Skipping School ❥ Shidou Ryusei

697 97 10
                                    

Shidou Ryusei x Reader

High School!AU

Blue Lock ©Muneyuki Kaneshiro/Yusuke Nomura

-ˋˏ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

Terpilih menjadi anggota kedisiplinan saja sudah membuat lelah, lantas sekarang mengapa aku harus mengurus siswa paling bermasalah seantero sekolah? Ternyata memang benar rumor soal para senior yang hobi menyiksa adik-adik kelasnya dengan memberikan tugas yang sulit.

Tingginya kalau tidak salah 185 cm, dan bukan sekadar tinggi, badan Shidou terhitung besar, bongsor lebih tepatnya. Lalu, setelah kuperhatikan selama tiga hari, saat membolos Shidou bukan berkelahi dengan berandalan dari sekolah lain, melainkan dengan preman jalanan. Tidak bermaksud mendramatisasi, tetapi bagi para preman jalanan bertarung sudah macam mempertaruhkan nyawa, jadi jelas saja level pertarungannya akan berbeda jika dibandingkan dengan pertarungan anak SMA.

Masalahnya, Shidou dapat menang melawan para preman jalanan itu. Aku 'kan jadi tambah ciut melihatnya.

Kalau melawan preman jalanan saja dia menang maka mustahil bagiku untuk membuatnya tunduk dengan sebuah pertarungan. Memang, aku cukup percaya diri dengan kemampuan bela diriku, tetapi kalau melawan Shidou ... kepercayaan diriku langsung turun.

Apalagi, tinggiku hanya sesikunya, perbedaan tinggi kami lumayan jauh, dan itu membuatnya tampak lebih menyeramkan.

Hari ini untuk keempat kalinya aku menguntit Shidou yang tengah membolos. Aku memang diberikan hak untuk keluar sekolah dan mengikutinya, toh yang menyuruhku mengurus anak itu ketua bagian kedisiplinan dan ketua OSIS. Pastinya mereka juga sudah mendapat izin dari para guru.

Sayangnya, aku ketiban sial hari ini.

Saat Shidou tengah berjalan santai di trotoar, tiba-tiba anak itu menolehkan kepala. Matanya tepat menatap mataku, sontak membuat sekujur tubuhku merinding.

"Keluar kau, sialan," tuturnya dengan wajah masam.

Tak ada pilihan, akhirnya aku keluar dari tempat persembunyianku, tepat saat itu, Shidou mengernyit melihat rompi bagian kedisiplinan yang kupakai.

"Hendak mengawasiku, hm?" Shidou menyeringai kecil. Ia melangkah pelan ke arahku, membuatku makin gemetar ketakutan.

Siapa pun tolong selamatkan aku dari situasi ini!

Shidou terlihat menjulang tinggi di hadapanku. "Mereka pikir bocah kecil sepertimu bisa apa?" Perlahan Shidou membungkukkan badannya ke depan.

Aku tak ada ide lagi soal apa yang hendak dia lakukan, pokoknya aku takut, dan refleks ...

BUAK!

... aku meninju perutnya.

Tinjuku berhasil membuatnya terhuyung, walau tidak ada efek yang besar, sih. Namun, wajahnya malah menampakkan seringai yang lebih lebar. "Hee~ tinjumu lumayan. Tak ada seorang pun yang pernah menyerangku sekuat itu," katanya, entah apa maksudnya. "Siapa namamu?"

"(Name), panggil begitu saja."

Itu pujian? Atau dia mau mengajakku berkelahi?

Kutarik napas banyak-banyak, lalu mengembuskannya dengan perlahan. "A-aku tidak bermaksud melukaimu Shidou-san, tapi--"

"Boleh minta nomormu, (Name)?" potong Shidou, tiba-tiba saja out of topic.

"Ha?"

Butuh waktu lama bagiku untuk memproses perkataannya, jelas saja heran, mengapa pula tiba-tiba meminta nomorku. Namun, aku melihat celah di sini.

"Boleh saja." Aku bersedekap. "Tapi kamu harus masuk sekolah dengan benar, Shidou-san. Kalau besok aku melihatmu ada di sekolah seharian, akan kuberikan nomorku. Eh, tapi kalau kamu membolos lagi akan ku-block, ya."

Shidou memanyunkan bibirnya. "Kok rasanya konsekuensiku lebih berat?"

Aku mengembuskan napas lelah. "Kalau begitu begini saja, deh; akan kuberikan sesuatu kalau kamu tidak membolos lagi."

Wajahnya kembali mencerah. "Benar, ya? Kalau begitu, kau harus date denganku nanti!" serunya riang.

"Ha?"

❣❣❣

Saat memasuki gerbang, aku celingak-celinguk ke sana-kemari, berusaha mencari eksistensi bongsor dengan rambut aneh dan seringai menyeramkan yang setia tersemat pada wajahnya.

"(Nameee)!"

Aku tersentak kaget.

Suara seraknya yang khas mengalun tepat di telingaku. Bersamaan dengan pelukan beruang dari belakang.

"Sh-Shidou-san?" Aku menolehkan kepala.

Wajahku memanas saat menyadari kalau wajah kami berjarak kurang dari sejengkal.

Lalu, dengan wajah santai tanpa dosa, dia melepaskan pelukan sambil berkata, "Ah, maaf, maaf, aku refleks."

Dapat kulihat wajah shock dan spechless orang-orang saat melihat kami. Sudah macam melihat keajaiban dunia. Dan memang begitu adanya, bagiku yang merasakan pun ini bagai keajaiban.

Aku selalu takut dengan anak ini, dan tahu-tahu sekarang dia sok akrab denganku.

"Kau harus tepati janjimu, (Name)."

"Kamu juga harus tepati janjimu, Shidou-san," balasku. "Bersekolahlah dengan baik sampai lulus, dan bahkan sampai di universitas nanti, berkuliahlah juga dengan baik, agar kamu tidak merepotkan orang-orang sekitarmu." Kutambahkan ceramah untuknya. Siapa tahu otaknya lebih terbuka di pagi hari begini.

"He? Lama sekali ...," keluhnya. "Kalau aku berkuliah dengan baik, apa kau akan memberikan sesuatu juga?"

Aku meliriknya dengan alis bertaut. "Memangnya kamu mau apalagi?"

"Kau jadi teman hidupku, mungkin," jawabnya dengan seringai lebar khas.

"... Bisa tidak kamu berhenti mengatakan hal-hal di luar nalar?"

- fin -


Shidou keknya jadi anteng banget di sini.

Hope you like it! Please vote and comment!

𝗦𝗨𝗣𝗣𝗢𝗥𝗧 𝗦𝗬𝗦𝗧𝗘𝗠 [REQUEST CLOSED]Where stories live. Discover now