Childhood ❥ Otoya Eita

640 88 1
                                    

Otoya Eita x Reader

Blue Lock ©Muneyuki Kaneshiro/Yusuke Nomura

-ˋˏ✄┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈┈

"Otoya, Otoya, aku suka Otoya!"

"Hmm?" Bocah kecil itu menoleh, menatap teman sepermainannya itu. Senyumnya mengembang. "Aku juga suka (Surname)!" balasnya.

"Kata Mama, dua orang yang saling mencintai nanti bakal hidup bersama sampai tua, seperti putri dan pangeran di cerita dongeng. Apa kita bakal begitu juga?" tanya (Name) dengan wajah polos khas anak kecil.

Otoya hanya mengangkat bahu, dengan wajah polos yang sama persis dengan gadis kecil di sebelahnya. "Tidak tahu. Memangnya (Surname) mau hidup denganku sampai tua?"

Netra (eye colour) gadis itu berbinar. "Mau! Pasti seru! Nanti tinggal di istana bersama, yuk!"

Mendengar kata 'istana', Otoya pun ikut bersemangat. "Boleh saja! Lalu nanti kita jalan-jalan naik phoenix setiap hari!"

Begitulah, masa kanak-kanak yang sangat berwarna dan penuh mimpi milik (Name) dan Otoya. Hanya diisi dengan pola pikir sederhana nan polos khas anak kecil. Memang sudah sewajarnya anak kecil memiliki fantasi random lagi absurd, masalahnya adalah saat kalian mengingat itu ketika sudah dewasa.

Entah takdir macam apa yang mengikat mereka, tetapi kedua insan ini selalu satu sekolah sejak masa kanak-kanak sampai kini, menjadi anak SMA.

Kata Otoya sudah sudah berganti menjadi Ei. (Surname) sudah berganti menjadi (Name). Namun, bukan sekadar nama panggilan yang berubah, perlahan rasa dalam dada pun ikut berubah seiring berjalannya waktu.

Sayang, keduanya pengecut lagi mudah merelakan, hingga tiba saatnya diwisuda dan naik ke jenjang kuliah, tidak ada yang berani ungkapkan isi hati.

"Tidak pulang, (Name)?" Otoya bersandar pada pintu kelas, menatap gadis yang berdiri di sebelahnya.

"Nanti, Ei."

Teman-teman seangkatan mereka rata-rata langsung pergi setelah acara kelulusan selesai. Entah itu bersama keluarga, bersama sahabat, atau bersama pacar. Hanya tersisa (Name) yang tengah mengenang kembali masa-masa lalu, dan Otoya yang menemani gadis itu.

(Name) menatap kedua tangannya, terkekeh. "Sejak kapan aku jadi sebesar ini, ya? Kupikir akan selamanya kecil dan digendong-gendong Ayah dan Ibu."

Otoya ikut menatap tangannya sendiri. "Aku juga tak sadar sama pertumbuhanku sendiri. Waktu memang cepat berlalu." Lelaki itu mengembuskan napas. "Kupikir ... akan selamanya berimajinasi konyol dan tidak perlu memikirkan apa-apa soal hari esok."

Hening.

"Hei, (Name)."

"Ya?"

"Masih ingat percakapan kita dulu?"

"Yang mana, Ei? Kau pikir kita hanya mengobrol sekali-dua kali?" dengkus (Name).

"Soal ... tinggal di istana bersama hingga hari tua, dan jalan-jalan naik phoenix setiap hari," balas Otoya lebih jelas.

Butuh waktu bagi (Name) untuk mencerna, sebelum wajahnya sempurna berubah menjadi seperti tomat, merah. "A-apa, sih? Itu 'kan sudah lama, percakapan konyol anak-anak." (Name) memalingkan wajahnya.

Walau begitu, Otoya dapat melihat rona merah di wajah (Name) yang menjalar sampai ke telinga gadis itu. Rasanya ia tergelitik, lelaki itu terkekeh pelan. "Aku 'kan cuma tanya kau ingat apa tidak."

"Memangnya kenapa kalau aku masih ingat?"

"Siapa tahu ..., kau minat untuk membuat percakapan konyol itu jadi nyata, soalnya kalau orangnya kau, aku mau," tutur Otoya santai.

(Name) bersedekap. Mengumpulkan nyali, ia kembali menatap Otoya. "Kita baru lulus SMA, lalu barusan kau melamarku?"

"Latihan, (Name). Nanti kalau kita sudah lulus kuliah aku akan katakan itu lagi, saat itu tiba, akan kukatakan itu di depan orang tuamu."

"Coba saja kalau berani."

"... Kau menakut-nakutiku?"

- fin -


Aslinya tuh aku tida tau apa² soal Otoya, tapi gugel cukup membantu. Terus, ini ide dateng pas aku baca ini:

 Terus, ini ide dateng pas aku baca ini:

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Ngakak pas baca yang kedua😭

Hope you like it! Please vote and comment!

𝗦𝗨𝗣𝗣𝗢𝗥𝗧 𝗦𝗬𝗦𝗧𝗘𝗠 [REQUEST CLOSED]Where stories live. Discover now