Bagian 14.

65 10 2
                                    

"Kita tidak ada yang tahu hati seseorang. Karena Allah maha membolak-balikkan hati."

.
.
.
.
.

Suasana pagi di hari pertama masuk sekolah setelah sekian lama liburan, sangatlah indah, sejuk, ditemani dengan senyuman yang terpancar di bibir Annora, membuat pagi ini begitu Indah.

Annora berjalan memasuki gerbang Madrasahnya dan disambut dengan papan kaligrafi yang bertuliskan أَهْلًا وَسَهْلًا (selamat datang).

Annora tersenyum sesekali bertemu dengan sosok yang ia kenal. Menyapa dan bersalaman dengan para guru yang ia jumpai. Annora pun berjalan menuju kelas lantai tiga, kelas yang berisikan seluruh siswa-siswi kelas 12 MA. Sangatlah cepat, padahal serasa baru kemarin dia menjadi siswi baru di Madrasah ini.

Sesaat sampai di lantai tiga nafasnya terengah-engah, menaiki tangga satu demi satu hingga ke lantai tiga cukup memakan banyak tenaga.

"Ya Allah rajin banget, neng," kekeh Zahra yang tiba di dekat Annora.

"Kamu baru sampe?" Tanya Annora.

"Iya lah"

"Kok kamu malah fine fine aja, ga ngos-ngosan?"

Zahra menunjuk ke suatu tempat dan mata Annora mengikuti arah tunjuk Zahra.

Annora pun menghela nafas beratnya dan dia sangatlah frustasi melihat lift tersebut. Dia juga baru ingat bahwa Madrasah ini ada lift jika ingin ke lantai dua dan tiga. Ini adalah efek dia terlalu bersemangat untuk ke sekolah.

"Lupa, ya, neng?" Kekeh Zahra lagi.

"Diam," balas Annora jutek.

"Makanya, tapi ga papa, sesekali kamu olahraga pagi-pagi, kan seru," tawa Zahra pecah setelah melontarkan kalimat itu.

Annora hanya diam mematung melihat tawa Zahra sepecah ini. Zahra terlihat tidak punya masalah apa-apa. Padahal dua pekan yang lalu, dunia telah membuat dia hancur berkeping.

Tertawa hanya untuk menyembunyikan luka. Tersenyum hanya untuk menutupi duka.

"Yuk kita ke kelas baru kita," ajak Zahra, Annora mengangguk seraya tersenyum mengiyakan ajakan Zahra.

Sesampainya di kelas 12 IPS 1, Annora dibuat kagum melihat ruangan seindah ini. Banyak lukisan juga kaligrafi yang tersusun rapi di dinding kelas, warna abu yang membuat kelas menjadi hidup, langit-langit kelas yang di lukis banyak awan, meja dan kursi tertata sangat rapi, ada AC yang menyejukkan kelas juga CCTV yang bisa memantau kondisi dan situasi kelas.

"Indah," celetuk Annora.

Annora pun berjalan menuju meja dan kursinya, sudah ada namanya di sana. Karena mereka duduk sesuai dengan urutan absen, jadi pihak Madrasah telah menempel nama-nama di meja mereka masing-masing.

Annora meletakan tasnya, dan netranya menelusuri meja yang ia yakini meja Ravindra. Nihil, ternyata dia belum datang.

Annora melihat jam tangan yang melingkar indah di pergelangan tangannya. 15 menit lagi bel masuk akan berbunyi, tetapi anak itu belum datang juga, jangan sampai hari perdana masuk dia telat.

Annora duduk melamun di kursinya. Cukuplah lama dia melamun, dan melihat pintu masuk, tidak ia dapati keberadaan Ravindra yang masuk ke kelas.

"Woy!" Teriak Zahra yang tiba-tiba ada di sebelah Annora.

Annora pun kaget, dan memukul lengan Zahra.

"Jangan melamun pagi-pagi, entar kamu kesurupan lagi."

"Ih astagfirullah, amit-amit."

Annora Untuk Ravindra [On Going]Where stories live. Discover now