Bagian 07.

87 11 1
                                    

Annora tengah fokus mengulang hafalan surahnya. Dia sedang duduk di koridor depan kelasnya, di mana netranya bisa melihat-lihat orang-orang yang berlalu-lalang, karena sekarang telah memasuki jam istirahat.

Annora yang tengah murojaah itu juga di temani oleh sahabat karibnya, Zahra. Zahra yang ada di sebelah Annora, hanya diam memperhatikan Annora dengan amat dalam sembari terhanyut dengan lantunan ayat suci Al-Qur'an yang Annora lantunkan.

"wa asirruu qoulakum awij-haruu bih, inna..."

"Inna..."

"Innahuu..." Annora terdiam, dia seketika lupa dengan kelanjutan ayat yang ia baca.

"Innahuu 'aliimum bizaatish-shuduur," sambung Ravindra yang lewat di hadapan Annora.

Annora pun spontan melihat ke arah Ravindra. Ravindra melirik sejenak Annora, dengan tatapan yang sama, penuh dengan makna. Bibir Annora terangkat sehingga membentuk bulan sabit setelah Ravindra tidak melihat ke arahnya lagi.

"Dan rahasiakanlah perkataanmu atau nyatakanlah. Sungguh, Dia Maha Mengetahui segala isi hati," Annora pun mengucapakan arti ayat yang dia baca secara lirih (Q.S Al-Mulk ayat 13). Kemudian dia menunduk dan mengambangkan senyumannya lagi. Ravindra adalah orang pertama yang membuat Annora bisa jadi seperti ini.

Zahra yang berada di sebelah Annora pun memutar bola matanya malas karena melihat pemandangan yang tidak mengenakkan ini. Dia serasa tidak di anggap sekarang oleh Annora.

"Ekhem," Zahra berdehem, namun Annora tidak menyadarinya. Annora tetap saja menunduk dan masih saja tersenyum.

"Woy!" Teriak Zahra yang membuat Annora kaget dan refleks memukul lengan Zahra.

"Kebiasaan!" Ketus Annora.

"Kamu sih senyam senyum aja. Mulai ada Ravindra, mulai tuh salah ting-"

"Ssst" Annora membungkam mulut Zahra karena terlalu kuat berbicara. Syukur saja tidak ada Ravindra di dekat mereka lagi.

"Kecilin dikit bisa ga sih?" Bisik Annora.

"Engga!" Ketus Zahra seraya memutar bola matanya malas.

Annora pun duduk bersimpuh. Lantunan ayat suci Al-Qur'an yang Ravindra ucapkan baru saja, selalu terngiang-ngiang di benak Annora. Suara Ravindra melantunkannya juga sangat merdu sekali, apa lagi dengan nada jiharkah favorit Annora. Annora serasa ingin mendengarkannya lagi. Bukan hanya itu, dia ingin mendengarkannya setiap hari. Kemudian, Annora membayangkan dia sedang murojaah bersama Ravindra. Annora pun jadi salah tingkah lagi sekarang.

"Astagfirullah," ucap Annora menepis pemikirannya.

"Pasti ngehalu," celetuk Zahra menebak-nebak.

Annora pun mengulum bibirnya, kemudian tersenyum. Zahra yang melihatnya lagi dan lagi memutar bola matanya malas.

"Maa syaa Allah banget ya dia ternyata Ra. Aku kira dia biasa aja, ternyata dia luar biasa. Baru satu bulan dia di Madrasah ini, dia udah buat aku bahagia banget banget banget. Walau kebahagiaan itu hanya sekedar melihatnya,"

Zahra terdiam mendengar perkataan terkahir Annora. Hanya sekedar melihatnya? Apakah sahabatnya yang satu ini sudah benar-benar jatuh cinta?

"Kamu benar-benar cinta sama dia?"

Pertanyaan Zahra membuat Annora terdiam sejenak beberapa detik.

"Ga tau Ra perasaan apa ini. Yang aku tau, aku ga mau kehilangan dia, walaupun aku bukan miliknya saat ini."

Zahra terdiam lagi. Entahlah, kenapa Zahra jadi iba sekarang dengan sahabatnya ini. Zahra juga baru pertama kali melihat Annora seperti ini.

"Kamu mau jadi milik dia?"

Annora Untuk Ravindra [On Going]Where stories live. Discover now