

Ravindra Natharrazka dan Annora Alisha Catriona. Akhirnya, semesta mempertemukan kedua insan itu hari ini. Masih dengan rasa yang sama. Debaran yang sama. Tatapan yang sama. Hanya, benak Annora penuh tanda tanya. Gadis kecil ini, siapanya Ravindra? Anak?

.
.
.

Anak tersebut segera memeluk Ravindra dengan erat begitu juga Ravindra. Setelah itu, Ravindra menggendong anak tersebut. Annora yang ada di sana hanya memperhatikan mereka. Ada perasaan senang bisa bertemu kembali dengan Ravindra, akan tetapi ada juga perasaan tidak enak. Dia takut, ini ketakutan terbesarnya.

Ravindra yang menggendong anak itu berjalan perlahan mendekati Annora. Begitu juga dengan Annora, dia berjalan perlahan mendekati Ravindra. Mereka mengambil langkah demi langkah untuk saling mendekati. Jika di tanya, bagaimana keadaan jantung mereka? Sudah tidak bisa dipungkiri lagi, terus saja berdetak lebih hebat dari biasanya.

Hingga sampai di titik dengan jarak tidak terlalu jauh dan tidak terlalu dekat. Mereka sama-sama mengulas senyum. Tak ada sepatah katapun terlontar dari masing-masing. Ternyata, takdir mereka untuk dipertemukan kembali telah tiba. Betapa hebatnya mereka menyimpan rasa rindu satu sama lain selama ini.

Mereka masih saja membisu, sangatlah berat untuk melontarkan satu kosakata saja. Entah siapa yang akan menyapa terlebih dahulu.

Hingga tiga menit berlalu, Ravindra menyapa, "hai," sapanya dengan seulas senyum.

"Hai," balas Annora juga seraya tersenyum.

"Annora?" Ravindra berkata dengan nada bertanya, dia masih takut salah orang. Tapi tidak, dia yakin ini adalah Annora. Dia hanya tak tahu harus mengatakan apa lagi.

Annora tersenyum lalu mengangguk. "Ravindra, kan?"

"Tentu saja. Ravindra Natharrazka," balas Ravindra dengan menyebutkan nama lengkapnya.

Annora tersenyum mendengarnya. Tak mungkin dia melupakan nama yang selalu saja bersemayam di hati dan benaknya.

"Papa," lirih anak kecil yang Ravindra gendong.

Duar!

Bergemuruh hebat rasanya mendengar kosakata kali ini. Senyum indah yang Annora pancarkan, sirna begitu saja. Hati yang bahagia dan terang benderang seketika padam. Kali ini jantungnya bergemuruh hebat dengan rasa sakit yang menyapa. Ingin tumbang sekarang juga, tapi dia tahan.

"Iya sayang, kenapa, hm?" jawab Ravindra.

Annora menatapnya dengan mata yang sudah memerah tanpa kedipan sedikit pun. Tangan Annora meremas gamis yang ia pakai.

"Ayo, cita puyang, paa," rengek anak itu dengan gemas merayu Ravindra. Anak itu mengajak Ravindra untuk pulang.

"Iya. Tapi sebelum itu, ucapakan terimakasih terlebih dahulu kepada ante ini yang telah bersama kamu tadi," ucap Ravindra kepada anak itu, Aisyah.

"Ante, icha ucapin maaci ya, nte," ucap Aisyah kepada Annora.

Annora hanya mengangguk lalu tersenyum. Dia rasanya tak sanggup ingin berkata lagi. Senyuman ini pun hanya terpaksa.

Annora Untuk Ravindra [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang