Exist ❥ Nagi Seishiro

1.2K 201 8
                                    

Nagi Seishiro x Reader

Blue Lock ©Muneyuki Kaneshiro/Yusuke Nomura

-ˋˏ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Sebagai seseorang yang dispesialkan oleh seorang Mikage Reo--seorang anak tunggal dari keluarga kaya yang populer--Nagi hanya mengetahui gadis-gadis berisik yang terganggu dengan keberadaannya. Di mata para gadis, Nagi adalah penghalang mereka untuk mendekati Reo.

Kasihan, pria pemalas itu harus disalahkan untuk suatu hal yang tidak ia lakukan. Jelas-jelas Reolah yang selalu mengintilinya ke mana pun, tetapi para gadis itu tetap jengkel pada Nagi.

Poor Nagi.

Oh, tetapi ada ... satu orang yang agak lain.

"(Surname)-san, selamat pagi!" Reo menyapa dengan ramah siapa saja yang ditemui seperti biasa.

"Pagi, Mikage-san," balas gadis itu. Melirik Nagi sekilas. "Pagi juga, Nagi-san." Lalu kembali melanjutkan langkah ke perpustakaan.

Nagi yang tengah sibuk bermain game tidak sempat melihat wajah gadis itu. Lelaki pemalas itu hanya dapat melihat figur tubuh tegap nan mungil dengan rambut (hair colour) milik sang gadis dari belakang.

"Woww! Akhirnya ada juga siswi yang mau menyapamu, Nagi," kekeh Reo sambil merangkul Nagi.

"Hm? Siapa dia?"

"Astaga! Kau parah sekali! (Surname)-san itu ketua kelas di kelas kita, lho!"

"Iyakah? Aku tidak tahu ...." Nagi berkata masih sambil memainkan game di ponselnya.

Reo mengembuskan napas lelah, tidak habis pikir mengapa Nagi bisa bertahan hidup dan masih waras sampai saat ini, padahal hampir tidak pernah bersosialisasi.

"Coba lebih perhatikan  sekitarmu, Nagi. Kita hanya hidup sekali, tahu. Jangan sia-siakan mereka yang sudah hadir di hidup kita," ceramah Reo.

"Ah ..., merepotkan," keluh Nagi.

Walau Nagi berkata begitu, tetapi sebenarnya ia agak memikirkan juga perkataan Reo saat di rumah.

Kalau dipikir lagi, selama 16 tahun Nagi hidup, ia tidak pernah mempedulikan orang-orang sekitarnya. Sekadar menyapa mereka saat berpapasan saja Nagi ogah.

Mungkin ia harus memberikan sesuatu, setidaknya agar orang-orang itu tahu kalau Nagi menganggap mereka 'ada' di hidupnya.

"Hm, anak-anak klub sepak bola ..., kalau hanya mereka, gak bakal repot, 'kan," gumam Nagi.

"Pagi juga, Nagi-san."

Kedua mata Nagi melebar saat teringat suara lembut nan datar itu.

"Ah iya, ada dia juga ...."

❣❣❣

"Wow ...." Reo melongo, menatap Nagi yang membawa sebuah tas tenteng yang lumayan besar. Sudah sekitar dua pekan ia menjemput Nagi, dan pagi ini Reo dikejutkan dengan pemandangan yang berbeda. "Ini ... apa?" Sambil menerima tas tenteng itu dari tangan Nagi.

"Hadiah. Kau ambillah satu, sisanya bagikan ke teman-teman klub," balas Nagi sambil masuk ke dalam limosin milik Reo.

Mendengarnya membuat Reo makin cengo, apalagi saat ia mengambil salah satu bungkusan dari dalam tas tenteng itu.

Reo bergegas masuk ke dalam limosinnya, berseru histeris, "Kau beneran Nagi, 'kan? Bukan siluman atau lainnya?"

Dengkuranlah yang menjawab pertanyaan aneh Reo.

"Tunggu-- jangan-jangan dia membuat semua ini sendiri?!" pekik Reo, menatapi cookies yang berada di tangannya.

Reo shock berat pagi ini.

Dan tentu saja bukan hanya Reo. Saat Reo membagikan cookies itu pada anggota klub sepak bola, pewaris keluarga Mikage itu tidak lupa untuk mengatakan kalau cookies itu dari Nagi, bukan dirinya. Sontak seluruh anggota klub menangis terharu.

"Kami kira kami hanya tokoh figuran yang tidak mempunyai wajah di hidupnya. Ternyata Nagi mempedulikan kami juga." Itulah yang mereka katakan.

"Aku juga kaget ...," ungkap Reo, menyengir.

Sementara itu, lelaki pemalas yang mereka bicarakan tengah celingak-celinguk di dalam perpustakaan.

"Sedang apa, Nagi-san? Tumben sekali kemari."

Nagi membalikkan badan dengan cepat, sedikit kaget karena suara lembut nan datar itu tahu-tahu terdengar dari belakangnya.

"Aku ingin bertemu denganmu," terang Nagi singkat.

"Oh?" Kedua alis (Name) terangkat, sebuah semburat merah tipis menghiasi pipinya. "Ada perlu apa denganku?"

"Aku mau memberikanmu ini." Nagi merogoh saku celananya, lalu menyerahkan cookies yang dibungkus berantakan.

(Name) kehilangan kata-kata selama beberapa detik sebelum akhirnya menerima cookies itu. "Wah, dalam rangka apa?" Gadis itu memandangi cookies pemberian Nagi lamat-lamat.

Sambil mendengkus pelan, Nagi menjelaskan, "Kemarin Reo menceramahiku soal sesuatu yang merepotkan, tapi kurasa dia benar, jadi akhirnya aku memutuskan membuat ini untuk teman-temanku."

Sebuah tawa pelan lolos dari bibir (Name). Wajah kesal Nagi terlihat lucu di matanya. "Lalu, kenapa aku juga?"

"Hmm ...." Nagi mengusap tengkuknya, "Karena kau menganggapku 'ada', jadi kupikir ... aku juga harus menganggapmu 'ada'."

"Juga, sebenarnya aku senang (Surname) menyapaku kemarin. Biasanya hanya Reo saja yang disapa saat kami berpapasan dengan orang lain."

Sang gadis memiringkan kepala, memperhatikan wajah lelaki di depannya dengan seksama, sampai akhirnya mencapai sebuah kesimpulan; anak ini lucu.

"Begitukah?" (Name) tersenyum, mengangguk-angguk paham. "Ya ... aku juga senang mendapat ini darimu. Terima kasih banyak, Nagi-san."

"Panggil 'Nagi' saja. Sekarang kau temanku juga, (Surname)," pinta Nagi.

(Name) memasang pose berpikir, lalu berkata, "Daripada begitu ..., aku lebih ingin memanggilmu 'Seishiro'. Siapa yang tahu, 'kan? Bisa saja suatu hari aku juga menjadi 'Nagi', dan saat itu ... bukankah aku harus memanggilmu 'Seishiro'?"

Bahkan otak Nagi yang biasanya lambat merespon paham betul kalau itu sebuah kode keras.

Jadi ..., sepertinya sekarang sudah terjawab, mengapa (Name) bisa menganggap eksistensi Nagi 'ada'.

- fin -


Agak perlu mikir memang buat dialog terakhir (Name), tapi kuharap kalian paham.

Tapi ini (Name) ngodenya jauh banget ya, mereka 'kan masih SMA.

Gak papa deh, saya suka nem yang berani(˵ ͡° ͜ʖ ͡°˵)

Hope you like it! Please vote and comment!

𝗦𝗨𝗣𝗣𝗢𝗥𝗧 𝗦𝗬𝗦𝗧𝗘𝗠 [REQUEST CLOSED]Where stories live. Discover now