Bagian 26.

48 8 3
                                    

Malam yang mencekam ini, pikiran Ravindra berkecamuk. Masalah perusahaan membuat dia begitu pening. Kebahagiaan yang akan datang satu pekan lagi, yaitu hari pernikahannya, seakan-akan menjauh saat ini karena pikirannya diselimuti oleh masalah perusahaannya ini.

Hanya tiga hari tersisa untuk dia bisa mempertahankan proyek tersebut. Dia telah memikirkan banyak cara untuk mempertahankannya beberapa hari terakhir, namun nihil. Semunya menjadi-jadi. Dirinya terasa sangatlah lelah. Batinnya terguncang.

Ravindra terbaring menatap langit-langit kamar dengan manik mata sendu miliknya saat ini. Dia membayangkan betapa majunya perusahaan milik mamanya ketika  berada di tangan papanya. Tapi kenapa, ketika dia yang mengelola semua menjadi kacau. Ravindra pun tidak memberi tahu mamanya saat ini.

Kring!

Ponselnya berbunyi. Ia raih ponselnya yang berada tepat di atas nakas. Ternyata ada satu pesan masuk yang membuat gundah gulana nya seketika menghilang.

Annora calon istri saya♡
Assalamualaikum Ravindra
Besok siang bunda ajak Vindra
untuk makan di rumah, soalnya
bunda mau masak banyak.

Pesan itu membuat Ravindra seketika duduk dari baringannya. Ia tersenyum bahagia membacanya. Aish, seketika masalah perusahaan hilang begitu saja.

Anda
Wa'alaikumusslam Annora
Baik, aku akan ke rumah mu
besok ya..

Pesannya pun terkirim. Setelah mendapatkan balasan dari Annora, ia beralih menatap profil si pemberi pesan tersebut.

"Annora, setidaknya aku masih bisa bertahan hanya karena mu. Sungguh benar aku lelah, tetapi karena kamu lelah ku hilang. Sungguh masa lalu bersama papa sangat gelap, namun ketika engkau datang waktu itu, hidup ini lebih bercahaya, Ora. Percayalah, aku akan selalu menjaga kamu dan akan terus mencintai kamu," lirih Ravindra melihat profil Annora itu. Dia tersenyum begitu tulusanya.

Annora cahaya yang benar-benar datang di kehidupan Ravindra. Menerangi kembali hari Ravindra walau sempat mereka berjarak selama 4 tahun lamanya. Namun jarak itu, tak mengubah segalanya. Rasa itu tetap sama. Kebahagiaan itu tetap ada dan sangatlah nyata, meski waktu itu hanya dapat melihat Annora melalui media sosial.

Sedangkan di tempat lain, ada Annora yang duduk di pinggir rajanjangnya menatap foto dia bersama Ravindra ketika wisuda di Madrasah Aliyah waktu itu. Ia tak berhenti tersenyum melihat kelucuan ini.

"Ravindra, terimakasih banyak telah menjadi perantara juga pendukung aku meraih mimpi ini," ucap Annora.

Flashback on

Setelah dari butik milik Aisyah. Ravindra terburu-buru karena ada urusan di kantor sedangkan Annora dia pergi ke perpustakaan kota. Namun Annora di perpustakaan kota hanya setengah jam. Lalu hatinya ingin mengunjungi Madrasah Aliyah.

Saat ini dia telah tiba di Madrasah Aliyah nya. Madrasah yang menjadi perantaranya meraih mimpinya. Dia tidak akan dapat meraih mimpinya tanpa bantuan dari Madrasah Aliyah tercintanya ini.

Sebelum pergi ke sini, dia telah membelikan sesuatu untuk seseorang yang telah membantunya meraih biaya siswa itu. Pertama dia akan menemui sosok itu. Dia adalah Riska_seorang guru Madrasah Aliyah yang turut membantu siswa-siswi Madrasah Aliyah meraih biaya siswa.

Annora menatap sekeliling Madrasah Aliyah dengan berdecak kagum. Banyak yang telah berubah menjadi lebih indah.

Annora terus menelusuri koridor hingga sampai di suatu ruangan. Iya, ruangan ibu Riska. Dia mengetuk pintu dan mengucapkan salam terlebih dahulu walau pintu telah terbuka. Setelah mendapat jawaban dan dipersilahkan masuk, Annora segera masuk.

Annora Untuk Ravindra [On Going]Onde as histórias ganham vida. Descobre agora